THE NEXT PIM CAMPUS

Suasana Kampus PIM di masa yang akan datang

THE NEXT PIM CAMPUS

Suasana Kampus PIM di masa yang akan datang .....

THE NEXT PIM CAMPUS

Suasana Kampus PIM di masa yang akan datang .....

Rabu, 26 September 2012

ABSTRAK KTI AKFAR 2012




ABSTRAK
Fikri, Mohammad. 2012. Uji Aktivitas Antijamur Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Terhadap Trichophyton rubrum. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, pembimbing Sugeng Wijiono, S.Si.,Apt.

Kata Kunci : antijamur, ketepeng cina, Trichophyton Rubrum.

Ketepeng Cina (Cassia alata L.) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit kurap atau penyakit kulit lainnya. Daun ketepeng cina mengandung tanin dan antrakuinon dan yang diperkirakan mempunyai daya antijamur adalah tanin sedangkan antrakuinon bermanfaat sebagai pencahar alami.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui akivitas antijamur ekstrak daun ketepeng cina terhadap pertumbuhan Trichophyton rubrum serta mengetahui daerah hambatan yang dihasilkan oleh ekstrak dengan dosis 1 gram, 2 gram dan 4gram.
Penelitian tentang Aktivitas Antijamur Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata, Linn) Terhadap Trichophyton rubrum ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang selam bulan April sampai bulan Juni 2012. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun ketepeng tidak mempunyai aktivitas antijamur dengan dosis 1gram, 2gram dan 4gram terhadap Trichophyton rubrum. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya daerah bening di sekitar cakram kertas yang telah direndam dengan beberapa dosis.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan perlu dilakukan peningkatan dosis untuk aktivitas antijamur, serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas antijamur ekstrak daun ketepeng cina terhadap jamur selain Trichophyton rubrum. 

ABSTRAK
Hanni, Elliyana. 2012. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica Juss.) pada Staphylococcus aureus. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi “Putra Indonesia” Malang, Pembimbing Misgiati, A.Md.,MPd.

Kata kunci : aktivitas antibakteri, ekstrak daun mimba, Staphylococcus aureus.

Mimba (Azadirachta indica Juss.) merupakan salah satu bahan alam yang secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit, misalnya antipiretik, antihipertensi, antidiabetes, dan antiinflamasi. Daun mimba mengandung flavonoid dan alkaloid yang diduga mempunyai daya antibakeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak daun mimba terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus serta mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) yang dihasilkan oleh ekstrak daun mimba dengan dosis 1 gram, 6 gram, 11 gram dan 16 gram terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Daun mimba yang digunakan yaitu daun segar yang kemudian dikeringkan hingga membentuk simplisia. Ekstrak dilakukan dengan cara perkolasi, pelarut etanol 70%. Analisis percobaan menggunakan Analisis Varian Satu Arah atau ANAVA yang dilanjutkan dengan uji SNK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dosis 6 gram mulai terdapat daya hambat minimum, sedangkan dosis 11 gram pada daya bunuh minimum dan terdapat perbedaan hasil dari jumlah bakteri yang tumbuh tiap penambahan dosisnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

ABSTRAK
Fatkul Arif, Zainul. 2012. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit maag Di RW 01 Desa Donomulyo Kec. Donomulyo Kab. Malang. Karya tulis ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Bambang Arief P., S.Si., Apt.
 

Kata kunci : tingkat pengetahuan, penyakit maag.
 

Kabupaten Malang terdiri dari beberapa kecamatan dan desa salah satu desa tersebut adalah Desa Donomulyo yang terletak di ujung selatan kota malang. Salah satu rukun warga di desa Donomulyo yaitu RW 01. Rukun Warga 01 Kab. Malang memiliki 700 warga. Berdasarkan pengamatan, warga setempat memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi sebagai minuman wajib baik saat pagi hari saat bangun tidur, istirahat siang maupun malam hari, bahkan saat tamu yang datang pun disuguhi minuman kopi. Berdasarkan data dari pengurus Rw terdapat 280 dari 700 warga yang pernah menderita penyakit maag. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit maag yang meliputi pengertian, gejala, penyebab, obat yang digunakan, penanggulangan dan aturan penggunaan obat, pada masyarakat Rw 01 Desa Donomulyo Kab. Malang.
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Rw 01 Desa Donomulyo, Kec. Donomulyo Kab. Malang yang pernah menderita penyakit maag dangan inklusi antara lain, pernah menderita penyakit maag, usia 18 sampai 50 tahun, bersedia menjadi responden.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif serta pangambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuisioner dengan cara mendatangi rumah warga RW 01 Desa Donomulyo Kab. Malang dan diisi langsung di rumah responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Rw 01 Desa Donomulyo, Kec. Donomulyo Kab. Malang terhadap tindakan swamedikasi penyakit maag dengan jumlah responden 280 orang diperoleh hasil perhitungan yaitu 43%, dengan klasifikasi cukup. Pada masing-masing sub variabel memiliki nilai persentase sebagai berikut, sub variabel Pengertian penyakit maag memiliki nilai persentase 49%, kualifikasi cukup. Sub variabel tentang gejala memiliki nilai persentase 39%, kualifikasi kurang. Sub variabel tentang penyebab memiliki nilai persentase 34%, kualifikasi kurang. Sub variabel tentang obat memiliki nilai persentase 73%, kualifikasi baik. Sub variabel tentang penanggulangan memiliki nilai persentase 40%, kualifikasi kurang. Sub variabel tentang aturan penggunaan obat mempunyai rata-rata 30%, kualifikasi kurang.
Berdasarka hasil penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang swamedikasi terhadap penyakit maag, sehingga swamedikasi dapat tercapai dengan baik.


 ABSTRAK
Anggraini, Ika Dian. 2012. Uji Mutu Fisik Dan Uji Volunter Sediaan Liniment Minyak Atsiri Umbi Bawang Merah (Allium Cepae L.). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Kartini, ST, M. Biomed.
 

Kata Kunci : Uji mutu fisik, uji volunter, minyak atsiri umbi bawang merah, sediaan Liniment.
 

Masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat seperti masuk angin, nyeri perut atau mulas, baik pada orang dewasa maupun anak-anak dan bayi, pada umumya penanganan yang pertama dilakukan adalah memberi liniment atau minyak gosok pada bagian yang sakit. Liniment pada umumnya mengandung minyak atsiri. Salah satu tanaman yang mengandung minyak atsiri adalah bawang merah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi minyak umbi bawang merah dalam konsentrasi 20%, 25% dan 30% pada pembuatan sediaan liniment menghasilkan mutu fisik sediaan yang baik dan mengetahui formula sediaan yang lebih disukai oleh volunter.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Farmakognosi Dan Farmasetika Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang pada bulan Juni – Juli 2012. Penelitian terhadap minyak atsiri umbi bawang merah dalam bentuk sediaan liniment meliputi tiga tahap kerja. Pertama, tahap persiapan yaitu menentukan objek penelitian, metode penelitian yang akan digunakan, menentukan bahan dan alat-alat yang digunakan selama proses penelitian. Kedua, tahap pelaksanaan yaitu proses pembuatan minyak atsiri umbi bawang merah dan pembuatan sediaan liniment, serta pengujian sediaan liniment. Ketiga, tahap akhir yaitu menganalisa data yang diperoleh dan menyimpulkannya. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri umbi bawang merah dapat dibuat dalam bentuk sediaan liniment dengan mutu fisik liniment yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa pengujian yang dilakukan terhadap linimnet minyak umbi bawang merah yaitu uji organoleptis, pH, homogenitas dan kejernihan. pada pengujian volunter menunjukkan bahwa responden menyukai sediaan liniment formula III dengan persentase sebesar 75,31%. Hal ini dikarenakan pada formula III konsentrasi minyak atsiri umbi bawang merah lebih banyak dibandingkan dengan formula I dan formula II. Hasil persentase untuk tiap-tiap pertanyaan yang paling disukai volunter dari sediaan liniment minyak umbi bawang merah adalah formula III yaitu yang pertama dari warna 83,75%, kedua aroma 40%, ketiga rasa hangat 70% dan keempat mudah dicuci 78,75%. Pada hasil volunter, kebanyakan volunter mengatakan bahwa pada sediaan liniment minyak umbi bawang merah lebih disukai karena terasa lebih hangat.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan pengharum atau pengaroma dan khasiat. Dan jangan tanggung-tanggung untuk melakukan penelitian dari awal hingga akhir suatu sediaan.


ABSTRAK
Anitasari, Wahyu Dewi. 2012. Stabilitas Antosianin Ubi Jalar Ungu (Ipomea
batatas Lamk) sebagai Zat Pewarna dalam Formulasi Cat Kuku
. Karya Tulis
Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Drs. Riza
Abudaeri, Apt.

Kata kunci: Antosianin; Cat Kuku; Stabilitas; Ubi Jalar Ungu; Zat Pewarna.

Ubi jalar ungu (Ipomea batatas Lamk) merupakan bahan pangan sumber
energi yang mengandung karbohidrat, vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh, antara lain kalsium dan zat besi, vitamin A dan C yang mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan jenis ubi jalar yang lain. Ubi jalar ungu
(Ipomea batatas Lamk) dapat dimanfaatkan sebagai penghasil zat warna alam.
Ubi jalar ungu (Ipomea batatas Lamk) bisa dipakai sebagai pewarna alami karena
mempunyai pigmen antosianin yaitu sianidin dan peonidin sehingga menghasilkan
warna ungu. Antosianin adalah suatu kelas dari senyawa flavonoid yang
merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ubi jalar ungu (Ipomea batatas
Lamk) dapat digunakan sebagai zat pewarna pada formulasi cat kuku sehingga
daya guna ubi jalar ungu (Ipomea batatas Lamk) meningkat dan mengetahui
kestabilan dari zat warna ubi jalar ungu (Ipomea batatas Lamk).
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu melakukan
proses skrining fitokimia dan ekstraksi ubi jalar ungu dan uji pendahuluan
stabilitas ekstrak. Tahap kedua yaitu membuat sediaan cat kuku dengan
menggunakan zat pewarna dari ubi jalar ungu dalam formulasinya. Tahap ketiga
yaitu melakukan uji stabilitas sediaan cat kuku yang telah dibuat meliputi
stabilitas produk terhadap suhu dan cahaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak ubi jalar ungu mengandung
senyawa flavonoid jenis flavon dan pada uji pendahuluan diketahui bahwa faktor
suhu dan cahaya dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak ubi jalar ungu. Hasil
pengamatan cat kuku menggunakan pewarna esktrak ubi jalar ungu yaitu pada
formula pertama berbentuk semi padat dan kasar, berwarna putih-merah muda
(pucat), dan beraroma kamfer, formula kedua yaitu berbentuk semi padat, sedikit
lembut, berwarna merah muda, dan aroma kamfer berkurang, dan formula ketiga
yaitu berbentuk semi padat, lebih lembut dari formula kedua, berwarna merahkeunguan,
dan aroma kamfer berkurang.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ubi
jalar ungu (Ipomea batatas Lamk) dapat digunakan sebagai zat pewarna alami.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka dapat disarankan untuk dilakukan
reformulasi cat kuku dengan formula yang lain dan ekstrak ubi jalar ungu
(Ipomea batatas Lamk) dimanfaatkan sebagai zat warna pada sedian lain misalnya
lipstik.

ABSTRAK
Rengga, Noviana. 2012. Efektivitas lotion ekstrak daun mimba (Azadirachta Indica) sebagai antinyamuk. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Drs. Bilal Subchan AS., M. Farm, Apt.

Kata Kunci : Efektivitas, Lotion Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta Indica), Antinyamuk.

Daun Mimba adalah salah satu yang termasuk kelompok tanaman obat. Tanaman ini dapat digunakan untuk mengusir serangga yang dapat menyebabkan penyakit seperti nyamuk. Bagian tanaman mimba yang digunakan sebagai obat antinyamuk adalah daunnya, karena didalam daunnya mengandung Azadiracthin dengan karakteristik bau menyengat dan rasa pahit sehingga dapat menolak nyamuk.
Ekstrak daun mimba yang digunakan, diperoleh melalui ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% yang diuapkan menjadi ekstrak kental menggunakan rotary evaporator, ekstrak yang diperoleh kemudian dibuat dalam bentuk lotion, diuji mutu fisik dan efektivitas lotion tersebut terhadap nyamuk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun mimba sebagai lotion antinyamuk. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang pada bulan April-Juli 2012. Pelaksanaan penelitian meliputi tiga tahap. Tahap pertama menentukan formulasi, menyusun prosedur kerja, dan menyiapkan bahan dan instrumen. Tahap kedua adalah proses pembuatan lotion antinyamuk ekstrak daun mimba. Tahap ketiga adalah tahap pengujian lotion meliputi, uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH dan uji efektivitas.
Hasil penelitian menunjukkan sediaan lotion antinyamuk ekstrak daun mimba efektif dalam menolak nyamuk.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa bahwa tanaman mimba dapat digunakan sebagai sediaan lotion antinyamuk sehingga industri dapat mengembangkan dan memanfaatkan tanaman mimba untuk menolak nyamuk. Selain itu penggunaan daun mimba bisa dikembangkan menjadi antinyamuk semprot karena potensinya sebagai pembunuh nyamuk.

ABSTRAK
Hanum, Anggi Nurinda. 2012. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Kulit Buah Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill.) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Drs. Bilal Subchan AS., M.Farm.,Apt.

Kata kunci : nilai LC50, kulit buah apel manalagi (Malus sylvestris Mill.), Brine Shrimp Lethality Test (BST).

Apel malang varietas manalagi (Malus sylvestris Mill.) merupakan salah satu kekayaan hayati Indonesia yang tumbuh subur di daerah Malang-Jawa Timur, memiliki kandungan gizi tinggi sehingga memiliki banyak manfaat terhadap kesehatan, diantaranya mencegah sariawan gusi, memperkuat daya tahan tubuh, menurunkan kadar kolesterol, dan mencegah kanker. Bagian tanaman yang digunakan yaitu kulit buahnya.
Kulit buah apel mengandung quercetin yang mempunyai efek sitotoksik. Untuk mengetahui efek sitotoksik dilakukan uji toksisitas akut terhadap hewan uji yakni larva udang Artemia salina Leach. dengan metode BST. Metode ini dipilih karena telah terbukti memiliki korelasi dengan daya sitotoksik senyawa antikanker.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Digunakan hewan uji 540 ekor larva yang dibagi dalam 3 batch dan 7 kelompok perlakuan. Tiap kelompok terdiri dari 10 ekor. Tiap kelompok dilakukan pengulangan percobaan 3 kali. Ekstrak kulit buah apel malang yang digunakan untuk pengujian dibuat dalam 6 konsentrasi yaitu 1, 10, 100, 500, 1000, 1500μg/ml serta 0 ug/ml sebagai kontrol negatif. Hasil pengamatan adalah terhadap larva yang mati 24 jam setelah pemberian bahan uji. Berdasarkan data, LC50 ekstrak etanol kulit buah apel malang ditentukan dengan analisis probit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah apel malang memilki efek toksik terhadap Artemia salina. Nilai LC50 dari ekstrak kulit buah apel malang adalah 401.43 μg/ml. Pemberian ekstrak kulit buah apel malang pada penelitian ini, menunjukkan potensi toksisitas akut terhadap larva Artemia salina Leach. menurut metode BST. Hal ini ditunjukkan dengan harga LC50 <1000 ug/ml.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sel kanker atau hewan uji yang lebih besar untuk membuktikan adanya aktifitas antikanker dari kulit buah apel malang serta dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kulit buah apel varietas lain untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan sitotoksik.

ABSTRAK
Hoar, Anggelina Emirentiana, 2012. Tingkat Kepatuhan Minum Obat Penderita
Tuberculosis Paru di Puskesmas Seon Desa Wemeda Kecamatan Malaka
Timur Kabupaten Belu Propinsi NTT
. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang, Pembimbing Rudy Mardianto, S.Si.,Apt.

Kata Kunci : Tuberculosis Paru, Kepatuhan, Penderita TBC

Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis). Pengobatan Tuberculosis Paru
membutuhkan waktu yang cukup lama 6 sampai 8 bulan dan bertahap. Untuk
mencapai tujuan pengobatan diperlukan kepatuhan dalam pengobatan, terutama
dalam minum obat dan mengambil obat di puskesmas. Kepatuhan dalam minum
obat adalah perilaku dari seorang penderita untuk mau menggunakan atau
mengkonsumsi obat sesuai aturan pakai sampai pengobatan selesai. Kepatuhan
minum obat penderita Tuberculosis paru bertujuan agar penderita benar-benar
sembuh dari penyakitnya dan menghindarkan penularan penyakit kepada orang
lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan minum obat
penderita Tuberculosis Paru di Puskesmas Seon Desa Wemeda Kecamatan
Malaka Timur Kabupaten Belu Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Penelitian dilakukan di Puskesmas Seon Kecamatan Malaka Timur
Kabupaten Belu Propinsi Nusa Tenggara Timur pada bulan April 2012. Jenis
penelitian termasuk penelitian deskriptif yang menggunakan metode survey.
Pengumpulan data memakai instrument berupa kuisioner.
Populasi dan sampel dalam penelitian adalah penderita Tuberculosis Paru
yang berobat di Puskesmas Seon Kecamatan Malaka Timur Kabupaten Belu
Propinsi Nusa Tenggara Timur periode Januari sampai Maret 2012 yang
berjumlah 17 orang, yang terdiri dari 10 penderita Wanita dan 7 penderita Pria.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kepatuhan minum obat
penderita Tuberculosis Paru mendapat kualifikasi cukup patuh yaitu dengan
persentase 73,85 %
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar petugas kesehatan melakukan
penyuluhan kesehatan secara rutin dalam rangka peningkatan kepatuhan minum
obat penderita Tuberculosis Paru . Sehingga terjadi penurunan jumlah penderita
TBC Paru.

ABSTRAK
Laili, Hikmawatul. 2012. Uji Mutu Fisik Dan Uji Volunter Sediaan Lotion Ekstrak Minyak Biji Kemiri (Aleuritidis semen) Sebagai Emmolient. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Kartini, ST.M.Biomed

Kata Kunci : Uji Mutu fisik, Uji volunter, Lotion, Minyak Biji Kemiri

Aleuritidis semen yang lebih dikenal sebagai kemiri, merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat dan penyedap makanan. Khasiat yang terkandung di dalamnya antara lain untuk mengatasi sariawan, menurunkan kolesterol, antioksidan, antibakteri, dan mencegah kanker. Bagian tanaman yang digunakan yaitu biji buahnya. Di dalam biji kemiri terdapat saponin, flavonoid, dan polifenol, di samping itu daging bijinya mengandung minyak lemak, protein dan resin dan gliserida, linoleat, oleat dan berbagai asam linoleat itu yang dapat menghaluskan kulit
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah lotion dengan bahan aktif ekstrak biji kemiri dengan konsentrasi 10%, 20% 30% memenuhi persyaratan mutu fisik lotion dan untuk mengetahui formulasi mana yang paling disukai oleh volunteer
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, pada bulan juni sampai juli 2012. Pengambilan minyak buah kemiri menggunakan metode sokletasi. Minyak tersebut akan digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan sediaan lotion. Ekstrak minyak kemiri yang digunakan untuk formulasi sediaan lotion dibuat dalam 3 konsentrasi yaitu 10%, 20%, 30%.

ABSTRAK
Botha, Florida. 2012. Pengaruh pemberian Ekstrak Jamur Tiram Putih Etanol 50%, 70% dan 96% terhadap Kadar Kolesterol Darah Mencit Putih. Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Drs. Sentot Joko Raharjo, M.Si.

Kata kunci: ekstrak jamur tiram putih, etanol 50%, 70%, 96%, antikolesterol, kolesterol total,mencit.

Kolesterol merupakan jenis lemak normal yang terdapat di dalam darah. Namun kolesterol dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang akhirnya akan berdampak pada penyakit jantung koroner. Salah satu alternative menurunkan kadar kolesterol adalah dengan pemanfaatan jamur tiram putih.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian hasil ekstarak jamur tiram putih metode maserasi menggunakan pelarut etanol 50%, 70% dan 96% terhadap penurunan kadar kolesterol. Hewan uji yang digunakan sebanayak 15 ekor dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing 3 ekor, yaitu kelompok ekstrak jamur tiram putih etanol 50%, kelompok ekstrak jamur tiram putih etanol 70%, kelompok ekstrak jamur tiram putih etanol 96%, kontrol positif dengan pemberian gembfibrozil dan kontrol negatif dengan pemberian aquadest.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak jamur tiram putih etanol 50%, 70% dan 96% mempengaruhi penurunan kadar kolesterol darah mencit. Pada ekstrak jamur tiram putih etanol 70% diketahui ekstrak yang paling optimal kecenderungannya untuk menurunkan kadar kolesterol darah mencit, Hal ini menunjukan bahwa ekstrak jamur tiram putih etanol 70% terdapat paling berpotensi mengandung senyawa-senyawa sebagai antikolesterol dibandingakan dengan ekstrak yang lain dalam menurunkan kadar kolesterol darah pada mencit.
Saran penelitian ini adalah perlu dilakukan membuat suatu sediaan ekstrak yang menggunakan pelarut etanol 70%, sehingga sediaan yang dihasilkan banyak mengandung senyawa antikolesterol yang digunakan sebagai suatu sediaan antikolesterol dan diharapkan masyarakat pada umumnya menggunakan jamur tiram putih sebagai pilihan terapi alternative untuk menurunkan kadar kolesterol darah yang menjadi resiko penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner.

ABSTRAK
Bintari, Reggi Alfian 2012. Sensitivitas Bakteri Terhadap Antibiotik Amoxicillin
Pada Spesimen Darah Pasien Rawat Inap Penderita Infeksi RS. X di Kota
Malang.
Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi “Putra Indonesia” Malang,
Pembimbing Ernanin Dyah Wijayanti, S.Si, MP.

Kata kunci : amoxicillin, bakteri, darah, infeksi, pasien rawat inap, sensitivitas
bakteri.

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
patogen, dalam pengobatan umumnya digunakan antibiotik broad spectrum,
contohnya adalah amoxicillin. Amoxicillin merupakan antibiotika golongan
penicillin yang pertama kali ditemukan. Suatu antibiotik berspektrum luas,
efektivitas kliniknya belum tentu seluas spektrumnya (efektivitasnya rendah).
Masalah resistensi terhadap antibiotik mulai muncul dikarenakan penggunaan
antibiotik dalam jangka waktu yang cukup lama. Berbagai studi menunjukkan
bahwa sekitar 40 hingga 62 persen antibiotik digunakan untuk penyakit-penyakit
yang tidak memerlukannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis bekteri
yang terdapat pada sampel darah. Serta untuk mengetahui sensitivitas bakteri
penyebab penyakit infeksi terhadap antibiotik Amoxicillin.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Rumah
Sakit Saiful Anwar (RSSA). Pengambilan sampel darah dilakukan di RS.X di kota
Malang. Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah bakteri dari
sampel darah pasien rawat inap penderita infeksi yang memenuhi kriteri inklusi.
Untuk analisis data digunakan berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh,
yang meliputi hasil identifikasi bakteri dan uji sensitivitas.
Hasil menunjukkan bahwa dari 5 sampel yang diperoleh hanya 1 sampel
yang terdeteksi adanya bakteri. Hal ini dikarenakan kriteria inklusi pada
pengambilan sampel darah yang dilakukan hanya menekankan pengambilan
sampel pada pasien yang menunjukkan indikasi infeksi dengan gejala umum,
tidak berdasarkan jenis penyakit yang diderita pasien, sehingga dari 5 sampel
darah yeng diperoleh pada pengambilan sampel 3 diantaranya merupakan sampel
darah dari pasien indikasi selulitis dan 1 sampel pasien indikasi diare. Bakteri
teridentifikasi sebagai Staphylococcus. Amoxicillin merupakan antibiotik broad
spectrum. Hasil uji sensitivitas terhadap amoxicillin menunjukkan diameter zona
hambat sebesar 22 mm, namun diameter tersebut meskipun dapat menghambat
untuk Amoxicillin pada bakteri Staphylococcus dinyatakan resisten terhadap
amoxicillin (berdasarkan ketentuan rentang sensitivitas ≥ 29 mm, resisten ≤ 28
mm) dikarenakan Staphylococcus merupakan bakteri penghasil enzin β-laktamase
yang dapat merusak cincin β-laktam pada amoxicillin.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi
terkait dalam pemberian terapi Amoxicillin yang lebih tepat. Untuk penelitian
selanjutnya dapat dilakukan pemilihan sampel selain darah seperti urin, agar dapat
diperoleh data yang lebih banyak serta dalam pemilihan sampel pasien dilakukan
lebih seksama lagi agar mendapatkan sampel yang dapat menunjukkan hasil
positif.

ABSTRAK
Ariska, Widi Dwi. 2012. Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Penyakit Jantung
Koroner di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tentara Dr Soepraoen
Malang Periode Januari-Mei 2012
. Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang, Pembimbing Endang Susilowati M.Farm-
Klin.,Apt.

Kata kunci: studi penggunaan obat, penyakit jantung koroner, rawat inap
Penyakit Jantung Koroner (PJK) menunjukkan ketidakseimbangan antara
aliran darah arteri dan kebutuhan miokardium sehingga menimbulkan iskemi.

Penatalaksanaan PJK membutuhkan jenis obat cukup banyak meliputi pengobatan
untuk mengatasi serangan, pengobatan preventif jangka panjang, serta pengobatan
untuk underlying disease seperti hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus.
Semakin kompleks terapi yang diberikan maka kemungkinan terjadi masalah
terkait obat semakin besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan profil
pasien dan penggunaan obat pada pasien PJK.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data retrospektif
pasien yang terdiagnosa PJK di RST Dr Soepraoen Malang selama bulan Januari-
Mei 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien laki-laki lebih banyak
dibanding wanita yakni laki-laki 80% dan wanita 20%. Usia pasien terbanyak
rata-rata 55-64 tahun. Faktor risiko terbesar PJK adalah hipertensi sebesar 55%.
Lama perawatan pasien PJK rata-rata 4-6 hari. Terapi utama pada pasien PJK
meliputi resusitasi cairan, antiiskemik (ISDN, bisoprolol, diltiazem), antikoagulan
(fondaparinux, parnaparin, enoxaparin), antiplatelet (aspirin, klopidogrel), dan
statin (simvastatin). Terapi penunjang meliputi antihipertensi, antidiabetes, dan
antilipid. Terapi lain-lain yang sifatnya sebagai terapi simptomatis meliputi
antiansietas, obat iritasi lambung, analgesik, laksansia, bronkodilator, antiemetik
dan antivertigo. Underlying disease pasien PJK meliputi hipertensi, diabetes
mellitus, dan hiperlipidemia. Pengobatan antihipertensi meliputi Beta-Bloker
(bisoprolol), Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (captopril, ramipril,
lisinopril), Calcium Channel Bloker (diltiazem, amlodipin), Angiotensin Reseptor
Bloker (valsartan, irbersartan), diuretik (furosemid, HCT), Pengobatan
hiperlipidemia menggunakan obat golongan statin (simvastatin, atorvastatin,
rouvastatin). Pengobatan diabetes melitus meliputi insulin, dan antidiabet oral
seperti sulfonilurea (glimepirid) dan biguanid (metformin).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi pasien PJK
sangat kompleks, sehingga untuk mencegah kemungkinan terjadi masalah terkait
obat disarankan adanya layanan pharmaceutical care di rumah sakit

ABSTRAK
Anik. 2012. Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Mutu Fisik dan Penerimaan Volunter Sediaan Tablet. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Fandi Satria, S.Farm., Apt.

Kata kunci : Carica papaya L., mutu fisik, penerimaan volunteer, tablet.

Kehidupan modern menuntut manusia agar selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dimana kehidupan manusia tak terpisahkan oleh dunia luar yang memaksa manusia terpapar dengan berbagai sumber penyakit seperti bakteri, virus dan jamur. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengkonsumsi antioksidan, salah satunya yaitu vitamin C. Dipasaran banyak beredar tablet vitamin C namun masih menggunakan bahan sintetik. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti ingin membuat sediaan berbahan dasar alami yaitu ekstrak daun pepaya dalam bentuk sediaan tablet sebagai suplemen vitamin C, sehingga dapat memberikan inovasi bentuk sediaan herbal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mutu fisik dan penerimaan volunter terhadap tablet yang dibuat.
Tablet ekstrak daun pepaya adalah suatu bentuk sediaan padat yang dibuat secara kempa cetak dengan bahan dasar ekstrak daun pepaya, diolah dengan berbagai bahan tambahan seperti bahan pengikat, penghancur, pewarna, aroma dan pelincir hingga tercapai suatu sediaan yang kompak.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang pada bulan Mei 2012. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan. Tablet yang sudah jadi selanjutnya di uji mutu fisiknya meliputi uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji waktu hancur dan uji kerapuhan serta uji penerimaan volunter.
Hasil penelitian menunjukkan pada uji keseragaman bobot dari ketiga formula diperoleh rata-rata persen penyimpangan berturut-turut 4,8%; 3,8% dan 5,0%, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil tersebut memenuhi syarat karena tidak > 7,5% dan 15%. Pada uji kekerasan dari ketiga formula bertururt-turut 4,8; 4,6 dan 2,5, sehingga dapat dikatakan hanya formula I dan II yang memenuhi syarat karena > 4 kg/ cm3. Pada uji kerapuhan dari ketiga formula berturut-turut 0,42%, 0,47% dan 2,73%, sehingga dapat dikatakan hanya formula I dan II yang memenuhi syarat karena < 1%. Pada uji waktu hancur dari ketiga formula berturut-turut 28,39 menit; 28,36 menit dan 7,38 menit, sehingga dapat dikatakan hanya formula III yang memenuhi syarat karena < 15 menit. Dari rangkuman hasil penerimaan volunteer diperoleh prosentase rata-rata dari ketiga formula berturut-turut sebesar 90%; 71% dan 85%, yang masuk dalam kriteria “sangat puas”; “kurang puas” dan “puas”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan supaya dilakukan uji efektifitas untuk mengetahui khasiat vitamin C sebagai antioksidan, selain itu dilakukan uji kadar vitamin C sebelum dan sesudah dibuat sediaan tablet.

ABSTRAKSI
Tyas, Widari Wahyuning. 2012. Eksplorasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Dekok
Daun Insulin (Smallanthus Sonchifolius) Dengan Metode KLT Dan
Spektrofotometri UV-Vis Dan IR
. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis
Farmasi dan Makanan Putera Indonesia Malang, Pembimbing Drs.
Sentot Joko Raharjo, M.Si.

Kata kunci : Isolasi, Identifikasi, Flavonoid, Dekokta, Smallanthus Sonchifolius.

Penelitian ini menggunakan daun segar insulin 100 gram diekstrak dengan
1000 ml air menggunakan metode dekokta. Dilakukan ekstraksi cair cair dengan
kloroform dan etil asetat, kemudian diidentifikasi dengan penambahan reagen
FeCl3, dan Mg-HCl-1 ml amil alkohol,eksplorasi senyawa flavonoid pada ekstrak
dekok daun insulin (Smallanthus sonchifolius) dengan metode KLT dengan eluen
kloroform : etil asetat (9:1) menunjukkan diperoleh enam noda berwarna kuning –
ungu dengan penampak noda H2SO4 1%. Hasil pemisahan senyawa flavonoid
pada ekstrak dekok daun insulin (Smallanthus sonchifolius) dengan menggunakan
metode kromatografi kolom diperoleh 10 fraksi dan fraksi ke-2 merupakan
komponen utama. Identifikasi fraksi ke-2 metode spektrofotometri IR diperoleh
fraksi ke-2 (F2) senyawa flavonoid yang memiliki gugus OH, CH aromatik, CH
alifatik, C=O, C=C, C=C aromatik, dan C-O alkohol serta memiliki panjang
gelombang maksimum 221 nm dan 321 nm.

ABSTRAK
Kaka, Esther Ambu.2012. Efektivitas sediaan lotion antinyamuk yang terbuat
dari ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni)
. Karya Tulis Ilmiah. Akademi
Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Drs. Bilal Subchan, AS, Apt.

Kata Kunci : Efektivitas, Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni),
Antinyamuk, lotion.

Biji mahoni adalah salah satu yang termasuk kelompok tanaman obat.
Tanaman ini dapat digunakan untuk mengusir serangga yang dapat menyebabkan
penyakit seperti nyamuk. Bagian tanaman mahoni yang digunakan sebagai
antinyamuk adalah bijinya, karena di dalam biji mahoni mengandung alkaloid
dengan karakteristik bau menyengat dan rasa pahit sehingga dapat menolak
nyamuk. Maka penelitian dilakukan dengan tujuan Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas ekstrak biji mahoni sebagai lotion antinyamuk.
Ekstrak biji mahoni yang digunakan diperoleh melalui ekstraksi dengan
cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak yang diperoleh kemudian
dibuat dalam bentuk lotion, diuji mutu dan efektivitas lotion terhadap nyamuk.
Penelitian ini dilakukan diLaboratorium Farmasetika Akademi Farmasi
Putra Indonesia pada bulan April sampai Juli. Penelitian lotion ekstrak biji mahoni
dilakukan dengan tiga konsentrasi yaitu konsentrasi 5%, 10%, dan 15%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak biji mahoni 5%
dioleskan pada kain dihinggapi 7 ekor nyamuk, konsentrasi 10% dihinggapi 5
ekor dan konsentrasi 15% dihinggapi 3ekor. Dan yang efektif sebagai sedian
antinyamuk adalah konsentrasi 10%, hal ini ditunjukkan dengan sedian yang
dioleskan pada kain dihinggapi 5 ekor nyamuk pada pengamatan selama 15
menit.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa tanaman biji mahoni dapat
digunakan sebagai sediaan lotion antinyamuk sehingga industri dapat
mengembangkan dan memanfaatkan tanaman biji mahoni untuk menolak
nyamuk. Selain itu penggunaan biji mahoni bisa dikembangkan menjadi
antinyamuk semprot karena potensinya sebagai pembunuh nyamuk. Dan biji
mahoni bisa dilanjutkan untuk pembuatan antinyamuk pada sedian lain.

ABSTRAK
Novitasari, Ike Ayu. 2012. Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Biji Mahoni
(Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap Uji Mutu Fisik dan Uji
Penerimaan Volunter Sediaan Tablet Antidiabetik
. Karya Tulis
Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Fandi
Satria, S.Farm., Apt.

Kata Kunci : Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), mutu fisik tablet,
antidiabetik.

Kehidupan manusia semakin hari semakin keluar dari level kesehatan
sehingga menimbulkan berbagai penyakit, salah satunya adalah Diabetes Melitus.
Penyakit ini membutuhkan pengobatan jangka panjang dan biaya yang mahal
sehingga dibutuhkan alternatif lain dari tumbuhan herbal. Biji mahoni yang
mempunyai kandungan saponin dan flavonoid memiliki banyak manfaat salah
satunya adalah sebagai penurun kadar glukosa darah sehingga dapat dimanfaatkan
untuk obat antidiabetik. Rasanya yang sangat pahit membuat konsumen kurang
praktis sehingga dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet untuk
menutupi rasa pahitnya.
Tablet ekstrak Biji mahoni adalah suatu bentuk sediaan padat yang dibuat
secara kempa cetak dengan bahan dasar ekstrak Biji mahoni, diolah dengan
berbagai bahan tambahan seperti bahan pengikat, penghancur, pengisi, dan
pelincir hingga tercapai suatu sediaan yang kompak.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan laboratorium
Tablet Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang pada bulan April-Juli.
Pelaksanaan penelitian meliputi tiga tahap. Tahap pertama yaitu persiapan
menentukan formulasi tablet, tahap kedua yaitu pelaksanaan pembuatan tablet dari
penyiapan ekstrak hingga dicetaknya tablet, dan yang ketiga tahap akhir yaitu
pengujian tablet meliputi, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, uji
keseragaman ukuran, uji keseragaman bobot, dan uji waktu hancur tablet serta uji
penerimaan volunter terhadap sifat organoleptis tablet yang dibuat
Hasil penelitian menunjukkan sediaan tablet ekstrak biji mahoni lima dari
uji mutu fisik, tiga diantaranya telah memenuhi persyaratan yaitu kerapuhan,
keseragaman ukuran, dan keseragaman bobot. Uji mutu fisik kekerasan dan waktu
hancur belum memenuhi persyaratan. Jadi dapat dismpulkan bahwa sediaan tablet
yang dihasilkan belum memenuhi persyaratan menurut Farmakope Indonesia
edisi.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang studi formula sediaan tablet ekstrak biji mahoni dengan
meningkatkan konsentrasi pengikat dan penghancur agar dihasilkan sediaan tablet
yang lebih baik.

ABSTRAK
Krisnanto Liyan Aji. 2012. Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi Dari Spesimen Darah Pasien Rawat Inap Rumah Sakit X Di Kota Malang. Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbin Rudi Mardianto, S.Si, Apt

Kata kunci : Identifikasi, Bakteri, Infeksi

Identifikasi bakteri adalah proses penentuan jenis bakteri yang terdapat pada sampel yang akan diteliti. Dapat dilakukan dengan pembiakan bakteri, isolasi , pewarnaan Gram, kemudian uji biokimia. Pada identifikasi ini sampel yang digunakan adalah spesimen darah pasien yang didiagnosa terinfeksi. Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan jenis bakteri penyebab infeksi pasien rawat inap Rumah Sakit X di kota Malang. Untuk mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi pasien rawat inap Rumah Sakit X di kota Malang melalui spesimen darah digunakan metode difusi. Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini meliputi tahap kegiatan persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
Dari hasil penelitian identifikasi bakteri pasien rawat inap rumah sakit X di kota malang terdapat lima pasien yang ditetapkan sebagai sampel penelitian. Semua pasien didiagnosa panyakit yang berbeda-beda dilihat dari masing-masing gejala pasien, setelah melihat rekam medik pasien ketiga pasien telah mendapat terapi antibiotik dan dua diantaranya belum mendapat terapi antibiotik.
Setelah melakukan identifikasi diketahui bahwa dari kelima sampel pasien rawat inap rumah saikit X di kota malang hanya sampel ketiga yang sampel darahnya terdapat bakteri. Pada sampel darah pasien tersebut ditemukan bakteri gram positif genus stafilococcus koagulase negatif atau termasuk kelompok kuman gram positif aerob. Kemudian keempat sampel yang lain dinyatakan negatif atau sampel darah steril. Banyak faktor yang mempengaruhi tidak ditemukanya bakteri dalam darah pasien, yang pertama kemungkinan bakteri dalam darah pasien telah mati dengan pemberian antibiotik sebelumnya, kemungkinan pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh dan leukosid dalam darah bukan karena infeksi tetapi faktor lain. Diketahui bahwa bakteri menginfeksi dengan cara melakukan penetrasi yaitu dengan cara melubangi membran sel dengan menggunakan enzim, setelah itu bakteri akan memulai mereplikasi materi genetik dan selubung protein, kemudian bakteri akan memanfaatkan organel-organel sel, kemudian sel mengalami lisis. Dari sini dapat memberi masukan kepada dokter agar lebih mempertimbangkan kembali untuk memberikan terapi antibiotik, dan survei peta medan kuman dan kepekaan antibiotik perlu dilaksanakan secara rutin agar klinisi mempunyai pedoman dalam merancang alternatif tindakan dan terapi antibiotik pilihan.

ABSTRAK
Valencio, Erick Marschallino. 2012. Identifikasi Kandungan Vitamin C Pada Maserat
Bunga Krisan (Chrysanthemum Indicum L) Menggunakan Uji Kualitatif Reaksi
Warna Dan Spektrofotometri Uv
. Karya Tulis Ilmiah, Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang. Pembimbing Dra. Wahyu Wuryandari M.Pd.

Kata kunci : identifikasi, vitamin C, bunga krisan (Chrysanthemum indicum L), uji
kualitatif

Minuman Chrysanthemum merupakan minuman kesehatan yang berasal dari
bunga Chrysanthemum yang digunakan untuk menjaga daya tahan tubuh. Namun belum
diketahui kandungan di dalam bunga Chrysanthemum yang dapat berfungsi untuk
menjaga daya tahan tubuh, dan selama ini peran vitamin C yang berfungsi untuk
menjaga daya tahan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat atau tidak
terdapat kandungan vitamin C dalam bunga krisan (Chrysanthemum indicum L).
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah maserat bunga krisan
(Chrysanthemum indicum L). Metode identifikasi vitamin C dalam bunga krisan yang
digunakan adalah analisis secara kualitatif dengan Reaksi Warna dan Spektrofotometri
UV.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang. Adapun rancangan penelitian meliputi tahap persiapan yaitu
menyiapkan sampel, alat, dan bahan. Tahap pelaksanaan yaitu uji kualitatif. Tahap akhir
yaitu menganalisis data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada uji kualitatif Reaksi Warna dapat
disimpulkan bahwa di dalam bunga krisan (Chrysanthemum indicum L) mengandung
Vitamin C dan pada uji kualitatif Spektrofotometri UV menunjukkan positif
mengandung vitamin C.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada peneliti selanjutnya
diharapkan dapat menguji kadar vitamin C secara kuantitatif menggunakan pelarut yang
lebih spesifik.

ABSTRAK
Noviyanti. 2012. Aktivita dasn Uji Mutu Fisik Lotion Anti Nyamuk Ekstrak
Bunga Melati (Jasminum Uji Asambac L.)
. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang, Pembimbing Kartini, ST. M. Biomed

Kata Kunci : aktivitas, mutu fisik, lotion ekstrak bunga melati (Jasminum sambac
L.), anti nyamuk.

Bunga melati diduga sebagai tanaman anti nyamuk karena bunga melati
mengandung senyawa aktif seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan tanin.
Karena senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan berfungsi sebagai
insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid,
alkaloid, minyak atsiri dan steroid, maka peneliti mencoba memanfaatkan ekstrak
bunga melati dibuat menjadi lotion anti nyamuk.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas dan mutu fisik lotion
estrak bunga melati yang meliputi uji organoleptis (bentuk, warna, dan bau), uji
homogenitas, dan uji pH dibuat dalam 3 konsentrasi yaitu formulasi I dengan
konsentrasi 7,5%, formulasi II dengan konsentrasi 15%, dan formulasi III dengan
konsentrasi 22,5%. Percobaan ini menggunakan 3 perlakuan, dengan
menggunakan kontrol sediaan tanpa ekstrak bunga melati dan kontrol positif
dengan sampel “X”.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Akademi Farmasi
Putera Indonesia Malang pada bulan April-Juli 2012. Pelaksanaan penelitian
meliputi tiga tahap. Tahap pertama menentukan formulasi, menyusun prosedur
kerja, dan menyiapkan bahan dan instrumen. Tahap kedua adalah proses
pembuatan lotion anti nyamuk ekstrak bunga melati. Tahap ketiga adalah tahap
pengujian lotion meliputi, uji aktivitas dan uji mutu fisik lotion yang meliputi uji
organoleptis, uji homogenitas, dan uji pH.
Berdasarkan hasil penelitian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui aktivitas nyamuk menggunakan minyak atsiri bunga melati.

ABSTRAK
Yashinta, Fadilatul Diana. 2012. Pengaruh Air dan Alkohol Sebagai Pelarut
Bahan Pengikat Polivinil Pirolidin Terhadap Mutu Fisik Tablet Ekstrak
Temu Putih (Curcuma Zedoaria Rosc). Karya Tulis Ilmiah. Akademi
Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Fandi satri, S.Farm, Apt.
Kata Kunci: Mutu fisik, Tablet, Polivinil pirolidon, Air, Alkohol
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah rimpang
temu putih (Curcuma zedoria Rosc). Rimpang temu putih mempunyai khasiat
untuk menghilangkan nyeri, antiinflamasi dan antikanker.
Proses pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah, dimana
polivinil pirolidon dengan konsentrasi 5% dilarutkan menggunakan aquadest
untuk formulasi I, kemudian untuk formulasi II polivinil pirolidon dilarutkan
menggunakan alkohol 96%. Setelah polivinil pirolidon dilarutkan menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian dicampur dengan bahan lainnya hingga homogen
dan membentuk masa yang kalis. Masa kalis tersebut kemudian digranul
menggunakan ayakan mesh 14, lalu di oven hingga kering. Granul kering tersebut
diayak kembali menggunakan ayakan mesh no. 16, kemudian dicetak menjadi
tablet.
Pada uji mutu fisik tablet yang terkumpul dilakukan analisa menggunakan
metode Uji t Test. Hasil penelitian menunjukkan pada uji keseragaman bobot
rentang penyimpangan pada formula I untuk replikasi I, replikasi II dan replikasi
III sebesar 0.03% - 3.26%; 0.32% - 4.54%; 0.39% - 3.58%, sedangkan formula II
untuk replikasi I, replikasi II dan replikasi III sebesar 0.16% - 4.07%; 0% - 2.58%;
0.19% - 3.19%. Pada uji kekerasan pada formula I diperoleh data untuk replikasi
I, replikasi II dan replikasi III sebesar 5.5 kg/cm3; 5 kg/cm3; 5.2 kg/cm3,
sedangkan formula II untuk replikasi I, replikasi II dan replikasi III diperoleh data
5.3 kg/cm3; 5 kg/cm3; 5.5 kg/cm3. Uji kerapuhan pada formula I diperoleh data
untuk replikasi I, replikasi II dan replikasi III sebesar 0.4%; 0.3%; 0.4%,
sedangkan formula II untuk replikasi I, replikasi II dan replikasi III sebesar 0.5%;
0.4%; 0.3%. Pada uji waktu hancur formula I diperoleh data untuk replikasi I,
replikasi II dan replikasi III 7 menit 17 detik; 6 menit 50 detik; 7 menit 8 detik,
sedangkan formula II untuk replikasi I, replikasi II replikasi III 7 menit 11 detik; 6
menit 47 detik; 7 menit 20 detik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua
formula memenuhi semua syarat mutu fisik tablet, serta perbedaan pelarut air dan
alkohol pada polivinil pirolidon tidak mempengaruhi mutu fisik tablet, meliputi
keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disarankan untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang penggunaan bahan pengikat polivinil pirolidon
yang dilarutkan menggunakan bahan pelarut air dan alkohol terhadap mutu fisik
tablet effervescent.

ABSTRAK
Mayangsari, Dwi Dyah. 2012. Mutu Fisik dan Penerimaan Volunter Terhadap
Sediaan Hand Body Lotion Ekstrak Kulit Buah Pisang Kepok (Musa
paradisiaca L.)
. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang, Pembimbing Misgiati, A.Md., M.Pd.

Kata Kunci : Ekstrak kulit buah pisang kepok, Hand body lotion, Mutu fisik,
Penerimaan volunter.

Desa Wonosalam-Jombang merupakan daerah yang berpotensi
menghasilkan tanaman pisang, salah satunya jenis buah pisang kepok.
Pemanfaatan buah pisang kepok selama ini yang digunakan buahnya saja,
sedangkan kulit buahnya hanya akan menjadi limbah yang dapat mencemarkan
lingkungan. Kulit buah pisang mengandung vitamin-vitamin yang dapat
dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan kulit. Penelitian ini dilakukan untuk
membuat suatu inovasi produk baru, dimana digunakan pemanfaatan vitamin B
dan C yang terkandung dalam buah pisang kepok. Penelitian ini juga bertujuan
untuk mengetahui mutu fisik dan penerimaan volunter terhadap sediaan hand
body lotion ekstrak kulit buah pisang.
Sediaan lotion yang dibuat menggunakan ekstrak kulit buah pisang yang
selanjutnya dilakukan uji mutu fisik dan penerimaan volunter terhadap sediaan
hand body lotion ekstrak kulit pisang kepok.
Penelitian dalam pembuatan sediaan lotion dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi dan Farmasetika sedangkan penerimaan volunter dilakukan di
daerah Jombang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif.
Sediaan hand body lotion ekstrak kulit buah pisang menggunakan konsentrasi
15,6%. Penelitian terhadap kulit buah pisang dilakukan menggunakan metode
maserasi dengan pelarut etanol 70%. Uji sediaan hand body lotion ekstrak kulit
buah pisang kepok dilakukan mutu fisik dan penerimaan volunter dengan
menggunakan angket volunter.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fisik sediaan hand body lotion
ekstrak kulit buah pisang kepok mempunyai nilai homogenitas yang baik, pH
masuk dalam rentang pH kulit, daya sebar memasuki rentang, serta kestabilan
sediaan lotion stabil dalam jangka waktu 2 bulan 15 hari. Penerimaan volunter
mempunyai persentase 51,14% yang dikategorikan dalam kriteria sediaan cukup
baik.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan penelitian selanjutnya dapat
mempertimbangkan konsentrasi emulgator serta bahan tambahan yang terkait uji
mutu fisik sediaan lotion.

ABSTRAK
Camelia, Faidatul. 2012. Uji Aktivitas dan Uji Mutu Fisik Terhadap Variasi
Bahan Tambahan Formula Sediaan Sampo Ekstrak Buah Jeruk Purut
(Citrus hystrix D.C) dalam Menghambat Jamur Ketombe (Malassezia sp).

Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang.
Pembimbing Erna Susanti, M. Biomed., Apt

Kata Kunci : Buah Jeruk Purut, Daya hambat, Jamur Malassezia sp, Mutu Fisik,
Sampo.

Buah jeruk purut salah satu tanaman secara empiris air perasannya
digunakan untuk menghilangan ketombe, kandungan buah jeruk purut adalah
saponin, tannin, flavanoid, minyak atsiri d-limonene dan sitrat yang mempunyai
khasiat sebagai antijamur, akan tetapi hal tersebut sudah banyak ditinggalkan
karena kurang praktis untuk digunakan, sehingga diperlukan sediaan yang praktis
dalam penggunaannya. Hal ini mendorong peneliti untuk memanfaatkan ekstrak
buah jeruk purut untuk diformulasikan dalam bentuk sediaan yang praktis yaitu
sampo antiketombe.
Tujuan penelitian ini untuk menguji aktivitas dan mutu fisik sampo
meliputi pH, tinggi busa, dan organoleptis dengan menggunakan tiga formula
berbeda pada ekstrak buah jeruk purut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fisik dari sediaan sampo
formula I dan II memenuhi syarat SNI dan hasil uji aktivitasnya pada formula I
dan II dapat membunuh jamur ketombe.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Terdapat perbedaan hasil
aktivitas variasi formula sampo ekstrak buah jeruk purut dalam membunuh jamur
Malassezia sp dan terdapat pengaruh variasi formula sediaan sampo ekstrak buah
jeruk purut dalam membunuh jamur ketombe.
Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan isolasi zat

ABSTRAK
Andriani, Lisa. 2012. Uji Khasiat Antipiretik, Mutu Fisik dan Penerimaan Responden
Granul Effervesent Ekstrak Daun Cocor Bebek (kalanchois folium)
Karya Tulis
Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Bambang Arief
P.,S.Si,Apt

Kata Kunci : uji khasiat antipiretik, mutu fisik dan penerimaan responden granul effervesent
ekstrak daun cocor bebek (kalanchois folium)

Cocor bebek merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang memiliki khasiat
menurunkan demam. Bagian tanaman yang digunakan sebagai antipiretik adalah seluruh
bagian daun Untuk mengetahui seberapa besar khasiatnya dalam menurunkan demam,
dilakukan uji antipiretik pada hewan coba mencit putih. Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan adanya khasiat antipiretik ekstrak daun cocor bebek pada mencit putih dengan
pembanding parasetamol, selain itu juga untuk mengetahui uji mutu fisik dan uji responden.
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan
hewan uji mencit putih sebanyak 9 ekor yang dipilih secara random. untuk masing-masing
perlakuan yang terdiri dari 3 kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor
mencit dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Untuk kelompok A adalah kontrol negatif
dengan pemberian larutan aquades, kelompok B adalah kontrol positif dengan pemberian
larutan parasetamol, sedangkan untuk kelompok C adalah kelompok sampel granul
effervesent dosis 90 g ekstrak daun cocor bebek (kalanchois folium).
Ekstrak diperoleh dengan cara maserasi. Metode ini dipilih karena metode yang
paling mudah dan praktis untuk digunakan karena prinsip kerjanya yang sederhana.
Rancangan penelitian ini yaitu meningkatkan tempratur suhu badan mencit dengan diinduksi
pepton dan akan diturunkan dengan masing-masing sampel yang diberikan secara oral
menggunakan jarum sonde, lalu diukur tempratur suhu badan mencit putih melalui rectal.
Dari data-data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan menggunakan Analisis Varian
Satu Arah (ANAVA) Satu Arah dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat khasiat antipiretik granul
effervescent ekstrak daun cocor bebek (kalanchois folium). pada mencit putih yang
didemamkan dengan variasi dosis. Dari dosis granul effervesent dosis 90 g tidak mempunyai
efek antipiretik yang mendekati parasetamol. Pada uji kadar air dan waktu alir tidak
memenuhi syarat. sedangkan uji kelarutan dan uji waktu larut memenuhi syarat. pada uji
responden granul effervesent baik dan layak dipasarkan. Berdasarkan hasil penelitian ini,
peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan pengujian granul
effervesent kembali mengenai khasiat daun cocor bebek (kalanchois folium) yang berkhasiat
sebagai antipiretik ( penurun demam ).

ABSTRAK
Wulansari, Suci. 2012. Uji Mutu Fisik dan Uji Efektifitas Sediaan Tablet Hisap
Ekstrak Daun Sirih (Piper bettle L.) sebagai Antiseptik
. Karya Tulis
Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Fandi
Satria, S.Farm., Apt.

Kata kunci : Piper Bettle L., tablet hisap, uji mutu fisik, uji efektivitas.

Perawatan gigi dan mulut sangatlah penting untuk diperhatikan, karena akan
menjadi penyebab tumbuhnya mikroorganisme yang menimbulkan berbagai
macam masalah gigi dan mulut, salah satunya disebabkan oleh bakteri
Streptococcus mutans. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti ingin
membuat sediaan berbahan dasar alami sebagai perawatan penunjang. yaitu
ekstrak daun sirih dalam bentuk sediaan tablet hisap yang berkhasiat sebagai
antiseptik mulut. Tujuan penelitian ini yaitu membuat formula tablet hisap dari
ekstrak daun sirih untuk mengetahui mutu fisik dan efektivitas sediaan tablet
hisap ekstrak daun sirih.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Akademi Farmasi Putra Indonesia
Malang pada bulan Mei 2012. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan. Tablet yang sudah
jadi selanjutnya di uji mutu fisiknya meliputi uji keseragaman bobot, uji
kekerasan, uji waktu hancur dan uji kerapuhan serta uji efektivitas tablet hisap
ekstrak daun sirih.
Hasil penelitian menunjukkan pada uji keseragaman bobot Formula
I,II,dan III dengan persen penyimpangan berturut-turut 0,43% - 1,31%, 0,14% -
2,29%,dan 0% - 2,15%, sehingga dapat diketahui bahwa hasil tersebut memenuhi
persyaratan. Pada uji keseragaman ukuran diperoleh rata-rata tebal ketiga formula
berturut-turut 0,457, 0,463, 0,462, sehingga hasil memenuhi syarat. Pada uji
kekerasan tablet diperoleh rata-rata ketiga formula berturut-turut 3,8kg/cm3,
2,4kg/cm3, 1,2kg/cm3, sehingga dapat diketahui tidak memenuhi syarat kekerasan
tablet yaitu kekuatan tablet minimum 4 kg/cm. Pada uji kerapuhan tablet
diperoleh rata-rata ketiga formula berturut-turut 0,35%, 0,56%, 0,82%, sehingga
dapat diketahui memenuhi persyaratan karena kurang dari 1%. Pada uji waktu
hancur tablet diperoleh rata-rata ketifa formula berturut-turut 14,39, 12,24, 7,15
sehingga dapat diketahui memenuhi syarat yaitu waktu hancur tidak lebih dari 15
menit sesuai syarat Farmakope Indonesia. Dari hasil penelitian rata-rata uji
efektifitas ketiga formula yaitu 1,48cm, 2,46cm, 2,67cm, dan tablet yang ada
dipasaran 8,01cm.
Dari rangkuman hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak
daun sirih mempengaruhi mutu fisik dan efektivitas tablet hisap ekstrak daun sirih
sebagai antiseptik. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan supaya dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang formulasi tablet hisap ekstrak daun sirih dengan
meningkatkan konsentrasi amylum sebagai pengikat dan dilakukan peningkat
dosis untuk efektivitas anti bakteri.

ABSTRAK
Puspitasari, Erna. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Kitin pada Teripang
Pasir (Holothuria Scabra) Terhadap Bakteri Staphylocoocus aureus.

Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang,
Pembimbing Sugeng Wijiono, S.Si., Apt.

Kata Kunci: Efektifitas Antibakteri Senyawa Kitin pada Teripang Pasir

(Holothuria acabra) Terhadap Bakteri Staphylocoocus aureus
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
17.504 pulau dan garis pantai lebih dari 81.000 km dengan luas perairan laut
sekitar 5,8 juta km2 (75% dari total Wilayah Indonesia). Kondisi alam dan iklim
yang tidak fluktuatif atau labil, menjadikan Indonesia mempunyai potensi sumber
daya laut dengan keanekaragaman hayati yang sangat besar, salah satunya yaitu
teripang pasir (Holothuria scabra). Salah satu kandungan teripang pasir
(Holothuria scabra ) adalah kitin dan merupakan senyawa karbohidrat yang
termasuk dalam polisakarida,dan merupakan polisakarida terbesar kedua setelah
selulosa. Kitin mepunyai manfaat sebagai antibakteri. Hasil isolasi senyawa kitin
kasar yang berupa serbuk putih kekuningan didapatkan melalui 3 tahapan yaitu,
tahap deproteinasi, tahap demineralisasi dan tahap depigmentasi. Percobaan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 pengamatan.
Dosis yang diujikan adalah 50mg, 100mg dan 150mg, dengan menggunakan
kontrol positif dan negatif.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang pada bulan April – Juli 2012. Penelitian aktivitas
antibakteri senyawa kitin pada teripang pasir (Holothuria scabra) terhadap bakteri
Staphylocoocus aureus meliputi 3 tahap yaitu Pertama, tahap persiapan yaitu
meliputi sterilisasi semua alat yang akan digunakan, pembuatan isolasi kitin pada
simplisia teripang pasir (Holothuria scabara) dengan proses isolasi yang terdiri
dari tahap deproteinasi, demineralisasi dan depigmentasi, pembuatan media dan
penyiapan suspensi bakteri. Kedua, tahap pelaksana yaitu pengujian aktivitas
antibakteri isolasi teripang pasir (Holothuria scabara) terhadap salah satu bakteri
gram positif Staphylococcus aureus. Ketiga, tahap akhir penelitian yaitu
melakukan pengamatan terhadap hasil pengujian, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil isolasi senyawa kitin kasar
pada teripang pasir (Holothuria scabra) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus. Hal ini ditunjukkan dengan adanya luas daerah hambat
atau zona bening pada dosis yaitu 50 mg yang mempunyai diameter zona hambat.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan perlu adanya analisa kualitatif dan
kuantitatif terhadap senyawa kitin, agar dapat mengetahui kemurnian dari
senyawa kitin, perlu adanya penelitian tentang daya hambat senyawa kitin kasar
pada teripang pasir (Holothuria scabra) terhadap bakteri lain, selain bakteri
staphylococcus aureus, dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk melihat
daya hambat yang lebih baik lagi dengan menggunakan pembanding.

ABSTRAK
Bela, Margaretha.2012. Uji Efektivitas Lotion Ekstrak Daun Pepaya (Carica
papaya L.) Sebagai Antinyamuk
. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang, Pembimbing Kartini,ST.M.Biomed.

Kata Kunci : Efektivitas, Lotion ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.),
Antinyamuk.

Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloid carpaine, pseudokarpaina,
glikosid, karposid dan saponin, sakarosa, dekstrosa, levulosa. Secara empiris,
masyarakat di Pulau Sumba, untuk mengusir nyamuk menggunakan daun pepaya
dimana menurut kepercayaan mereka bahwa daun pepaya efektif mengusir
nyamuk. Dan menurut penelitian sebelumnya alkaloid karpain, glukosida karpain,
sedikit damar, enzim proteolitik papain, dapat digunakan sebagai zat antinyamuk.
Sehubungan dengan hal tersebut adanya kandungan dari daun pepaya maka
peneliti mencoba memanfaatkan ekstrak daun pepaya dibuat dalam sediaan lotion
antinyamuk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas lotion ekstrak
daun pepaya dengan kadar 40%, 50% dan 60% terhadap nyamuk serta
konsentrasi yang paling efektif dalam menolak nyamuk.
Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Farmakognosi dan Farmasetika
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang pada bulan mei sampai juni 2012.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen, pelaksanaan
penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan
tahap akhir. Tahap persiapan dengan menentukan sampel, tahap pelaksanaan yaitu
pengambilan ekstrak daun pepaya dengan maserasi, dan pembuatan lotion ekstrak
daun pepaya dan dilanjutkan uji terhadap sediaan, tahap terakhir mengolah data
dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian
anava kemudian dilanjutkan dengan uji LSD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun pepaya 40%,
50%, 60% mempunyai aktivitas yang berbeda dan diperoleh kesimpulan bahwa
konsentrasi lotion ekstrak daun pepaya 50% merupakan konsentrasi paling efektif
sebagai lotion antinyamuk. Ini dapat diketahui dan aktivitas lotion konsentrasi
50% dan konsentrasi 60% berbeda nyata dengan kontrol negatif dan tidak berbeda
nyata dengan kontrol positif. Efektivitas lotion ekstrak daun pepaya konsentrasi
50% konsentrasinya setara dengan aktivitas kontrol positif. Konsentrasi lotion
ekstrak daun pepaya 50% paling efektif karena merupakan konsentrasi yang lebih
rendah.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan dilakukan isolasi alkaloid dari daun
pepaya sehingga konsentrasi zat aktifnya dalam sediaan lotion dapat diturunkan.

ABSTRAK
Mastianita, Diah Almira. 2012. Uji aktivitas antibakteri senyawa kitin pada isolasi teripang pasir (Holothuria scabra) terhadap bakteri Escherichia coli. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Sugeng Wijiono,S.Si.,Apt.

Kata Kunci : aktivitas antibakteri, senyawa kitin pada isolasi teripang pasir (Holothuria scabra), bakteri Escherichia coli.

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan hasil laut. Salah satu diantaranya adalah teripang. Komoditi teripang mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan atau kadar nutrisinya yang tinggi. Hasil penelitian, kandungan nutrisi teripang dalam kondisi kering terdiri dari protein 82%, lemak 1,7%, kadar air 8,9%, kadar abu 8,6%, dan karbohidrat 4,8%. Kitin merupakan polisakarida (2-asetamido-2-deoksi-β-(1→4)-D-glukopiranosa) dengan rumus molekul (C8H13NO5) yang tersusun atas 47% C, 6% H, 7% N, dan 40% O. Struktur kitin menyerupai struktur selulosa dan hanya berbeda pada gugus yang terikat di posisi atom C-2. Gugus pada C-2 selulosa adalah gugus hidroksil, sedangkan pada C-2 kitin adalah gugus N-asetil (-NHOCH3, asetamida). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji aktifitas antibakteri senyawa kitin hasil isolasi teripang pasir terhadap bakteri Escherichia coli.
Pada penelitian sebelumnya, senyawa kitin dapat menunjukkan aktivitas antimikroba. Beberapa mikroba yang telah digunakan yaitu Lactobasillus paracasei dan Serratia marcescens, Lactobasillus plantarum, Lactobasillus salvarius, Pediococcus acidilactic, dan Enterococcus facium, L.plantarum, L.acidophilus dan L.ramnosus.
Penelitian dilakukan di laboratorium farmakognosi dan laboratorium mikrobiologi Akademi Putra Indonesia Malang yang bersifat deskriptif dengan menggunakan metode difusi. Hambatan ditandai dengan adanya zona bening disekitar cakram. Sedangkan analisis data menggunakan ANAVA.
Hasil pengamatan menunjukkan pada konsentrasi 10% menghasilkan rerata zona bening seluas 0,5 cm, sedangkan pada perlakuan 20% menghasilkan rerata zona bening seluas 0,7 cm, dan pada perlakuan 30% menghasilkan rerata zona bening lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 10% dan perlakuan 20%, yaitu seluas 1 cm. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa senyawa kitin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Semakin besar dosis yang digunakan semakin besar dan baik zona hambatnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dan dilakukan pengujian kualitatif serta kuantitatif terhadap senyawa kitin dari isolasi teripang pasir sehingga hasil pengujian terhadap suatu bakteri bisa lebih maksimal. Kemudian, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diterima dan digunakan sebagai alternative pengobatan yaitu

ABSTRAK
Setyawan, Indra. 2012. Uji Mutu dan Penerimaan Volunter Terhadap Es Krim Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) Sebagai Sediaan Penambah Nafsu Makan. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi “Putra Indonesia” Malang. Pembimbing Layliatus Syafah, S.Farm, Apt.

Kata kunci: uji mutu, penerimaan volunter, es krim Curcuma Xanthorrhiza Roxb, penambah nafsu makan.

Menurunnya nafsu makan anak karena terbiasa mengonsumsi makanan ringan, sehingga menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi dan gizi yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Peneliti ingin membuat inovasi jajanan untuk anak yang memiliki kandungan gizi dan nutrisi, aman dikonsumsi, memiliki rasa yang disukai, serta memiliki khasiat sebagai perangsang nafsu makan berupa es krim.
Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) merupakan tanaman yang tumbuh subur di Indonesia, memiliki kandungan kurkumin yang bekerja meningkatkan metabolisme, menekan atau menghambat asam lambung, dan merangsang sekresi makanan sehingga dapat meningkatkan nafsu makan.
Pembuatan es krim dilakukan dengan metode sederhana agar tetap mempertahankan kemurnian rasa. Pengujian mutu meliputi bentuk, warna, rasa, tekstur dan aroma, serta pengujian mikrobiologis dilakukan untuk mengetahui kelayakan sediaan es krim sebelum dilakukan uji volunter. Pengujian volunter terhadap es krim temulawak sebagai sediaan penambah nafsu makan ini dilakukan oleh 20 anak berumur 10 sampai 12 tahun.
Hasil pengujian volunter menunjukkan bahwa tanggapan 20 volunter anak berumur 10 sampai 12 tahun terhadap sediaan eskrim temulawak sebagai penambah nafsu makan disukai volunter dengan mendapat nilai 77,25 % masuk dalam kriteria “BAIK”.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji mutu yang lain agar sediaan dapat memenuhi persyaratan SNI secara keseluruhan. Selain itu, juga diharapkan formulasi sediaan es krim temulawak yang telah dibuat dapat dijadikan peluang usaha oleh masyarakat agar inovasi jajanan sehat dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas.



ABSTRAK

Luthfi, Putri Sandy Kartika. 2012. Mutu Fisik Krim Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dan Asam Jawa (Tamarindus indica L) Sebagai Obat Jerawat. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Misgiati, A.Md., M.Pd.

Kata kunci : asam, krim, kunyit, mutu fisik

Kunyit asam merupakan salah satu bahan alami yang secara empiris digunakan sebagai antijerawat. Kandungan kurkumin yang terdapat pada kunyit inilah yang memiliki khasiat sebagai antibakteri. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ingin mencoba membuat sediaan krim kunyit asam. Krim dipilih karena ekstrak kunyit dan asam tidak larut air, selain itu sediaan krim lebih praktis, mudah dicuci dan tidak berlemak karena basis krim yang dibuat bertipe minyak dalam air (m/ a), serta nyaman pada saat dipakai bila dibandingkan dengan penggunaan kunyit asamnya langsung.
Ekstrak kunyit dan asam yang digunakan diperoleh melalui ekstraksi menggunakan metode maserasi menggunakan etanol 70%. Ekstrak kunyit dan asam yang dihasilkan kemudian dalam bentuk krim dan diuji mutufisiknya..
Pengujian mutu fisik sediaan krim meliputi organoleptis, pH, homogenitas, tipe emulsi, dan sentrifugasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan krim kunyit asam dengan basis emulgide cream menghasilkan sediaan yang padat, berwarna coklat muda dan berbau khas asam jawa dengan pH sediaan 5,82, tipe emulsi minyak dalam air (m/ a), dari hasil uji sentrifugasi sediaan diperkirakan dapat bertahan selama 36 hari dan dari hasil tersebut krim tidak dapat di uji efektifitas antibakterinya.
Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik tersebut, krim hanya memenuhi persyaratan uji mutu fisik pH dan uji tipe emulsi.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dilakukan peninjauan kembali bahan yang akan digunakan, penetapan kadar alkohol pada ekstrak, dan pengujian antibakteri krim kunyit asam sebagai obat jerawat.



ABSTRAK
Bala, Inggit Irawati. 2012 Efek Propolis Madu Terhadap Kadar Malondialdehid Hepar Tikus Putih (R. Norvegicus) Jantan Galur Wistar Dengan Paparan Rhodamin B. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Erna Susanti,M.Biomed,Apt Kata Kunci : Paparan Rhodamin, Kadar Malondialdehide, Wistar, Hepar. Penyalahgunaan Rhodamin B sebagai pewarna makanan sudah sangat marak terjadi, bila hal ini terus berlanjut dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan manusia, dikarenakan akan menimbulkan stress oksidatif, dan merusak organ dan fungsinya terutama hepar sebagai pengendali metabolisme, oleh sebab itu penggunaan antioksidan perlu di konsumsi sejak dini, sebagai penolakan terhadap zat-zat berbahaya yang masuk kedalam tubuh. Salah satu antioksidan yang baik adalah propolis madu. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek propolis madu dalam melawan stress oksidatif pada hepar akibat paparan Rhodamin B. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental.Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah propolis madu, sedangkan variabel terikat adalah kadar Malondialdehid hepar tikus putih. Tahap pelaksanaan penelitian dengan terlebih dahulu mengaklimatisasi tikus jantan galur wistar selama satu minggu, kemudian dilakukan pemaparan terhadap delapan kelompok tikus percobaan yang terdiri dari kelompok kontrol, kelompok Rhodamin B dengan dosis 550 mg, kelompok terapy Propolis madu dengan tiga tingkatan dosis yaitu dosis 350 mg, 700 mg dan 1050 mg selang waktu dua jam setelah pemberian Rhodamin B, dan kelompok terapy propolis madu selang waktu 1 minggu setelah pemberian Rhodamin B dengan tiga tingkatan dosis Propolis madu yang sama dengan kelompok pemberian dua jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar malondialdehid menurun secara perlahan hingga kurang dari kadar MDA hepar kontrol (normal). Analisis statistik menggunakan ANAVA menunjukan bahwa nilai signifikan (< 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, dilanjutkan dengan uji Tukey untuk menentukan kelompok mana yang memberikan perbedaan nyata. Terdapat perbedaan rata-rata jumlah kerusakan sel yang signifikan, yang ditunjukan pada tabel multiple comparisons yaitu terjadi peningkatan nilai melebihi (μi-μj > 5,197) pada setiap kelompok. Adanya penurunan kadar MDA pada setiap dosis propolis madu yang ditunjukkan pada grafik. Berdasarkan ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Propolis madu dapat berperan sebagai agen terapi pada hepar yang terpapar Rhodamin B, dengan melihat progres penurunan MDA dari kelompok induksi sampai pada kelompok terapi dengan dosis 700 mg, diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan



ABSTRAK

Jannah, Zamrotul. 2012. Evaluasi Mutu Fisik Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L. Willd) sebagai Antifungi. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Kartini,  ST., M. Biomed

Kata kunci : mutu fisik, antifungi, gel ekstrak rimpang lengkuas.

Tanaman lengkuas merupakan salah satu tanaman obat yang telah diketahui oleh masyarakat. Senyawa kimia dalam rimpang lengkuas ini khususnya flavonoid memiliki manfaat salah satunya sebagai antifungi. Dengan adanya aplikasi ekstrak rimpang lengkuas dalam bentuk gel diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari lengkuas.  
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu fisik sediaan gel antifungi berbahan aktif ekstrak rimpang lengkuas. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Farmakognosi dan Farmasetika Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang pada bulan Mei – Juli 2012. Pelaksanaan meliputi tiga tahap. Tahap persiapan meliputi penentuan formula, pemilihan metode pembuatan gel antifungi, persiapan bahan dan instrumen, serta penyusunan prosedur kerja. Tahap pelaksanaan meliputipemilihan rimpang lengkuas yang akan diekstraksi, pembuatan serbuk rimpang lengkuas, pembuatan ekstrak rimpang lengkuas dengan metode maserasi, pembuatan sediaan gel antifungi sesuai dengan prosedur. Pengujian sediaan yang meliputi uji organoleptis (bentuk, warna, dan bau), homogenitas, pH dan volunter, dilanjutkan dengan pengamatan dan pengumpulan data. Tahap akhir meliputi analisis data penelitian untuk mengetahui mutu fisik sediaan gel antifungi ekstrak rimpang lengkuas.
Zat aktif dalam rimpang lengkuas diekstraksi dengan cara maserasi dengan etanol 70% selama lima hari. Kemudian ekstrak tersebut dipisahkan antara filtrat dan residu. Filtrat dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh ditambahkan dalam formula sediaan gel antifungi sebagai bahan aktif. Gel adalah sediaan semipadat yang mudah dioleskan terdiri dari bahan makromolekuler yang tersuspensi dalam cairan yang bercorak transparan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan gel antifungi berbahan aktif ekstrak rimpang lengkuas berbentuk kental,berwarna kuning kecoklatan, berbau khas lengkuas, homogen, pH- nya sesuai dengan pH kulit dan pada uji volunter didapat hasil bahwa warna kurang disukai, aroma tidak disukai, gel kental, agak lengket waktu digunakan. Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa parameter uji mutu fisik, gel antifungi tersebut  memenuhi syarat mutu fisik gel. Tetapi ditinjau dari hasil uji volunter sediaan gel antifungi tersebut  belum dapat diterima oleh masyarakat karena gel tersebut agak sulit dibersihkan.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai formula gel antifungi yang memenuhi syarat mutu fisik dan disukai oleh masyarakat. Perlu dilakukan perbaikan formula dari sediaan gel antifungi yang berbahan aktif ekstrak rimpang lengkuas. 

 ABSTRAK
 
Sumarni, Meidika. 2012. Efektivitas Minyak Atsiri Daun Rosmari (Rosmarinus officinalis L.)
Dalam Bentuk Sediaan Lotion Sebagai Insect Repelan.

Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Drs.
Bilal Subchan, AS., M. Farm, Apt.
Kata Kunci : Antinyamuk, Efektivitas Minyak Atsiri Daun Rosmari (Rosmarinus officinalis
L.), Antinyamuk, sediaan lotion.


Daun rosmari adalah salah satu yang termasuk kelompok tanaman obat. Tanaman ini
dapat digunakan untuk mengusir nyamuk atau serangga yang dapat menyebabkan penyakit
seperti malaria, demam berdara dan kaki gajah. Bagian tanaman rosmari yang digunakan
sebagai obat antinyamuk adalah daunnya, karena daun rosmari mengandung cineole,
champor, linalool, terpineol, limeon, borneon, mircene, dan caryophyllene dengan
karakteristik bau menyengat dan rasa pahit sehingga dapat menolak nyamuk. Minyak atsiri
daun rosmari yang digunakan, diperoleh melalui penyulingan dengan cara destilasi uap,
minyak atsiri yang diperoleh kemudian dibuat dalam bentuk lotion, diuji mutu fisik dan
efektivitas lotion tersebut terhadap nyamuk dengan konsentrasi 5%, 7% dan 9%. Tujuan
penelitian ini adalah bahwa tanaman rosmari dapat digunakan sebagai lotion antinyamuk,
sehingga industri dapat mengembangkan dan memanfaatkan tanaman rosmari untuk menolak
nyamuk.Pada penelitian ini digunakan hewan uji nyamuk dan bahan uji yang digunakan
minyak atsiri daun rosmari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan lotion antinyamuk
mempunyai bau yang khas daun rosmari, berwarna putih, homogenitas, dengan pH sediaan
5,6, 6,2, dan 5,8, dan tipe emulsi minyak dalam air (m/a). Berdasarkan hasil penelitian bahwa
tanaman rosmari dapat digunakan sebagai lotion antinyamuk, sehingga industri dapat
mengembangkan dan memanfaatkan tanaman rosmari untuk menolak nyamuk.
 
ABSTRAK
Tadon, Adrianus Kopong. 2012.Pengaruh Variasi Dosis Propolis Madu Terhadap Perbaikan Gambaran Histologi Organ Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar Akibat Paparan Rhodamin B. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang, Pembimbing Fandi Satria,S.Farm.,Apt.
Kata Kunci: Rhodamin B, Propolis Madu, Gambaran Histopatologi Organ Ginjal Tikus Putih.

Penggunaan pewarna dalam makanan maupun minuman sampai saat ini masih banyak dijumpai dan dengan aktivitas yang padat kita sering mengabaikan pola makan yang baik dan sehat. Berdasarkan penelitian Yulianti dan Trestiati menyatakan bahwa, dampak mengkonsumsi Rhodamin B dalam jumlah besar dan berulang-ulang dapat menimbulkan iritasi pada mukosa saluran pencernaan, bila terhirup dapat mengiritasi saluran pernafasan, iritasi pada kulit, mata tampak kemerahan dan edema serta menimbulkan kerusakan pada organ hepar, ginjal maupun limpa. Salah satu antioksidan alami yang mampu memperbaiki organ yang terpapar Rhodamin B adalah proolis madu. Propolis pada beberapa penelitian dapat berfungsi sebagai antiinflamatori, anti jamur, antioksidan dan antiviral. Senyawa dalam propolis madu yang berperan sebagai antioksidan adalah flavonoid. Penelitian ini untuk mengetahui kerusakan organ ginjal oleh pemberian Rhodamin B dan pengaruhperbaikan gambaran histopatologi organ ginjal tikus putih dengan pemberian variasi dosis propolis madu secara oral.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Anatomi Human and Animal, Laboratorium Anatomi Histologi dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya Malang dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap. Adapun populasi yang digunakan adalah, propolis dari peternakan lebah dan sampel yang digunakan adalah, propolis dengan pelarut madu. Analisis data yang digunakan dengan mengamati ada atau tidaknya perubahan perbaikan gambaran histopatologi organ ginjal tikus putih.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengaruh paparan Rhodamin B dengan dosis 57,75 mg/hari/150 g BB tikus putih dapat merusak gambaran histologi organ gijal tikus putih, serta penggunaan propolis madu dapat memperbaiki gambaran histopatologi organ ginjal tikus putih dengan dosis efektif 787,5 mg/hari/150g BB tikus putih.
Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan propolis madu dalam jangka waktu lebih lama agar diperoleh perbaikan organ ginjal yang lebih sempurna.

ABSTRAK

Yunus,Nike Agustien Moch. 2012. Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Foot Cream
Ekstrak Kulit Pisang Mas (Musa acuminata colla(L.) Dengan Basis
Emulgide Cream.
Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia
Malang, Pembimbing Erna Susanti, M.Biomed., Apt.

Kata Kunci : emulgide cream, kulit pisang mas, mutu fisik krim
Kulit pisang mas mempunyai kandungan pectin yang bermanfaat untuk
menghaluskan kulit kaki pecah–pecah. Untuk meningkatkan efektivitas
penggunaan kulit pisang mas maka dibuat formula sediaan krim. Krim adalah
sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Faktor–faktor yang mempengaruhi
mutu fisik sediaan krim bergantung pada zat pembawa, cara pembuatan, suhu
penyimpanan, kontaminasi mikroorganisme, dan lain–lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu fisik sediaan foot cream
ekstrak kulit pisang mas dengan basis emulgide cream. Pelaksanaan penelitian ini
meliputi tiga tahap. Tahap pertama menentukan formula, menyusun prosedur
kerja dan menyiapkan alat serta bahan. Tahap kedua adalah proses pembuatan
sediaan foot cream ekstrak kulit pisang mas dengan basis emulgide cream,
pengujian krim. Tahap ketiga membuat pembahasan, kesimpulan dan saran.
Pengambilan ekstrak kulit pisang mas dilakukan dengan menggunakan
metode ekstraksi soxhletasi. Sedangkan proses pembuatan krim menggunakan
metode triturasi. Dalam metode triturasi bahan–bahan larut minyak dilelehkan
dalam suatu wadah, bahan–bahan larut air dipanaskan dalam wadah lain.
Keduanya dicampurkan dalam suhu 75°C kemudian dilakukan pengadukan
hingga terbentuk masa krim.
Berdasarkan hasil penelitian uji mutu fisik sediaan foot cream ekstrak kulit
pisang mas dengan basis emulgide cream disimpulkan bahwa : uji organoleptis,
uji homogenitas, uji pH, uji viskositas sesuai dengan persyaratan, sedangkan uji
sentrifugasi tidak memenuhi persyaratan karena terjadi creaming. Oleh karena itu
disarankan perlu adanya perhitungan formulasi yang tepat untuk mencegah
terjadinya creaming dengan ukuran partikel dibuat sehalus mungkin atau
penambahan emulgator agar sediaan krim ini menjadi lebih baik lagi mutu
fisiknya.


ABSTRAK

Rachmawati, Aulia. 2012. Uji Mutu Fisik Dan Penerimaan Volunter Gel Minyak
Atsiri Daun Jeruk Nipis Sebagai Anti Jerawat.
Karya Tulis Ilmiah.
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang.
Pembimbing Kartini, ST, M. Biomed,.

Kata kunci: mutu fisik dan penerimaan volunter, minyak atsiri daun jeruk nipis,
gel.
Daun jeruk nipis mempunyai kandungan minyak atsiri yang berkhasiat
sebagai obat jerawat, yakni untuk mengurangi bakteri penyebab infeksi jerawat.
Zat aktif dalam daun jeruk nipis diperoleh dengan cara penyulingan uap air,
kemudian kompenen minyak atsiri dipisahkan. Untuk meningkatkan efektivitas
penggunaan minyak atsiri sebagai pengobatan dibuat formulasi sediaan gel.
Gel adalah suatu sediaan semipadat yang jernih dan tembus cahaya yang
mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu fisik sediaan gel bergantung pada zat pembawa, cara
pembuatan, suhu penyimpanan, kontaminasi mikroorganisme, dan lain-lain
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu fisik sediaan gel minyak atsiri
daun jeruk nipis dalam konsentrasi 20%.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Farmasetika
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang pada bulan Oktober-November 2012.
Pelaksanaan penelitian meliputi tiga tahap. Tahap pertama menentukan formulasi,
menyusun prosedur kerja, dan menyiapkan alat serta bahan. Tahap kedua adalah
proses pembuatan gel minyak atsiri daun jeruk nipis, pengujian sediaan gel
meliputi, uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, dan uji
volunter. Tahap akhir menganalisa data hasil penelitian.
Hasil penerimaan volunter mendapatkan persentase 60%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil mutu fisik sediaan gel minyak atsiri daun jeruk nipis
menghasilkan mutu fisik gel yang memenuhi syarat uji mutu fisik dan responden
menyukai sediaan gel minyak atsiri daun jeruk nipis. Hal ini dikarenakan bentuk
dan dan efek yang ditimbulkan dari sediaan gel minyak atsiri daun jeruk nipis
yang sesuai dengan minat responden.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk dilakukan pengembangan
penelitian lebih lanjut mengenai aroma dan warna dari sediaan gel minyak atsiri
daun jeruk nipis sebagai anti jerawat.

ABSTRAK
Putri, Amalia Lisiana. 2012. Mutu Fisik Sediaan Krim Ekstrak Buah Alpukat
(Persea americana, Mill) dengan Basis Cold Cream.Karya Tulis Ilmiah.
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Bambang Arief
P.,S.Si,Apt.

Kata kunci : mutu fisik, ekstrak buah alpukat, cold cream.

Salah satu bahan alami yang sering digunakan sebagai anti penuaan dini
adalah alpukat. Buah alpukat memiliki kandungan fitosterol yang digunakan
sebagai anti oksidan. Buah alpukat ini dapat diolah menjadi sediaan kosmetik,
salah satunya adalah sediaan krim. Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan
buah alpukat sebagai anti penuaan dini maka dibuat formulasi sediaan krim.
Krim adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai, krim digunakan
untuk pemakaian obat pada kulit. faktor yang mempengaruhi mutu fisik krim
bergantung pada zat pembawa, cara pembuatan, suhu penyimpanan, kontaminasi
mikroorganisme, dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu fisik sediaan krim ekstrak
buah alpukat dengan basis cold cream. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium
Mikrobiologi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang pada bulan Juni – Juli
2012. Pelaksanaan penelitian meliputi tiga tahap. Tahap pertama menentukan
formulasi, menyusun prosedur kerja, dan menyiapkan alat serta bahan. Tahap
kedua adalah proses pembuatan krim ekstrak buah alpukat, pengujian sediaan
krim meliputi, uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji sentrifugasi, uji
volunter. Tahap akhir menganalisa data hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan sediaan krim ekstrak buah alpukat dengan
basis cold cream memiliki mutu fisik yang baik, dengan pH 4,9, serta daya terima
krim pada masyarakat dinilai baik dengan hasil prosentase 63,9 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai uji khasiat sediaan krim ekstrak buah alpukat, serta perlu
dilakukan penelitian formulasi krim yang memenuhi syarat


ABSTRAK

Raymond, Verawati. 2012. Uji Mutu Fisik Dan Penerimaan Volunter Sediaan Krim
Ekstrak Daun Teh Hijau (Camelliae folium extractum) Sebagai Anti
Aging.
Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang,
Pembimbing Erna Susanti, M.Biomed, Apt

Kata Kunci : Anti Aging, Ekstrak Daun Teh Hijau (Camelliae folium extractum),
Mutu Fisik, Penerimaan Volunter, Sediaan Krim.
Daun teh memiliki senyawa bioaktif yang kompleks, salah satunya adalah
polifenol. Kandungan tertinggi terdapat pada teh hijau dengan prosentase lebih
kurang 36%. Polifenol merupakan suatu antioksidan yang mampu mencegah
kerusakan pada kulit yang terpapar sinar UV dari matahari yang dapat menyebabkan
penuaan kulit.
Ekstrak teh hijau akan diaplikasikan ke dalam bentuk sediaan krim. Penelitian
ini dilakukan di Laboratorium Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang selama
bulan April sampai Juli 2012.
Rancangan penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu membuat
formula dan melakukan evaluasi mutu fisik melalui uji organoleptis, homogenitas,
pH, sentrifugasi, daya sebar, pengamatan tipe emulsi, dan kemudian akan dilakukan
uji penerimaan volunter untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang krim yang
telah dihasilkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat memiliki
bentuk setengah padat, homogen, berwarna putih kecoklatan, berbau teh hijau,
memiliki pH 7,28 dan daya sebar 3,83 cm, serta memiliki tipe emulsi M/A. Sediaan
ini tidak mengalami pemisahan setelah menit ke-300 melalui proses sentrifugasi.
Krim yang mengandung ekstrak teh hijau dengan basis vanishing cream ini mendapat
persen rata-rata 69,50% dari volunter yang artinya krim yang mengandung ekstrak
teh hijau dengan basis vanishing cream ini mendapat tanggapan baik dari volunter.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa krim yang telah
dibuat telah memenuhi persyaratan mutu fisik berdasarkan standart yang telah
ditentukan, maka dapat disarankan untuk mengembangkan produk yang telah
dihasilkan.


ABSTRAK

Niswati, Zuaimah. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dan
Penanggulangannya Pada Balita Di Dusun Bekacak Kabupaten
Pasuruan.
Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putera Indonesia
Malang. Pembimbing Sugeng Wijiono,S.Si.,Apt.
Kata kunci : tingkat pengetahuan, diare, ibu yang memiliki balita,
penanggulangan diare.

Diare sampai saat ini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada bayi dan anak-anak. Tingginya morbiditas penyakit diare pada
balita ( 12,68% ) di Puskesmas Pembantu dusun Bekacak disebabkan banyak
faktor, antara lain faktor lingkungan dan sosial ekonomi serta kurangnya
pengetahuan masyarakat terutama ibu yang memiliki balita mengenai diare dan
upaya penanggulangannya. Masalah dehidrasi kadang dianggap hal biasa.
Padahal jika kekurangan cairan lebih dari 10% dari berat badan balita, bisa
menyebabkan kematian. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat pengetahuan ibu tentang diare dan penanggulangannya pada balita di
dusun Bekacak kabupaten Pasuruan.
Penelitian ini dilakukan di dusun Bekacak kabupaten Pasuruan pada bulan
September 2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif serta
pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner dengan cara
mendatangi rumah warga dan pengisian kuesioner langsung di rumah responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu di dusun
Bekacak kabupaten Pasuruan tentang diare dan penanggulangannya pada balita
dengan jumlah responden 132 orang diperoleh hasil perhitungan yaitu 37,45%,
dengan kualifikasi kurang. Pada masing-masing sub variabel memiliki nilai
persentase sebagai berikut, sub variabel tentang diare memiliki nilai persentase
51,64%, kualifikasi cukup. Sub variabel tentang oralit dan cairan pengganti oralit
memiliki nilai persentase 31,82%, kualifikasi kurang. Sub variabel tentang
penanggulangan diare memiliki nilai persentase 28,88%, kualifikasi kurang.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak tenaga kesehatan
khususnya yang ada di Puskesmas Pembantu dusun Bekacak, agar dapat
menyampaikan informasi atau penyuluhan yang lebih kepada ibu-ibu saat
posyandu, sehingga tingkat pengetahuan ibu tentang diare dan
penanggulangannya dapat lebih baik. Serta dihimbau kepada masyarakat untuk
ikut berpartisipasi dalam menjaga dan meningkatkan kebersihan lingkungan
dengan tidak membuang sampah sembarangan demi terciptanya lingkungan yang
sehat dan bersih di dusun Bekacak kabupaten Pasuruan.


ABSTRAK
Sulistiani, Atik. 2012. Pengaruh Propolis Madu Terhadap Kadar Superoksida
Dismutase (SOD) Pada Organ Hepar Tikus Putih (Rattus Novergicus)
Galur Wistar Jantan Yang Diinduksi Rhodamin B.

Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang,
Pembimbing Erna Susanti, M.Biomed, Apt;
Kata Kunci : Rhodamin B, SOD, Tikus Wistar, Propolis.

Paparan Rhodamin B tidak dapat terhindarkan karena sekarang ini
banyak makanan yang menggunakan bahan pewarna berbahaya ini. Pada
dasarnya di dalam tubuh terdapat antioksidan yakni superoksida dismutase
(SOD) tetapi apabila radikal bebas yang masuk lebih banyak maka
dibutuhkanlah antioksidan endogen yang berasal dari luar tubuh. Salah satu
antioksidan yang dapat digunakan adalah propolis madu. Propolis madu akan
membantu superoksida dismutase (SOD) dalam menangkal radikal yang masuk
sehingga terjadi perbaikan kerusakan organ. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pemberian propolis madu terhadap kadar
superoksida dismutase (SOD) pada organ hepar tikus putih galur wistar jantan
yang sebelumnya telah diinduksi dengan Rhodamin B.
Penelitian eksperimental ini menggunakan analisis anava satu arah.
Hewan uji dibagi menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok terdiri dari
tiga ekor mencit. Kelompok terdiri dari, kontrol, diinduksi Rhodamin B,
diinduksi Rhodamin B setelah dua jam kemudian diterapi propolis madu dosis
262,5mg, 535mg dan 787,5mg, dan diinduksi Rhodamin B setelah satu
minggu kemudian diterapi propolis madu dosis 262,5mg, 535mg dan 787,5mg
Hasil penelitian menunjukkan adanya pada kelompok normal kadar
superoksida dismutase (SOD) sebesar 46,22U/mL, kelompok yang diinduksi
Rhodamin B 46,22U/mL, pada kelompok pencegahan dengan propolis madu
dosis 1 sebesar 31,89 U/mL, dosis 2 sebesar 43,89 U/mL, dosis 3 sebesar 38,22
U/mL. Pada kelompok pengobatan dengan propolis dosis 1 kadar superoksida
dismutase(SOD) sebesar 37,00 U/mL, dosis 2 sebesar 43,22 U/mL dan dosis 3
sebesar 37,00 U/mL.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi kerusakan
organ hepar akibat Rhodamin B. Sertaterjadi perbaikan organ pada dosis 2,
baik yang secara pencegahan maupun yang pengobatan.
Disarankan untuk melakukan pengujian terhadap enzim katalase dan
glutation oksidase untuk memastikan pontensi propolis madu sebagai
antioksidan.
ABSTRAK

Rukmana, Titis Ardiyanti.2012.Uji Mutu Fisik dan Volunter Sediaan Linimentum Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale linn varrubrum Rhizoma) dalam Sediaan Linimentum. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, PembimbingMisgiati, Amd., M.pd
Kata Kunci : Uji Mutu Fisik dan Volunter, dalam sediaan linimentum, Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Linn varrubrum Rhizoma.)

Rimpang Jahe Merah adalah salah satu yang termasuk kelompok tanaman obat. Tanaman ini dapat digunakan untuk analgesik. Bagian tanaman jahe merah yang digunakan sebagai obat analgesik adalah rimpangnya, karena rimpang jahe merah mengandung oleoresin dengan karakteristik memiliki rasa pedas sebagai analgesik.
Ekstraksi yang dilakukan menggunakan vakum evaporator dengan suhu 60o, diperoleh ekstrak kental kemudiandijadikan bahan aktif dalam sediaan linimentum.
Linimentum umumnya adalah sediaan cair atau kental yang dapat berupa larutan zat berkhasiat dalam minyak atau lemak yang berupa emulsi, hasil penyabunan yang banyak mengandung air menyebabkan perasaan sejuk saat dioleskan. Sediaan linimentum biasanya mengandung analgetikum dan zat yang mempunyai sifat rubefacient melemaskan otot atau menghangatkan, digunakan sebagai obat luar. Untuk mendukung kesesuaian sediaan linimentum yang diharapkan dilakukan uji mutu fisik terhadap sediaan linimentum ekstrak rimpang jahe merah dengan konsentrasi 5%. Evaluasi mutu fisik yang dilakukan meliputi organoleptis, homogenitas, pH, sentrifugasi dan uji volunter.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada hasil organoleptis sediaan ekstrak rimpang jahe merah memiliki konsistensi terlalu kental, berwarna coklat, berbau khas rimpang jahe merah, homogen dan memiliki ph 5. Sediaan ini mengalami pemisahan pada menit ke-5 melalui proses sentrifugasi. Sediaan linimentum ini mendapat persen rata-rata 35% dari volunter yang artinya linimentum ekstrak rimpang jahe merah mendapat tanggapan kurang baik dari volunter.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk pembuatan sediaan linimentum dari ekstrak rimpang jahe merah, disarankan perlu dilakukan peninjauan kembali formulasi yang akan digunakan.

 ABSTRAK

Pratiwi, Ferra Anggriana.2012. Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Radang Sendi Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. Soepraoen Malang. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Endang Susilowati, M.Farm-Klin,Apt.
Kata kunci : penggunaan obat, pasien radang sendi, rawat jalan

Pola penggunaan obat mendiskripsikan tentang profil pasien serta penggunaan obat pada pasien. Radang sendi merupakan peradangan dan pembengkakan di daerah persendian yang banyak dialami masyarakat Indonesia pada usia 25 - 74 tahun dengan prevalensi dan keparahan yang semakin meningkat oleh pertambahan usia. Penggunaan obat radang sendi seperti golongan Non Steroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID) dan kortikosteroid digunakan untuk mengatasi rasa nyeri, bengkak dan kaku umumnya digunakan dalam jangka panjang. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan seperti gastrointestinal, imunosupresi, moon face, osteoporosis, atrofia serta gangguan lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pasien, penggunaan obat berdasarkan jenis obat, bentuk sediaan, dosis dan rute pemberian yang diberikan serta keterkaitan antara data laboratorium dan data klinik dengan terapi yang diberikan.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif dengan instrumen penelitian rekam medik pasien yang melakukan pengobatan rawat jalan di poli dalam selama bulan September 2011 - Mei 2012. Hasil penelitian ini adalah Prevalensi penderita radang sendi berdasarkan jenis kelamin cenderung lebih banyak adalah perempuan sejumlah 14 orang daripada laki laki sejumlah 8 orang. Sedangkan jenis radang sendi yang banyak dialami adalah osteoarthitis sebanyak 77,3 % dan usia pasien yang paling banyak mengalami penyakit radang sendi berkisar antara umur 35–54 tahun. Umumnya obat yang banyak digunakan adalan golongan Non Steroid Inflamantory Drug (NSAID) , glucosamin, kortikosteroid, allopurinol dan metotreksat. Selain itu juga diberikan terapi lain yang bertujuan untuk 1) mengobati penyakit penyerta, antara lain terapi antihipertensi diabetes mellitus, dan asma , 2) terapi simptomatis seperti antihistamin, antiansietas, anti ulcer, dan 3) terapi suportif seperti beberapa vitamin dan mineral.
Berdasarkan hasil penelitian diperlukan adanya pedoman terapi di Rumah Sakit Dr.Soepraoen Malang untuk pemilihan terapi pasien. Selain itu, diperlukan juga adanya layanan asuhan kefarmasian oleh tenaga farmasi di rumah sakit untuk membantu pasien dalam mencapai outcome terapi yang maksimal dengan biaya dan efek samping yang minimal.

 ABSTRAK

Prahastiwi, Rayinda Nious. 2012. Efektivitas Kapsul Ekstrak Daun Yakon
(Smallanthus sonchifolia) Terhadap Penurunan Kadar Gula Dalam
Darah Mencit (Mus Musculus).
Karya Tulis Ilmiah. Akademi
Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Puji Astuti, S.Si.,
Apt.
Kata Kunci : efektivitas, kapsul ekstrak daun Yakon (Smallanthus sonchifolia),
Diabetes mellitus, kadar gula dalam darah

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang timbul karena suatu gangguan
dari pankreas, yaitu organ tubuh yang biasa menghasilkan insulin dan sangat
berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel tubuh yang biasa ditandai dengan
naiknya kadar gula dalam darah (hiperglikemik). Penderita diabetes mellitus
ditandai dengan seringnya buang air kecil (poliurea), banyak minum (polidipsia),
banyak makan (polifagia), dan kadar glukosa darah melebihi kadar glukosa darah
normal. Mengingat akibat penyakit diabetes mellitus yang sangat berbahaya,
sebaiknya diabetes mellitus ditanggulangi sedini mungkin. Penggunaan kapsul
ekstrak daun yakon dinilai dapat menurunkan kadar gula dalam darah.
Daun yakon kaya insulin yang unit-unitnya terdiri dari gula-gula fruktosa
yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi difermentasi oleh usus
besar. Oleh karena itu konsumsi yakon tidak mungkin meningkatkan kadar gula
dalam darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas kapsul ekstrak
daun yakon (Smallanthus sonchifolia) terhadap penurunan kadar gula dalam darah
pada mencit (Mus Musculus).
Penelitian ini dilakukan di laboratorium farmakologi Putra Indonesia
Malang selama bulan Juni 2012. Penelitian terhadap efektivitas kapsul ekstrak
daun yakon dilakukan dengan jenis penelitian eksperimental terhadap hewan uji
mencit yang mengalami diabetes mellitus. Adapun populasi pada penelitian ini
adalah tanaman daun yakon, sedangkan sampelnya adalah kapsul ekstrak daun
yakon dari PJ Pusaka Sejati Tuban. Analisa data yang digunakan pada hasil
penelitian yaitu analisa data ANAVA untuk mengetahui pengaruh ekstrak kapsul
daun yakon terhadap penurunan kadar gula dalam darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kapsul ekstrak daun
yakon (Smallanthus soncifolia) secara ANAVA tidak ada pengaruh perbedaan
yang bermakna efek antidiabetes dari kapsul ekstrak daun yakon.
Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap kapsul ekstrak daun yakon sebagai antidiabetes mellitus dari simplisia
daun yakon dan penelitian tentang skrining kandungan daun yakon.

 ABSTRAK

Kusmiati, Reni. 2012. Tindakan Swamedikasi pada Masyarakat RW 5 Desa Clumprit Kabupaten Malang Terhadap Penyakit Nyeri Sendi. Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang . Pembimbing : Endang Sulilowati.M.Farm-Klin.Apt.

Kata Kunci : swamedikasi, nyeri sendi

Masyarakat RW 5 Desa Clumprit Kabupaten Malang sering melakukan swamedikasi untuk mengatasi keluhan nyeri sendi, dan berdasarkan pengamatan pemilihan obat dan aturan pakai tidak tepat.Penggunaan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan kesembuhan tidak tercapai, biaya pengobatan meningkat dan kemungkinan terjadi efek samping obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan tindakan swamedikasi masyarakat RW 5 desa Clumprit Kabupaten Malang terhadap penyakit nyeri sendi.
Penelitian ini dilakukan di toko obat “X” di desa Clumprit RW 5 Kabupaten Malang, sampel yang digunakan adalah masyarakat RW 5 yang penah melakukan swamedikasi terhadap nyeri sendi. Penelitian ini digolongkan dalam penelitian deskriptif, instrumen yang di gunakan adalah kuisioner.
Hasil penelitian diperoleh data swamedikasi masyarakat dalam ketepatan indikasi 36,5 %, ketepatan golongan 11,5 %, ketepatan dosis 32,6 % dan kewaspadaan efek samping obat 23,8%
Disimpulkan bahwa secara umum ketepatan swamedikasi masyarakat dalam mengatasi keluhan penyakit-penyakit nyeri sendi masih kurang. Disarankan masyarakat lebih kritis dalam melakukan tindakan swamedikasi, dan tenaga farmasi menerapkan asuhan kefarmasian dalam memberikan pelayanan swamedikasi.

ABSTRAK
Chriswanto, adetya. 2012. Pengaruh suhu dan cahaya terhadap efektifias
antioksidan cuka ubu jalar ungu .
Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang. Pembimbing Fandi Satria,S.Farm.,Apt.

Kata kunci : cuka ubi jalar ungu, pengaruh suhu dan cahaya terhadap efektifitas
antioksidan.

Ubi jalar ungu merupakan tanaman umbi-umbian yang mudah didapatkan
dan kaya akan kandungan antosianin yang berfungsi sebagai antiradikal bebas .
Selama ini ubi jalar ungu digunakan sebagai bahan pangan yang pengolahannya
dikukus, direbus, digoreng, atau dibakar. Penggunaan yang masih sederhana dan
kandungan antosianinnya menjadi pertimbangan untuk memanfaatkan ubi jalar
ungu menjadi produk yang bernilai ekonomis lebih tinggi, antara lain cuka. Untuk
menjaga kesetabilan antioksidan pada cuka ubi jalar ungu faktor penyimpanan
sangat berpengaruh terutama dari sisi interaksi dengan suhu dan cahaya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui seberapa besar pengaruh suhu
dan cahaya terhadap kestabilan antioksidan dengan menggunakan variasi suhu
antara 15oC , 27oC , 45oC dan cahaya selama 1 hari , 3 hari dan 5 hari.
Pengujian pengaruh suhu dan cahaya terhadap kestabilan antioksidan
menggunakan metode 1,1 di-enil-2-pikrihidrozil (DPPH) dan diharapkan dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh suhu dan cahaya terhadap efektifitas
aintioksidan cuka ubi jalar ungu.
Pengujian dimuali pada pembuatan cuka ubi jalar ungu. Dalam proses
pembuatan cuka melalui beberapa tahap, pertama yaitu proses fermentasi alkohol
dan Fermentasi, pada fermentasi akan terjadi perombakan gula menjadi alkohol
atau etanol ,asam asetat asam laktat dan aldehid. Kemudian langkah selanjutnya
yaitu mengoksidasi alkohol dan karbohidrat lainya menjadi asam asetat,dengan
bantuan bakteri acetobakter aceti. Pada proses fermentasi juga perlu diperhatikan
suhu dan cahaya karena dapat mempengaruhi konsentrasi pada aktifitas
antioksidan. Karena suhu dan penyinaran yang tidak terkendali dapat
mempengaruhi kestabilan antioksidan.untuk megetahui aktifitas dari antioksidan
terebut maka perlu di evaluasi menggunakan spektrofotometri dengan
menggunakan metode DPPH.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Suhu dan cahaya sangat
berpengaruh terhadap penurunan kestabilan antioksidan karena semakin tinggi
suhu dan cahaya yang di terima oleh antioksidan maka akan mengalami
penurunan efektifitas yang signifikan terhadap kanduangan antioksidan

 ABSTRAK

Rachmawati, Tiyas. 2012. Karakteristik Faktor-Faktor Penghambat Pasangan Usia Subur (PUS) Yang Tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Kademangan Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Rudy Mardianto,S.Si.,Apt.

Kata Kunci :faktor penghambat, pasangan usia subur, keluarga berencana (KB).

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang keluarga berencana dapat menjadi pemicu penyebab terjadinya gangguan fisik, psikologis dan sosial dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan. Kegagalan penggunaan metode kontrasepsi terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasepsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosial dan budaya terhadap kehamilan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak mengikuti program KB yang dilaksanakan di Kelurahan kademangan Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar.
Program KB merupakan salah satu bentuk program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, yaitu dengan cara mengatur perkawinan, mengatur kapan harus punya anak, mengatur jarak kelahiran, dan mengatur jumlah anak yang ideal dalam satu keluarga. Akan tetapi program KB masih dianggap bertentangan dengan norma agama, dan nilai budaya yang mereka miliki.
Desain yang digunakan adalah survey analitik. Populasi penelitian ini adalah Pasangan Usia Subur yang tidak mengikuti Program KB yang sudah memiliki tiga anak atau lebih. Sampel terdapat 55 orang. Variabel yang diteliti adalah karaktersitik faktor-faktor penghambat Pasangan Usia Subur yang tidak mengikuti program KB. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis analitik dengan analisis prosentase.
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa di wilayah Kelurahan Kademangan Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar sebagian besar karena faktor ekonomi yang tidak sejahtera yaitu sebesar 70,9% dan yang termasuk kategori ekonomi sejahtera hanya sebagian kecil yaitu sejumlah 1,8%. Faktor yang lain adalah dukungan keluarga yang juga termasuk dalam kategori kurang, yaitu sebesar 60% dan dukungan keluarga yang dalam kategori baik sejumlah 9,09%. Faktor yang lain karena tingkat pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Program KB yang dalam kategori cukup sebesar 50,1%, sedangkan yang termasuk dalam kategori kurang sejumlah 12,7%.
Dari hasil penelitian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Yang mana dalam penelitian 38,18% responden adalah memiliki pendidikan setingkat SMP dan SMA. Faktor kedua adalah faktor umur, faktor umur yang sebagian besar atau 40% umur responden adalah 26-35 tahun.Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar dapat meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya KB. Dan juga bagi masyarakat itu sendiri diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya manfaat KB dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan pengetahuan bisa diperoleh dari sumber informasi melalui petugas kesehatan dan media massa.

 ABSTRAK

Hayati A. 2012 (PROGSUS). Tingkat Keberhasilan Pengobatan TBC Paru di Puskesmas Banyuanyar Kabupaten Probolinggo. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Ernanin Dyah W., S.Si., MP.

Kata kunci: Banyuanyar, Pengobatan, TBC Paru, Tingkat Keberhasilan

Tuberculosis (TBC) paru merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya dimana penularannya terjadi melalui dahak penderita yang dibatukkan keluar. Pengobatan penyakit TBC Paru harus dilakukan secara rutin tanpa putus selama lebih kurang lebih 6 bulan. Pemerintah telah mencanangkan program pengobatan gratis kepada penderita TBC Paru yang kurang mampu. Program tersebut telah dilaksanakan di Puskesmas Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo, namun penderita TBC paru yang ada di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar masih menunjukan angka yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengobatan TBC paru di Puskesmas Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.
Penderita penyakit TBC paru dapat dilayani di Puskesmas, Rumah Sakit dan Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4). Penderita TBC paru dapat langsung mendaftarkan diri untuk berobat secara gratis, dan sistem pemberian obatnya disesuaikan dengan berat badan penderita. Untuk tahap intensif pemberian obatnya selama 2 bulan dan untuk tahap lanjutan selama 4 bulan.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Banyuanyar Kabupaten Probolinggo pada bulan Agustus sampai November 2012 dengan metode observasi. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah data rekapitulasi dan rekamedik semua penderita TBC Paru yang ada di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar Kabupaten Probolinggo dan dinyatakan sembuh pada akhir pengobatan pada akhir pengobatn melalui pemeriksaan. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penderita TBC paru yang sembuh pada tahun 2010 sebanyak 95,8% dan pada tahun 2011 sebanyak 96,9%, sedangkan penderita yang gagal pada tahun 2010 sebanyak 4,16% dan tahun 2011 sebanyak 3,03%. Berdasarkan hasil tersebut, pengobatan tuberculosis paru di Puskesmas Banyuanyar Kabupaten Probolinggo dikategorikan berhasil. Hal ini diukur berdasarkan indikator nasional yang telah ditetapkan pada Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis Jakarta untuk mengurangi jumlah penderita TBC Paru.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar Kabupaten Probolinggo yang masih awam tentang bahaya penyakit TBC Paru.

ABSTRAK

Nurlailiyah. 2012 (PROGSUS), Responsiveness dan emphaty tenaga teknis kefarmasian terhadap pasien di depo rawat jalan Rumah Sakit Islam Bangil. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang, Pembimbing Drs. Riza Abudaeri, Apt.

Kata kunci : responsivess, emphaty, Tenaga Teknis Kefarmasian, pasien rawat jalan.

Responsiveness dan emphaty tenaga teknis kefarmasian terhadap pasien di depo farmasi rawat jalan Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangil. Dalam pelaksanaannya ternyata masih ada pasien yang mengeluh kurang puas dengan pelayanan petugas di depo rawat jalan yang berkaitan dengan lamanya waktu pelayanan resep dan sikap petugas yang dinilai kurang ramah dalam melayani pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat responsiveness dan emphaty tenaga teknis kefarmasian terhadap pasien di depo rawat jalan Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangil.
Kepuasan pasien dipengaruhi oleh kualitas dari pelayanan tenaga tekins farmasinya, salah satu diantaranya yaitu responsiveness berdasarkan kecepatan pelayanan resep dan emphaty berdasarkan keramahan dari tenaga teknis kefarmasian.
Penelitian ini dilakukan di depo farmasi rawat jalan Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangil tanggal 3 sampai 5 desember 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik, sedangkan pengumpulan data dengan observasi menggunakan chek list terhadap kerja dari tenaga teknis kefarmasian meliputi kecepatan pelayanan resep dan keramahan tenaga teknis kefarmasian, sedangkan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien dilakukan dengan menyebarkan angket kepuasan kepada responden. Kemudian dilakukan uji Korelasi Spearman Rank untuk mengetahui hubungan antara responsiveness dan emphaty dengan kepuasan pasien.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan pelayanan resep untuk obat jadi adalah 24-26 menit, sedangkan untuk obat racikan adalah 45-46 menit. Hal ini menunjukkan bahwa waktu pelayanan yang diberikan oleh petugas farmasi masih lebih lambat dibandingkan dengan standar kecepatan pelayanan resep pada standar beban kerja.Sedangkan untuk keramahan dari petugas farmasi dinilai kurang ramah. Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi pasien terhadap responsiveness dan emphaty di depo rawat jalan dengan tingkat kepuasan pasien.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap responsiveness dan emhaty tenaga teknis farmasi dapat dijadikan masukan bagi manajemen RSI Masyithoh Bangil agar lebih meningkatkan kualitas pelayanan dibidang kefarmasian untuk mendapatkan kepuasan pasien yang setinggi-tingginya.

ABSTRAK

Yuliana, Ayunda. 2012. Evaluasi Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit “X”di Kabupaten Pasuruan”
. Karya Tulis Ilmiah. Akademi
Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Misgiati, A.Md., M. Pd.

Kata Kunci: Pengelolaan Obat

Rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk pusat
kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya pelayanan dan pemulihan. Hal ini
dikarenakan rumah sakit mempunyai tugas utama menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita. Instalasi
Farmasi adalah salah satu tempat untuk menyelenggarakan upaya kesehatan di
rumah sakit, berupa kegiatan kefarmasianyang ditujukan untuk keperluan rumah
sakit itu sendiri dan menjamin ketersediaan obat kepada pasien. Pengelolaan obat
adalah siklus kegiatan kefarmasian yang meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian obat. Pengelolaan obat yang buruk dapat
menyebabkan kekosongan obat yang berdampak pada kerugian di rumah sakit
karena penderita membeli obat dari luar rumah sakit, terapi yang diberikan oleh
dokter tidak sepenuhnya tercapai dan bagi farmasis kekosongan obat
menyebabkan pemantauan keamanan obat tidak dapat dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengelolaan obat di
Rumah Sakit “X” Kabupaten Pasuruan meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit “X”.
Jenis pengamatan yang dilakukan adalah deskriptif yaitu dengan
memaparkan hasil yang telah diamati di Instalasi Farmasi Rumah Sakit “X”
Kabupaten Pasuruan dengan menggunakan alat ukur berupa checklist, sehingga
diperoleh data untuk dihitung prosentase masing-masing subvariabelnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa
perencanaan obat di Rumah Sakit “X” di Kabupaten Pasuruan dalam kriteria
cukup, pengadaan obat di Rumah Sakit “X” di Kabupaten Pasuruan dalam kriteria
baik sekali, penyimpanan obat di Rumah Sakit “X” di Kabupaten Pasuruan dalam
kriteria baik sekali, pendistribusian obat di Rumah Sakit “X” di Kabupaten
Pasuruan dalam kriteria baik, pencatatan dan pelaporan obat di Rumah Sakit “X”
di Kabupaten Pasuruan dalam kriteria baik sekali.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan terhadap keseluruhan
subvariabel pengelolaan obat meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian dan pelaporan adalah baik sekali. Saran yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan adalah menggunakan metode konsumsi dan
epidemologi dalam perencanaan, dilakukan analisa perencanaan berupa analisa
ABC dan VEN, memperluas gudang farmasi untuk penyimpanan obat, dokter
diwajibkan mematuhi DPHO yang telah ditetapkan rumah sakit, SDM dalam
pendistribusian obat hendaknya ditambah, dan meningkatkan mutu pengelolaan
obat.


ABSTRAK

Rini, Candra. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Batang Pisang Kepok (Musa paradisiaca Formatypica) terhadap Penurunan Volume Udem Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Karya Tulis Ilmiah, Akademi Farmasi “Putra Indonesia” Malang. Pembimbing Hendyk Krisna Dani, S.Si.

Kata kunci: Pohon pisang Kepok, Ekstrak, Falvonoid, Penurunan Volume Udem.

Indonesia memiliki banyak tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan manusia salah satunya adalah pohon pisang Kepok. Pohon pisang Kepok merupakan salah satu tanaman yang mudah tumbuh dan berkembangbiak dan lebih cepat menghasilkan buah. Tanaman ini memiliki berbagai manfaat salah satunya adalah ekstrak yang dihasilkan oleh batang pisang dapat digunakan sebagai antiinflamasi karena didalam ekstrak tersebut terkandung senyawa flavonoid. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak batang pisang kepok (Musa paradisiaca Formatypica) terhadap penurunan volume udem. pada tikus putih yang diukur dengan menggunakan prinsip hukum Archimedes.
Uji Efektivitas Ekstrak Batang Pisang Kepok (Musa paradisiaca Formatypica) terhadap Penurunan Volume Udem pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang memiliki berat rata-rata 200g dengan menggunakan karagenin sebagai zat pembengkak.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi pada bulan Juni sampai Juli 2012. Penelitian uji efektivitas ekstrak batang pisang kepok terhadap penurunkan volume udem pada kaki tikus putih menggunakan penelitian eksperimental dengan membandingkan perlakuan control negative dan tiga perlakukan dosis yang berbeda yaitu dosis 0,0869ml/200gBB, 0,1737ml/200gBB, dan 0,3475ml/200gBB. Pengaruh ekstrak batang pisang terhadap penurunan volume udem pada kaki tikus dapat diukur berdasarkan perbedaan volume awal dan volume akhir kaki tikus dengan menggunakan modifikasi alat pletismometer yang memiliki prinsip hukum Archimedes. Perbedaan pengaruh perlakuan dianalisa menggunakan ANAVA yang dilanjutkan dengan uji SNK.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ketiga perlakukan pemberian dosis ekstrak batang pisang Kepok memberikan pengaruh terhadap penurunan volume udem pada tikus putih yang telah diinduksi karagenin. Berdasarkan analisa menggunakan ANAVA perbedaan nyata terlihat pada semua perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dilakukan uji toksisitas untuk mengetahui dosis maksimal pemberian ekstrak pohon pisang serta uji perbandingan dengan menggunakan obat sintetis yang biasa digunakan oleh masyarakat.

ABSTRAK

Ibrahim, Bagus Chalid. 2012. Studi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Rawat Inap Penderita Infeksi Saluran Kemih di RSD Dr. Soebandi Jember, Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi ”Putra Indonesia” Malang. Pembimbing Drs. Bilal Subchan A S., M.Farm., Apt.

Kata Kunci : Infeksi Saluran Kemih, Pasien Rawat Inap,RSD Dr. Soebandi Jember, Penggunaan Antibiotik.

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang diakibatkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik, serta ketepatan dengan standart terapi penggunaan antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSD. Dr. Soebandi Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medik. Sampel adalah data rekam medik pasien rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling berjumlah 25. Data-data kualitatif yang diperoleh disajikan dalam bentuk uraian atau narasi, sedangkan data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: jenis antibiotik yang digunakan adalah sefotaksim i.v. sebesar 54%; seftriakson i.v. sebesar 20%; sefiksim p.o. sebesar 7%; siprofloksasin i.v. sebesar 7%; ampisilin i.v. sebesar 3%; gentamisin i.v sebesar 3%; seftazidim i.v sebesar 3%, dan kotrimoksazol p.o. sebesar 3%. Total rute penggunaan secara intra vena sebesar 90% dan secara per oral sebesar 10%. Persentase ketepatan parameter penggunaan obat rasional antara lain: tepat obat sebesar 100%; tepat indikasi sebesar 100%; tepat dosis sebesar 100%; tepat penderita sebesar 100%; waspada interaksi obat sebesar 97%; dan tidak waspada interaksi obat sebesar 3%.

ABSTRAK

Mahanani, Asih Maniar, 2012.Pengaruh Variasi Dosis Propolis Madu Terhadap Gambaran Histologi Usus Halus Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Terpapar Rhodamin B.Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Puji Astuti, S.Si.,Apt.

Kata Kunci : Rhodamin B, propolis madu, gambaran histologiorgan usus halus

Penggunaan pewarna dalam makanan maupun minuman sampai saat ini masih banyak dijumpai. Berdasarkan penelitian Agatha Retno kelebihan dosis Rhodamin B bisa menyebabkan kanker, keracunan,iritasi paru-paru, mata, tenggorokan, hidung, dan usus.Salah satu antioksidan alami yang mampu memperbaiki organ yang terpapar Rhodamin B adalah proolis madu. Propolis pada beberapa penelitian dapat berfungsi sebagai antiinflamatori, anti jamur, antioksidan, dan antiviral. Senyawa dalam propolis madu yang berperan sebagai antioksidan adalah flavonoid.Penelitian ini untuk mengetahui perubahan gmbaran histologi organ usus halus tikus putih serta dosis optimal propolis madu yang dapat memperbaiki gambaran histologi organ usus halus tikus putih.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Anatomi Human and Animal, Laboratorium Anatomi Histologi dan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya Malang dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap. Adapun populasi yang digunakan adalah propolis dari peternakan lebah dan sampel yang digunakan adalah propolis dengan pelarut madu.Analisis data yang digunakan dengan mengamati ada atau tidaknya perubahan perbaikan gambaran organ usus halus tikus putih.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh paparan rhodamin dengan dosis 57,75 mg/ 150g BB tikus putih dapat merusak gambaran histologi organ usus halus tikus putih serta penggunaan propolis madu dapat memperbaiki gambaran histologi organ usus halus tikus putih dengan dosis optimal 787,5 mg/150g BB tikus putih.
Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan propolis madudalam jangka waktu lebih lama agar diperoleh perbaikan organ yang mendekati normal serta pengujian secara mikrobiologi untuk menguji keadaan mikroflora di usus halus.

ABSTRAK 

Pratiwi, Choirul Eka. 2012. Evaluasi Kadar Karbohidrat Pada Nasi Putih Yang Baru Dimasak, Yang Sudah Dimasak Kemarin Dan Nasi Aking. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Dra. Wigang Solandjari.

Kata Kunci : kadar karbohidrat, nasi putih yang baru dimasak, nasi putih yang dimasak kemarin, nasi aking

Diabetes mellitus atau yang biasa disebut dengan kencing manis merupakan penyakit yang timbul karena terjadi suatu gangguan pada pankreas. Terapi untuk menanggulangi diabetes mellitus tersebut ada secara farmakologi dan secara non farmakologi. Terapi secara farmakologi dapat dilakukan dengan terapi insulin dan penggunaan obat antidiabetik oral. Kemudian terapi secara nonfarmakologi dapat dilakukan dengan cara gerak badan, berhenti merokok, serta diet pembatasan kalori. Masyarakat penderita diabet daerah X memiliki kebiasaan mengkonsumsi nasi kemarin sebagai diet pembatasan kalori. Penderita diabet tersebut memiliki pemikran kadar gulanya tetap normal selama mengkonsumsi nasi kemarin tersebut. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar karbohidrat serta perbedaan kadar karbohidrat pada nasi yang yang baru dimasak, nasi yang sudah dimasak kemarin dan nasi aking. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu: tahap persiapan, meliputi persiapan sample, bahan baku, larutan uji, dan alat- alat yang akan dipergunakan dalam penelitian; tahap pelaksanaan, yaitu perhitungan karbohidrat; dan tahap akhir, yaitu mengumpukan data yang diperoleh dan menyimpulkannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar karbohidrat pada nasi aking sebesar 12,37% lebih rendah daripada pada kadar karbohidrat pada nasi yang sudah dimasak kemarin 16,05% dan nasi yang baru dimasak sebesar 18,74%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada penderita Diabetes Mellitus untuk mengkonsumsi nasi aking karena memiliki karbohidrat lebih rendah.

ABSTRAK

Hapsari, Hera Agista. 2012. Evaluasi Mutu dan Penerimaan Volunter Terhadap Sediaan Yoghurt Yang Difortifikasi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)Sebagai Penambah Nafsu Makan. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Lailiiyatus Syafah, S.Farm,Apt.

Kata kunci : Mutu, volunter, yoghurt temulawak.

Anak usia sekolah gemar sekali mengonsumsi jajanan yang dijual di sekitar sekolah maupun tempat tinggal mereka. Kebanyakan jajanan yang mereka makan mengandung penguat rasa, pengawet, dan pewarna. Makanan yang mengandung bahan tambahan tersebut menyebabkan nafsu makan anak menjadi berkurang. Adapun sebagai penambah nafsu makan sudah ada dikandungan tanaman temulawak. Salah satu jajanan yang disukai anak adalah yoghurt, karena teksturnya lembut dan sedikit masam. Yoghurt sendiri terbuat dari susu yang mengandung bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Bakteri tersebut bagus untuk pencernaan.
Penelitian ini bertujuan membuat sediaan penambah nafsu makan dalam bentuk yoghurt yang mengandung ekstrak temulawak, kemudian dilihat mutu dari yoghurt temulawak yang meliputi organoleptis (warna, aroma, rasa, bentuk dan tekstur) dan mikrobiologi agar dapat diterima oleh volunter.
Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif, yaitu peneliti hanya menggunakan satu formulasi tanpa membandingkan jumlah bahan yang digunakan. Populasi dan sampel dalam penelitian ini yaitu sampel yoghurt dibuat dengan penambahan zat aktif temulawak kemudian diuji volunter dengan mengambil 20 anak usia 10 – 12 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yoghurt temulawak yang dihasilkan memiliki aroma khas dengan warna kuning pudar, rasa asam khas, serta tekstur dan bentuk yang lembut creamy. Untuk uji mikrobiologi menunjukkan bahwa jumlah bakteri yang terdapat dalam yoghurt temulawak sebesar 3,7 x 109. Sedangkan untuk nilai rata-rata dari uji volunter yaitu 77,25%. Hal ini menunjukkan bahwa yoghurt temulawak temasuk dalam kriteria baik dan dapat diterima masyarakat.
Berdasarkan penelitian ini, disarankan untuk pembuatan yoghurt selanjutnya dilakukan uji mutu fisik yang lain sesuai dengan SNI dan melakukan isolasi terhadap zat aktif yang dipakai. Sebelum pembuatan sediaan yoghurt diharapkan melakukan praformulasi untuk pembuatan yoghurt agar yoghurt yang dihasilkan dapat diterima oleh volunter.


ABSTRAK

Husen,Mohamad.2012.Pengaruh hime pharmacy care terhadap kepatuhan penderita tubercolosis pada penggunaanobat anti tubercolosis di puskesmas Kedungkandang Malang. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang.
            Pembimbing Sugeng Wijiono,S.Si.,Apt

Kata kunci : home pharmacy care, kepatuhan penderitaTBC,obat TBC
        
         Salah satu bentu kasuhan kefarmasian yang diberikan oleh farmasis dalam pelayanan kesehatan terhadap penderita TBC adalah melalui home pharmacy care. Home pharmacy care adalah pendamping pasienoleh farmasis dalam pelayanan kefarmasian di rumah dengan persetujuan pasien atau keluarganya.
Adapun home pharmacy care yang diaplikasikan pada penderita TBC adalah melalui pendidikan dan konseling yang difokuskan pada kepatuhan  tentang penggunaan obat TBC. Pelayanan  kefarmasian di rumah diharapkan dapat memberikan pendidikan dan pemahaman tentang kepatuhan minum obat dan memastikan bahwa pasien yang berada di rumah dapat menggunakan obat dengan benar.
Kunci utama keberhasilan penggunaan obat TBC  adalah keyakinan bahwa penderita TB minum semua obatnya sesuai dengan anjuran yang telah ditetapkan. Artinya harus ada seseorang yang ikut mengawasi atau memantau penderita saat dia minum obatnya
Dilihat dari besarnya kepatuhan penderita TBC sesudah diberikan home pharmacy care yaitu penderita dikatakan patuh secara kesemuanya. Hal ini dikarenkan penderita tbc telah memperoleh home pharmacy care tentang penggunaan obat TBC yang tepat sehingga pengetahuan mengalami peningkatan.
Dilihat dari besarnya kepatuhan penderita TBC sesudah diberikan home pharmacy care yaitu bahwa Home pharmacy care memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kepatuhan tentang penggunaan obat antiTubercolosis. Berdasarkan perhitungan menggunakan bantuan software SPSS di perolehnilait sebesar 5,898 dengan nilai t table adalah 1,734 (18df, α = 0,05, satuarah). Hasil dari output T-TES program SPSS for windows diperoleh nilai probabilitas (sig. [2-tailed]) sebesar ,000
         Dengan meningkatnya pengetahuan diharap dapat mengubah perilaku penderita dalam merespon penyakitnya. Dalam hal ini penderita menjadi lebih patuh dalam penggunaan obat TBC.

ABSTRAK Rudi, Muhamad. 2012. Tingkat Kesalahgunaan Obat Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Terhadap Upaya Swamedikasi pada Masyarakat Desa Mulyo Agung Rw 03 Kabupeten Malang. Karya tulis ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Pembimbing Drs. Riza Abudaeri, Apt. Kata kunci : Tingkat Kesalahgunaan Obat, Swamedikasi. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi tentang kesehatan mengalami perkembangan cukup pesat. Adanya perkembangan dibidang kesehatan mendorong masyarakat untuk memilih obat – obat dalam mengatasi keluhan yang sering terjadi di kehidupan sehari – hari, seperti flu, demam, batuk, luka borok dan diare. Pengobatan tersebut dilakukan secara mandiri tanpa adanya pemeriksaan dari dokter. Di Desa Mulyo Agung banyak masyarakatnya yang mengatasi keluhannya dengan cara swamedikai karena dianggap lebih mudah dan praktis. Dalam swamedikasi seringkali dijumpai bahwa pengobatan sendiri menjadi sangat boros karena mengkonsumsi obat-obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya misalnya karena penggunaan yang tidak sesuai dengan aturan pakai. Salah satu masalah yang mendasar atas terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional adalah informasi yang tidak benar, tidak lengkap dan menyesatkan Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Mulyo Agung Rw 03, Kec. Dau, Kab. Malang yang sudah berumur 20 sampai 70 tahun dan sudah pernah melakukan swamedikasi. Penelitian ini dilakukan di Desa Mulyo Agung Rw 03, Kec. Dau, Kab. Malang selama bulan juni sampai juli 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu mengamati secara langsung fakta yang ada pada masyarakat Desa Mulyo Agung Kec. Dau, Malang. Hasil penelitian sebelum penyuluhan sebesar 49,92 % dengan rata – rata kesalahan tiap sampel sebesar 18,92 %. Sedangkan setelah dilakukan penyuluhan kesalahgunaan menurun menjadi 14,0 % dengan rata – rata kesalahan tiap sampel sebesar 5,30 %. Informasi yang digunakan dalam melakukan swamedikasi adalah tenaga kesehatan sebanyak 46,2 %, media cetak sebanyak 38,4 %, pengalaman orang lain sebanyak 15,4 %. Berdasarkan hasil penelitian antara sebelum dan sesudah penyuluhan kesalahgunaan obat sangat berbeda nyata. Hal ini dikarenakan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan farmasi khususnya ahli madya farmasi guna penyelesaian tugas akhir Karya Tulis Ilmiah. Diharapkan supaya tenaga parmasis khususnya ahli madya farmasi dapat terjun langsung kemasyarakat untuk memberikan edukasi tentang swamedikasi melalui penyuluhan.

ABSTRAK

Rahmawati, Ema. 2012. Evaluasi Mutu Dan Volunter Terhadap Sediaan Permen Jelly Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Sebagai Penambah Nafsu Makan. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Lailiiyatus Syafah, S. Farm., Apt.

Kata Kunci : Evaluasi mutu dan volunter, permen jelly temulawak

Gangguan nafsu makan umumnya dialami anak-anak usia 3-11 tahun atau usia sekolah dasar. Hal ini sering membuat orang tua bingung dan mencarikan penambah nafsu makan. Akan tetapi penambah nafsu makan yang beredar dipasaran banyak yang berbentuk sirup, yang identik dengan obat yang kurang disukai oleh anak. Karena kurang disukai oleh anak sehingga dibuatlah sediaan permen jelly yang mengandung penambah nafsu makan yaitu temulawak. Permen jelly temulawak dibuat dengan terlebih dahulu melakukan uji mutu sesuai dengan SNI dan uji volunter.
Evaluasi mutu permen jelly temulawak merupakan pengujian yang dilakukan terhadap permen jelly temulawak setelah dibuat. Meliputi uji organoleptis dan uji mikroba Angka Lempeng Total. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium farmakognosi dan mikrobiologi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang pada bulan Desember 2011 sampai Juli 2012. Untuk uji volunter permen jelly temulawak dilakukan pada 20 orang anak usia 10-11 tahun. Hasil uji organoleptis yaitu bentuk permen jelly balok, warna kuning tua bening, rasa khas temulawak, bau khas temulawak dan tekstur kenyal. Hasil uji Alt (angka lempeng total) permen jelly temulawak sesuai dengan syarat SNI sehingga aman untuk dikonsumsi dan diujikan kepada volunter. Hasil uji volunter diketahui bahwa anak-anak menyukai warna, aroma dan bentuk hal ini karena warna permen jelly yang tidak terlalu mencolok seperti yang beredar dipasaran dan aroma permen jelly temulawak yang tidak seperti jamu pada umumnya. Sedangkan rasa dan tekstur masih ada beberapa anak yang kurang menyukai. Sehingga perlu dilakukan perubahan formulasi dengan menambah kombinasi untuk mengurangi rasa khas temulawak dan mengurangi jumlah gelatin untuk tekstur permen jelly yang terlalu kenyal. Hasil rata-rata penerimaan volunter yaitu 76,25% dapat dikategorikan dalam kategori “baik”.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa permen jelly temulawak dapat diterima oleh volunter (anak-anak). Untuk meningkatkan Karya Tulis Ilmiah ini disarankan pada pembuatan permen jelly temulawak selanjutnya dilakukan uji mutu fisik yang lain sesuai dengan SNI, pengujian nilai gizi dan mengisolasi zat aktif.

ABSTRAK

Fazriah, anisah. 2012. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Kedelai (Glycine max L.) Dengan Metode Brine shrimp lethality Test (Dalam Rangka skrining Awal Pencarian Senyawa Antikanker). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi putra Indonesia Malang, Pembimbing Drs. Bilal Subchan A.S., M.farm., Apt.

Kata kunci: (Glycine max L.), Brine shrimp lethality Test, Toksisitas akut

Selama ini masyarakat sudah menggunakan tanaman-tanaman dari alam sekitar untuk pengobatan penyakit. Diantara tanaman yang berkhasiat obat yang dapat digunakan sebagai alternative untuk mengobati kanker salah satunya adalah kedelai. Isoflavon merupakan factor kunci dalam kedelai yang berkhasiat sebagai pengobatan. Senyawa tersebut diduga bersifat toksik dalam kadar tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi toksisitas akut ekstrak kedelai dengan menggunakan Metode Brine shrimp lethality Test.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Jumlah sampel total yang diperlukan adalah 630 ekor larva. Sepuluh ekor larva diberikan pada tiap kelompok dari 7 kelompok perlakuan 3 kali. Masing–masing kelompok diberi berturut-turut 1, 10, 100, 500, 1000, 1500 dan 0 μg/ml ekstrak kedelai. Data diperoleh dari menghitung jumlah larva yang mati 24 jam setelah perlakuan. Berdasarkan data LC50 ekstrak kedelai ditentukan dengan analisis probit .
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara ekstrak kedelai yang diberikan dengan kematian larva. Hasil dari analisis probit menunjukkan harga LC50 dari ekstrak kedelai adalah 55,4368 ug/ml.
Pemberian ekstrak kedelai pada penelitian ini menunjukkan adanya efek toksisitas akut terhadap larva Artemia salina L menurut metode BST. Hal ini ditunjukkan dengan harga LC50 30-1000 ug/ml.
Berdasarkan penelitian ini, sehingga perlu dilakukan uji keamanannya dengan uji toksisitas kronis terlebih dahulu pada penelitian selanjutnya sehingga dapat meningkatkan nilai jual kedelai dalam bentuk sediaan farmasi yang lebih menarik.

ABSTRAK

Kusmiati, Reni. 2012. Tindakan Swamedikasi pada Masyarakat RW 5 Desa Clumprit Kabupaten Malang Terhadap Penyakit Nyeri Sendi. Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang . Pembimbing : Endang Sulilowati.M.Farm-Klin.Apt.

Kata Kunci : swamedikasi, nyeri sendi

Masyarakat RW 5 Desa Clumprit Kabupaten Malang sering melakukan swamedikasi untuk mengatasi keluhan nyeri sendi, dan berdasarkan pengamatan pemilihan obat dan aturan pakai tidak tepat.Penggunaan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan kesembuhan tidak tercapai, biaya pengobatan meningkat dan kemungkinan terjadi efek samping obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan tindakan swamedikasi masyarakat RW 5 desa Clumprit Kabupaten Malang terhadap penyakit nyeri sendi.
Penelitian ini dilakukan di toko obat “X” di desa Clumprit RW 5 Kabupaten Malang, sampel yang digunakan adalah masyarakat RW 5 yang penah melakukan swamedikasi terhadap nyeri sendi. Penelitian ini digolongkan dalam penelitian deskriptif, instrumen yang di gunakan adalah kuisioner.
Hasil penelitian diperoleh data swamedikasi masyarakat dalam ketepatan indikasi 36,5 %, ketepatan golongan 11,5 %, ketepatan dosis 32,6 % dan kewaspadaan efek samping obat 23,8%
Disimpulkan bahwa secara umum ketepatan swamedikasi masyarakat dalam mengatasi keluhan penyakit-penyakit nyeri sendi masih kurang. Disarankan masyarakat lebih kritis dalam melakukan tindakan swamedikasi, dan tenaga farmasi menerapkan asuhan kefarmasian dalam memberikan pelayanan swamedikasi.

ABSTRAK

Prahastiwi, Rayinda Nious. 2012. Efektivitas Kapsul Ekstrak Daun Yakon
(Smallanthus sonchifolia) Terhadap Penurunan Kadar Gula Dalam
Darah Mencit (Mus Musculus
). Karya Tulis Ilmiah. Akademi
Farmasi Putra Indonesia Malang, Pembimbing Puji Astuti, S.Si.,
Apt.

Kata Kunci : efektivitas, kapsul ekstrak daun Yakon (Smallanthus sonchifolia),
Diabetes mellitus, kadar gula dalam darah

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang timbul karena suatu gangguan
dari pankreas, yaitu organ tubuh yang biasa menghasilkan insulin dan sangat
berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel tubuh yang biasa ditandai dengan
naiknya kadar gula dalam darah (hiperglikemik). Penderita diabetes mellitus
ditandai dengan seringnya buang air kecil (poliurea), banyak minum (polidipsia),
banyak makan (polifagia), dan kadar glukosa darah melebihi kadar glukosa darah
normal. Mengingat akibat penyakit diabetes mellitus yang sangat berbahaya,
sebaiknya diabetes mellitus ditanggulangi sedini mungkin. Penggunaan kapsul
ekstrak daun yakon dinilai dapat menurunkan kadar gula dalam darah.
Daun yakon kaya insulin yang unit-unitnya terdiri dari gula-gula fruktosa
yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi difermentasi oleh usus
besar. Oleh karena itu konsumsi yakon tidak mungkin meningkatkan kadar gula
dalam darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas kapsul ekstrak
daun yakon (Smallanthus sonchifolia) terhadap penurunan kadar gula dalam darah
pada mencit (Mus Musculus).
Penelitian ini dilakukan di laboratorium farmakologi Putra Indonesia
Malang selama bulan Juni 2012. Penelitian terhadap efektivitas kapsul ekstrak
daun yakon dilakukan dengan jenis penelitian eksperimental terhadap hewan uji
mencit yang mengalami diabetes mellitus. Adapun populasi pada penelitian ini
adalah tanaman daun yakon, sedangkan sampelnya adalah kapsul ekstrak daun
yakon dari PJ Pusaka Sejati Tuban. Analisa data yang digunakan pada hasil
penelitian yaitu analisa data ANAVA untuk mengetahui pengaruh ekstrak kapsul
daun yakon terhadap penurunan kadar gula dalam darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kapsul ekstrak daun
yakon (Smallanthus soncifolia) secara ANAVA tidak ada pengaruh perbedaan
yang bermakna efek antidiabetes dari kapsul ekstrak daun yakon.
Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap kapsul ekstrak daun yakon sebagai antidiabetes mellitus dari simplisia
daun yakon dan penelitian tentang skrining kandungan daun yakon.

ABSTRAK

Chriswanto, adetya. 2012. Pengaruh suhu dan cahaya terhadap efektifias
antioksidan cuka ubu jalar ungu
. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang. Pembimbing Fandi Satria,S.Farm.,Apt.

Kata kunci : cuka ubi jalar ungu, pengaruh suhu dan cahaya terhadap efektifitas
antioksidan.

Ubi jalar ungu merupakan tanaman umbi-umbian yang mudah didapatkan
dan kaya akan kandungan antosianin yang berfungsi sebagai antiradikal bebas .
Selama ini ubi jalar ungu digunakan sebagai bahan pangan yang pengolahannya
dikukus, direbus, digoreng, atau dibakar. Penggunaan yang masih sederhana dan
kandungan antosianinnya menjadi pertimbangan untuk memanfaatkan ubi jalar
ungu menjadi produk yang bernilai ekonomis lebih tinggi, antara lain cuka. Untuk
menjaga kesetabilan antioksidan pada cuka ubi jalar ungu faktor penyimpanan
sangat berpengaruh terutama dari sisi interaksi dengan suhu dan cahaya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui seberapa besar pengaruh suhu
dan cahaya terhadap kestabilan antioksidan dengan menggunakan variasi suhu
antara 15oC , 27oC , 45oC dan cahaya selama 1 hari , 3 hari dan 5 hari.
Pengujian pengaruh suhu dan cahaya terhadap kestabilan antioksidan
menggunakan metode 1,1 di-enil-2-pikrihidrozil (DPPH) dan diharapkan dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh suhu dan cahaya terhadap efektifitas
aintioksidan cuka ubi jalar ungu.
Pengujian dimuali pada pembuatan cuka ubi jalar ungu. Dalam proses
pembuatan cuka melalui beberapa tahap, pertama yaitu proses fermentasi alkohol
dan Fermentasi, pada fermentasi akan terjadi perombakan gula menjadi alkohol
atau etanol ,asam asetat asam laktat dan aldehid. Kemudian langkah selanjutnya
yaitu mengoksidasi alkohol dan karbohidrat lainya menjadi asam asetat,dengan
bantuan bakteri acetobakter aceti. Pada proses fermentasi juga perlu diperhatikan
suhu dan cahaya karena dapat mempengaruhi konsentrasi pada aktifitas
antioksidan. Karena suhu dan penyinaran yang tidak terkendali dapat
mempengaruhi kestabilan antioksidan.untuk megetahui aktifitas dari antioksidan
terebut maka perlu di evaluasi menggunakan spektrofotometri dengan
menggunakan metode DPPH.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Suhu dan cahaya sangat
berpengaruh terhadap penurunan kestabilan antioksidan karena semakin tinggi
suhu dan cahaya yang di terima oleh antioksidan maka akan mengalami
penurunan efektifitas yang signifikan terhadap kanduangan antioksidan.

 
- See more at: http://zonablogging.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-nomor-halaman-keren-di.html#sthash.gpmQeUPv.dpuf
Selamat datang di blog PERPUSTAKAAN PUTRA INDONESIA MALANG , Terima kasih telah berkunjung di blog kami.. Semoga bermanfaat bagi anda !! Welcome to LIBRARY PUTRA INDONESIA MALANG, Thanks for visiting our blog .. Hopefully useful for you !! :)