THE NEXT PIM CAMPUS

Suasana Kampus PIM di masa yang akan datang

THE NEXT PIM CAMPUS

Suasana Kampus PIM di masa yang akan datang .....

THE NEXT PIM CAMPUS

Suasana Kampus PIM di masa yang akan datang .....

Rabu, 28 September 2011

ABSTRAK KARYA TULIS ILMIAH AKADEMI FARMASI 2011

PENGARUH ALAT PENGGERUSAN TERHADAP MUTU SEDIAAN
SERBUK TERBAGI (PULVERES)
THE INFLUENCE OF GRINDING TO THE DIVIDED POWDER
(PULVERES) AVAILABILITY QUALITY.

Ida Oktaviana
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Formulasi sediaan obat berupa serbuk sampai saat ini masih merupakan
alternatif utama pada proses pengobatan terutama pada pasien anak-anak dengan
alasan belum dapat minum obat dalam bentuk, tablet dan kaplet. Ada dua cara
penggerusan yaitu penggerusan dengan mortir stamper dan penggerusan dengan
blender. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alat penggerusan
terhadap mutu sediaan serbuk terbagi (pulveres). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah parasetamol kaplet. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Farmasetika Akademi Putra Indonesia Malang pada bulan Juni 2010. Metode
dalam penelitian ini adalah metode observasi Laboratorium, dengan tujuan
membandingkan mutu fisik dan bobot yang tersisa serbuk terbagi (pulveres) hasil
penggerusan dengan mortir stamper dan penggerusan dengan blender. Hasil
penelitian uji mutu serbuk terbagi (pulveres) menunjukkan bahwa hasil
penggerusan kaplet parasetamol menggunakan alat penggerusan berupa mortir
stamper maupun blender menghasilkan penampilan serbuk terbagi (pulveres) yang
baik, dimana tidak ada perubahan dari kaplet semula, yaitu warnanya kuning
homogen, tidak berbau, berasa pahit, dan berbentuk serbuk. Bila diamati dari
prosentase rata-rata bobot tersisa penggerusan dengan mortir stamper
menghasilkan prosentase bobot tersisa sebanyak 99,06 % sedangkan pada
blender menghasilkan prosentase bobot tersisa sebanyak 95,9 %. Oleh karena
itu penggerusan dengan mortir stamper lebih baik dari pada penggerusan dengan
blender. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa sebaiknya obat
digerus menggunakan mortir stamper, karena jumlah prosentase bobot tersisa
pada penggerusan menggunakan mortir stamper lebih banyak dari pada blender.
Kata kunci: Alat penggerusan, mutu sediaan serbuk, terbagi (pulveres)


OPTIMALISASI AMYLUM MANIHOT
SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN TABLET ANTIDIABET
EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L)
DENGAN METODE GRANULASI BASAH

Aidha Nur Fanani
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci: Optimalisasi, Amylum Manihot, Momordica charantia L., Tablet,
Granulasi basah
Buah pare atau Momordica charantina L umumnya dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit salah satunya sebagai antidiabet.
Menurut study penelitian yang dilakukan oleh Michael B Krawinkel dan Gudrun
B Keding kandungan buah pare seperti saponin, flavonoid, glikosida cucurbitacin,
polipeptida-p, charantin, dan beta-karoten mampu menurunkan kadar glukosa
darah. Buah pare memiliki rasa pahit sehingga kurang digemari masyarakat jika
dikonsumsi secara langsung. Untuk memperbaiki penampilan dan kepraktisan saat
mengonsumsi maka ekstrak buah pare dibuat dalam bentuk sediaan tablet
sehingga ketepatan dosis lebih akurat dibandingkan sediaan cair berupa seduhan.
Amylum Manihot umumnya digunakan sebagai bahan tambahan tertentu
saja. Untuk mengetahui Amylum Manihot dapat dioptimalisasi atau tidak dalam
formulasi tablet ekstrak buah pare maka dilakukan evaluasi terhadap mutu fisik
tablet yang terdiri keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan,
kerapuhan, dan waktu hancur tablet. Penelitian dilakukan di laboratorium
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang dan CV. Agaricus Sido Makmur
Sentosa (ASIMAS) Lawang pada bulan April – Juli 2011. Tablet dibuat dengan
cara mengambil bahan aktif buah pare melalui penyarian secara maserasi.
Hasilnya dievaporasi menjadi ekstrak kental lalu ditambah Amylum Manihot dan
dijadikan serbuk. Dalam pembuatan tablet, bahan aktif berupa serbuk ini
dicampur Amylum Manihot sebagai pengikat, pengisi, dan penghancur
menggunakan metode granulasi basah lalu dicetak menjadi tablet.
Hasil penelitian menunjukkan optimalisasi Amylum Manihot sebagai
tablet ekstrak buah pare menghasilkan mutu fisik yang kurang memenuhi syarat
pada uji kekerasan sehingga bisa dikatakan Amylum Manihot tidak dapat
digunakan sebagai pengikat, pengisi sekaligus penghancur pada konsentrasi yang
tinggi. Analisis hasil penelitian yang digunakan adalah One-Sample Test, dengan
selang kepercayaan 95%
Berdasarkan penelitian ini disarankan diadakan penelitian lebih lanjut
misalnya menggunakan ampas buah pare yang telah dikeringkan sebagai bahan
campuran ekstrak kental pare, memvariasi konsentrasi Amylum Manihot sebagai
pengikat, sedangkan pengisi diturunkan sehingga diketahui perbedaan yang
signifikan dan tepat dalam otimalisasi Amylum manihot sebagai bahan tambahan
pada tablet. Dengan demikian dihasilkan mutu fisik tablet yang memenuhi syarat.


GAMBARAN KOMBINASI DAN INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI
DI UNIT PELAYANAN FARMASI RAWAT JALAN ASKES PNS
RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Endah Sri Wulandari
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci: Gambaran, kombinasi obat, obat antihipertensi.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan di dunia yang sangat penting
karena angka kejadiannya cukup tinggi. Pada tahun 2000 penderita hipertensi di
dunia mencapai jumlah 957 – 987 juta orang. Menurut beberapa penelitian
terungkap bahwa hipertensi sering membuat komplikasi pada tubuh seseorang
misalnya serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, penyakit arteri sampai
munculnya serangan stroke (Ridwan, 2009: 35). Kompleksnya gejala, komplikasi
dan penyakit yang mendasari hipertensi, maka tidak jarang diperlukan adanya
terapi kombinasi obat. Penggunaan obat lebih dari satu secara bersamaan akan
meningkatkan resiko terjadinya interaksi obat. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran kombinasi obat pada resep antihipertensi yang masuk di
Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Askes PNS Rumah Sakit Umum Dr. Saiful
Anwar Malang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode
pengambilan sampel retrospektif dengan menggunakan resep yang mengandung
obat antihipertensi di Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Askes PNS Rumah
Sakit Dr. Saiful Anwar Malang yang masuk pada bulan Mei 2011. Data diambil
dengan cara mengumpulkan resep yang mengandung obat antihipertensi,
kemudian dikumpulkan atau dicatat pada lembar data . Data kemudian
diklasifikasikan berdasarkan kombinasi dan interaksi obatnya. Data teersbut
selanjutnya dianilisis berdasarkan persentase jumlah kombinasi, jenis kombinasi,
interaksi obat dan jenis interaksi obat.
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah kombinasi obat pada resep yang
mengandung antihipertensi terbesar sebanyak tiga kombinasi. Kombinasi yang
paling banyak ditemukan dengan sesama antihipertensi yaitu golongan CCB
(Calcium Channel Blocker) dengan golongan ARB (Angiostensin Receptor
Blocker) sebesar 8,59%, ACEI (Angiostensin Converting Enzym Inhibitor) dengan
CCB (Calcium Channel Blocker) sebesar 7%, dan diuretik dengan ACEI
(Angiostensin Converting Enzym Inhibitor) sebesar 6,15%. Sedangkan kombinasi
dengan non antihipertensi yang paling banyak yaitu kombinasi obat antihipertensi
dengan vitamin sebesar 23,46%, dengan antiplatelet sebesar 12,05%, dan dengan
antidiabetes sebesar 10,54%. Kejadian interaksi yang potensial terjadi sebesar
30%. Kombinasi obat yang sering berinteraksi captopril dengan furosemid dan
lisinopril dengan spironolakton sebesar 4,22%, captopril dengan spirolakton dan
ramipril dengan spironolakton sebesar 1,88%, captopril dengan klonidin dengan
sebesar 1,41%. Efek interaksi obat yaitu terjadi peningkatan efek obat
antihipertensi sebesar 58,21%, penurunan efek antihipertensi sebesar 32,86%,
dan lain-lain sebesar 8,92%.


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DIABETES MELLITUS DENGAN PERILAKU PENCEGAHA DINI DIABETES MELLITUS DI DESA KADEMANGAN KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN MALANG

Irwanto
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
 Kata Kunci : Tingkat pengetahuan masyarakat, perilaku pencegahan dini,
diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah di
atas normal. Pada usia 30 tahun karena kesibukan meningkat, jarang olahraga,
aktifitas fisik kurang maka pada usia 45-60 tahun resiko penyakit degeneratif
meningkat. Salah satu penyakit degenaratif yaitu kelebihan kadar gula dalam darah
yang sering disebut dengan diabetes mellitus. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus dengan perilaku
pencegahan dini diabetes mellitus pada masyarakat di Desa Kademangan Kecamatan
Pagelaran Kabupaten Malang.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik dari pada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan mengenai diabetes mellitus
sangatlah diperlukan agar tercipta suatu kesadaran masyarakat untuk melakukan
pencegahan dini diabetes mellitus.
Penelitian ini dilakukan di Desa Kademangan Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah probability
sampling yaitu multistage random sampling, diperoleh sampel sebanyak 364 orang.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan analisis uji statistik yang digunakan
adalah Product-Moment Pearson dengan bantuan program komputer SPSS versi
17.00.
Hasil penelitian dari 211 responden menunjukkan bahwa terdapat responden
dengan tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus baik, kuran cukup baik,
kurang baik, dan tidak baik sejumlah masing-masing 120 orang 56,9 %; 72 orang
34,1%; 17 orang 8,1%; dan 2 orang 0,9%. Untuk perilaku pencegahan dini diabetes
mellitus responden mempunyai perilaku yang positif dan negatif masing-masing
berjumlah 125 orang 59,2% dan 86 orang 40,8%. Berdasarkan hasil uji statistik
dengan signifikansi 0,00 (α< 0,05) adalah r= 0,722, dari hasil tersebut membuktikan
bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
pencegahan dini dengan korelasi cukup.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah Terdapat hubungan positif dan
signifikan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang diabetes mellitus dengan
perilaku pencegahan dini diabetes mellitus di Desa Kademangan Kecamatan
Pagelaran Kabupaten Malang. Disamping itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan
tingkat pengetahuan dan perbaikan perilaku dengan pemberian informasi/
penyuluhan kepada masyarakat agar dapat lebih mengetahui tentang penyakit
diabetes mellitus dan mempunyai perilaku positif menyeluruh dalam pencegahan
penyakit tersebut.
POTENSI SACCHAROMYCES CEREVISIAE
UNTUK MENDEGRADASI KARBOHIDRAT PADA KULIT PISANG

Aldila Rendra Riyan Arfiyanto
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Indonesia adalah Negara agraris yang didalamnya terdapat berbagai macam
tanaman, tanaman pisang adalah salah satunya. Tanaman ini menghasilkan buah
yang kaya akan karbohidrat. Karbohidrat ini tidak hanya terdapat pada buah
pisang saja melainkan juga terdapat pada kulit pisang. Dalam kulit pisang
karbohidrat ini dalam bentuk glukosa, fruktosa, sukrosa, selulosa, dan pati.
Selulosa dan pati (polisakarida) dan sukrosa (disakarida) pada kulit pisang diduga
dapat didegradasi oleh enzim zymase yang dihasilkan oleh khamir
Saccharomyces cerevisiae menjadi monosakarida yaitu glukosa. Glukosa dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sirup glukosa, alkohol, asam asetat atau
dapat pula digunakan sebagai bahan baku pembuatan etil asetat. Sehingga kulit
pisang memiliki nilai ekonomi yang lebih baik. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk menganalisis potensi Saccharomyces cerevisiae dalam mendegradasi
polisakarida maupun disakarida.
Pada penelitian ini mengambil sampel kulit pisang raja dan kulit pisang candi
dikarenakan ketebalannya. Terdapat beberapa proses dalam penelitian ini hingga
diperoleh data: (1) pengembangbiakan khamir Saccharomyces cerevisiae selama 5
hari pada media PDA, (2) pembuatan ekstrak kulit pisang dengan cara infudasi,
(3) proses pengecekan kadar glukosa dengan metode Nelson somogyi sebelum
dan sesudah proses fermentasi yang dibantu oleh khamir Saccharomyces
cerevisiae selama 7 hari.
Jumlah rata-rata glukosa sebelum fermentasi pada kulit pisang candi 466,146
ppm, dan pada kulit pisang raja 554,381 ppm. Keduanya mengalami penurunan
setelah mengalami fermentasi selama 7 hari. Kadar glukosa pada kulit pisang
candi menjadi 357,236 ppm dan pada kulit pisang raja 116,11 ppm. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa Khamir Saccharomyces cerevisiae tidak
berpotensi untuk mendegradasi karbohidrat dalam bentuk polisakarida maupun
disakarida. Diharapkan dilakukan penelitian untuk variasi penggunaan khamir
sehingga dapat diketahui jenis khamir yang paling berpotensi untuk mendegradasi
polisakarida dan disakarida.


EFEKTIVITAS SEDIAAN MINYAK GOSOK ANTINYAMUK
DARI MINYAK RIMPANG JERINGAU (Acorus calamus L)

Choirina Anudyasari
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
 Kata Kunci : antinyamuk, efektivitas, minyak gosok, minyak rimpang jeringau.
Saat ini masyarakat mulai beralih dari sediaan antinyamuk yang berbahan
kimia ke bahan alam. Hal ini dikarenakan bahan kimia tersebut sering
menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh. Rimpang jeringau
merupakan salah satu tanaman yang berfungsi sebagai penolak nyamuk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif sebagai
sediaan minyak gosok antinyamuk
Penelitian ini dilakukan di laboratorium farmakognosi dan farmasetika
Putra Indonesia Malang. Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi
pengambilan minyak rimpang jeringau dengan metode maserasi yang kemudian
dijadikan bahan aktif pada sediaan minyak gosok antinyamuk dengan konsentrasi
6%, 12% dan 18%. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis Varian
(ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji LSD.
Hasil penelitian menunjukan konsentasi 6%, 12% dan 18% sebagai
antinyamuk mempunyai efektivitas yang berbeda dan diperoleh kesimpulan
bahwa konsentrasi 12% merupakan konsentrasi paling efektif sebagai sediaan
minyak gosok antinyamuk. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
uji daya bunuh nyamuk.
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS MINYAK LEGUNDI (Vitex trifolia L)
SEBAGAI SEDIAAN ANTI NYAMUK

Ni Putu Pitri Widiani
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : formulasi, uji aktivitas, minyak Legundi (Vitex Trifolia L), sediaan anti
nyamuk.
Sediaan anti nyamuk merupakan sediaan kesehatan rumah tangga berupa
larutan yang digunakan untuk mencegah serangan nyamuk. Biasanya digunakan pada
bagian luar tubuh manusia, misalnya pada tangan dan kaki. Sediaan anti nyamuk
tidak harus menggunakan bahan aktif yang terbuat dari bahan kimia saja, tetapi bisa
juga menggunakan bahan aktif dari bahan alami. Misalnya menggunakan minyak
Legundi karena didalam minyak tersebut mengandung Camphene dan Pinene. yang
dapat mengeluarkan bau khas yang menyengat sehingga membuat nyamuk
menghindar. Maka, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
keefektifan minyak atsiri legundi sebagai anti nyamuk serta untuk membuat formulasi
yang tepat dari sediaan obat nyamuk semprot tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium
Farmakognosi dan Farmasetika Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang mulai
bulan April – Juni 2011. Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu ; pertama,
tahap persiapan yang meliputi persiapan sampel daun Legundi yang telah
dideterminasi dan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
Kedua, tahap pelaksanaan yang meliputi pemilihan daun Legundi yang berwarna
hijau, kemudian ditimbang. Selanjutnya daun disuling dengan menggunakan proses
destilasi uap selama 8 jam. Ketiga, tahap akhir yang meliputi hasil minyak Legundi
diuji secara organoleptis, berat jenis, indeks bias, kemudian minyak yang telah diuji
kemurniannya digunakan sebagai bahan aktif pembuatan sediaan anti nyamuk dengan
konsentrasi 13%, 15%, dan 17%. Untuk mengetahui manfaat minyak legundi maka
sediaan diuji efektifitasnya terhadap nyamuk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi minyak Legundi 17% yang
efektif sebagai sediaan anti nyamuk, hal ini ditunjukkan dengan sediaan yang
disemprotkan pada kain dihinggapi lima ekor nyamuk pada pengamatan selama 60
menit.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan agar dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang pengujian aktivitas minyak Legundi sebagai sediaan anti nyamuk alami
dengan menggunakan ruangan yang lebih luas sebagai pengamatan. Selain itu,
diharapkan inovasi sediaan antinyamuk lain dari minyak Legundi ini seperti dalam
bentuk gel ataupun lotion.


UJI MUTU FISIK KEFIR SUSU KEDELAI
( SOY KEFIR )

Ulfa Ainia Ika Putri
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
 Kata kunci : Pembuatan Kefir Susu Kedelai. Uji Mutu Fisik
Kefir adalah produk yang dihasilkan dari fermentasi susu sapi yang telah
dipasteurisasi kemudian ditambahkan starter berupa butiran atau biji kefir ( kefir
grain / kefir granule ) yaitu butiran – butiran putih atau krem dari kumpulan
bakteri asam laktat seperti Lactobacilli, Streptococcus sp dan beberapa jenis ragi /
khamir nonpatogen. Kandungan pada kefir sama dengan nutrisi susu, Kefir kaya
akan Kalsium, Asam Amino, Magnesium, berbagai Vitamin B, Vitamin K, Zinc,
Asam Laktat, asam Asetat dan Asam Folat. . Dikelompokkan dalam 4 kelompok,
Lactobacilli, Lactococci/Streptococci, Yeast, Acebacter, serta lebih dari 30 jenis
mikroba terkandung dalam kefir. Sebagai minuman probiotik, kefir mengandung
ribuan mikroorganisme yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh, dan beberapa
jenis mikroba tersebut dapat menghidupkan kembali sel-sel tubuh yang telah mati.
Pembuatan kefir dari susu kedelai dimaksudkan sebagai usaha diversifikasi
pangan, kerena selama ini susu kedelai hanya dibuat dengan bentuk soyghurt.
Susu kedelai mempunyai sifat yang hampir sama dengan susu sapi, selain itu nilai
protein kedelai jika difermentasi dan dimasak akan tetap memiliki mutu yang
lebih baik, disamping harga lebih murah dari susu sapi sehingga lebih ekonomis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji organoleptis untuk percobaan
pertama normal / sesuai dengan pustaka karena terdapat unsur gula yang
membantu menaikkan kadar asam. Bau yang dihasilkan kefir susu kedelai
semuanya lengur merupakan khas bau kacang – kacangan untuk perlakuan bau
yang pertama berbau pandan karena bau lengur tersebut ditutupi bengan aroma
daun pandan. Warna juga mempengaruhi karena kedelai yang digunakan kedelai
berwarna kuning sehingga susu dan sediaan kefir susu kedelai yang dihasilkan
menjadi putih kekuniangan untuk warna kurang sempurna atau tidak normal.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan Untuk uji organoleptis sudah
memenuhi syarat SNI yang sudah ada. Percobaan yang pertama karena ada unsur
gula yang membantu menaikkan kadar asam yang menjadikan kefir susu kedelai
asam. Sedangkan bau yang memakai pandan menjadikan bau lengur hilang,
karena khas dari tanaman kacang – kacangan bau lengur. Warna juga
mempengaruhi karena kedelai yang digunaka berwarna kuning. Untuk uji pH
sudah memenuhi syarat SNI yang sudah ada. Percobaan yang pertma masuk
dalam rentang karena unsur gula yang mempengaruhi menurunnya pH kefir susu
kedelai. Dan disarankan Untuk sediaan kefir susu kedelai memberikan aroma
tidak langu, sebelum proses pembuatan susu kedelai, kedelai yang direndam
dengan air panas atau direbus selama 15 menit atau pilih metode pembuatan susu
kedelai yang lain.


PENGARUH KEFIR TERHADAP GAMBARAN GINJAL MENCIT PUTIH (Mus musculus)
JANTAN GALUR Balb C. YANG TERPAPAR FORMALIN

Nur Ela Zuliani
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Formalin merupakan larutan formaldehida sebagai pengawet spesimen hayati yang masih
sering disalahgunakan sebagai bahan pengawet makanan. Paparan formalin terus menerus dapat
menimbulkan stress oksidatif dan mengganggu fungsi organ ginjal. Kefir yang kaya antioksidan,
tryptophan, dan bakteri probiotik mampu melawan stress oksidatif dan meningkatkan sistem
imun tubuh. Maka, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kefir
terhadap gambaran ginjal yang terpapar formalin.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan hewan uji mencit
jantan galur balb C. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kefir dengan dosis 107 CFU/ml
dan variabel terikatnya adalah gambaran ginjal mencit.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, pada
bulan Mei sampai dengan Juli 2011. Pelaksanaan penelitian ini meliputi pengujian jumlah
bakteri probiotik kefir, dilanjutkan dengan pemberian perlakuan kepada masing-masing
kelompok yang terdiri dari kelompok I, II, III, dan IV. Kelompok I (kontrol) hanya diberi
aquadest selama satu minggu, kelompok II diberi paparan formalin 25ppm sebesar 0,5 ml/hari
per oral selama satu minggu, kelompok III (preventif) diberi formalin 25ppm sebesar 0,5 ml/hari
dan selang satu jam diberi kefir dosis 107 CFU/ml sebesar 0,5ml/hari selama satu minggu, dan
untuk kelompok IV(kuratif) diberi formalin 25ppm sebesar 0,5 ml/hari diminggu pertama dan
diberi kefir dosis 107 CFU/ml sebesar 0,5ml/hari diminggu kedua. Tahap selanjutnya yaitu
pembuatan preparasi dan pengamatan gambaran ginjal melalui pewarnaan HE.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisa statistik menggunakan ANOVA
menunjukkan bahwa Ha diterima. Perbedaan nyata pada uji SNK terlihat dari volume dan
gambaran ginjal antar kelompok formalin dan kefir preventif, warna dan bobot ginjal tidak
menunjukkan perbedaan nyata . Kefir dengan tujuan kuratif hanya menunjukkan perbedaan nyata
antar kelompok formalin dan kefir pada gambaran ginjalnya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kefir memberikan pengaruh
terhadap gambaran ginjal mencit putih (Mus muscullus) jantan galur Balb C yang terpapar
formalin yaitu dapat mencegah pembengkakan (volume ginjal turun) dan tingkat kerusakan sel
tubulus ginjal mencit putih (Mus musculus) jantan galur Balb C yang terpapar formalin.
Disarankan dilakukannya penelitian lebih lanjut terkait fungsi ginjal yaitu pengukuran kadar
kreatinin.
Kata Kunci : Formalin, Gambaran ginjal, Kefir, Mus musculus galur Balb C.


PENGARUH DOSIS PEKTIN KULIT BUAH APEL
(Malus sylvestris Mill) VARIETAS ANNA
SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL
PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

Dionisius Atmanegara
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci: Dosis, Pektin, Kolesterol.
Peningkatan kadar kolesterol total dapat disebabkan oleh faktor genetik
(80%), makanan, jenis kelamin, berat badan dan stres. Salah satu cara penurunan
yang sekarang diminati dan dikembangkan adalah pengobatan tradisional.
Pengobatan ini dengan menggunakan buah apel varietas Anna. Buah apel yang
digunakan yakni kulitnya yang diisolasi untuk memperoleh pektin.
Kulit buah apel varietas Anna ini, mengandung pektin yang mampu
menurunkan kadar kolesterol total darah mencit putih. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh dosis pektin dari kulit buah apel varietas
Anna terhadap penurunan kadar kolesterol total darah mencit putih.
Populasi penelitian adalah mencit jantan umur 2 bulan berat antara 20-
30 gram. Sampel 12 ekor mencit, tiap kelompok terdiri 3 mencit, disampling dari
keseluruhan populasi penelitian dengan teknik random sampling. Sampel dibagi
menjadi 4 kelompok dengan 3 variabel dosis yaitu dosis pektin 26 mg, pektin 39
mg, pektin 52 mg dan kontrol negatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan kadar kolesterol
total setelah perlakuan pada kelompok A sebagai kontrol = 27,5 mg/dl, B
dengan dosis 26 mg = 5,5 mg/dl, C dengan dosis 39 mg = 167,5 mg/dl, D
dengan dosis 52 mg = 68 mg/dl. Setelah diuji dengan uji anava diperoleh F
hitung > F tabel sehingga ada perbedaan nyata antara ketiga kelompok
perlakuan.
Dari hasil uji jarak ganda duncan menunjukkan pektin mempunyai
pengaruh menurunkan kadar kolesterol total darah mencit putih dan pengaruh
terbaik pada perlakuan C dengan dosis 39 mg dan rata-rata penurunan kadar
kolesterol terbesar yaitu 167,5 mg/dl.
Kesimpulan penelitian ini adalah dosis pektin yang paling efektif dalam
menurunkan kadar kolesterol total darah mencit putih pada dosis 39 mg.


TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT LINGKUNGAN PLAOSA
KELURAHAN PATOKAN KABUPATEN SITUBONDO TENTANG OBAT
TRADISIONAL

Syarif Hidayatullah
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : Obat Tradisional, Obat Sintetik, Tingkat Pengetahuan Obat Tradisional
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun,
berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat,
baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Umumnya, pemanfaatan obat
tradisional lebih diutamakan sebagai upaya preventif untuk menjaga kesehatan.
Masyarakat perkotaan yang umumnya lebih banyak mengkonsumsi obat-obatan sintetik
daripada mengkonsumsi obat tradisional dalam menjaga kesehatannya. Seiring dengan
dicanangkannya program pemerintah yaitu back to nature di media cetak maupun di
media elektronik. Sehingga dari program pemerintah tadi, peneliti ingin mengetahui
bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional seiring banyaknya
penggunaan obat sintetik dalam masyarakat.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juni 2011 yang bertempat di lingkungan
Plaosa Kelurahan Patokan Kabupaten Situbondo. Penelitian ini dilakukan dengan cara
menyebarkan angket kepada setiap responden yang kemudian diisi oleh responden.
Hasil dari penelitian ini didapat tingkat pengetahuan masyarakat tentang khasiat
dari obat tradisional memperoleh hasil 40,15%, tingkat pengetahuan efek samping dari
obat tradisional memperoleh hasil 81,15%, dan tingkat pengetahuan tentang obat
tradisional memperoleh hasil 72,75%.
Hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat sudah banyak yang mengerti tentang
obat tradisional. Namun, mereka masih banyak yang belum mengetahui tentang khasiat
dari obat tradisional. Hal tersebut dikarenakan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
khasiat dari obat tradisional masih rendah. Mereka hanya tahu tentang efek samping dan
pengetahuan dari obat tradisional saja. Sedangkan mereka tidak mengetahui tentang
khasiat dari obat tradisional itu sendiri. Berdasarkan analisa tersebut, maka disarankan
petugas dari dinas kesehatan dapat menginformasikan secara langsung kepada masyarakat
untuk memberikan penyuluhan dan membimbing agar memahami pentingnya obat
tradisional.


KAJIAN PENGELOLAAN OBAT DI BAGIAN LOGISTIK FARMASI R.S PANTI WALUYO

Lela Veronika
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : Kajian, pengelolaan Obat, Bagian Logistik Farmasi,
Bagian Logistik Farmasi merupakan tempat pengelolaan obat yang
bertujuan untuk menjamin tersedianya obat dengan jenis / item dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan, mutu yang terjamin dan tersebar
secara merata sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.
Pengelolaan obat di Bagian Logistik Farmasi merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi perencanaan / seleksi, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian dan pencatatan pelaporan. Agar kebutuhan obat untuk
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dapat dipenuhi dengan baik maka
pengelolaan obat di Bagian Logistik Farmasi harus dilaksanakan dengan
sebaik - baiknya. Kendala yang mungkin dihadapi dalam pengelolaan obat di
Bagian Logistik Farmasi pada tahun 2010 adalah Adanya pengadaan obat diluar
Formularium RS, dalam hal penyimpanan, jumlah fisik obat yang ada di Bagian
Logistik Farmasi Logistik Farmasi tidak sama dengan jumlah kartu stok. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan obat di
Bagian Logistik Farmasi RS. Panti Waluya Malang dan mengambil kesimpulan
kategori pengelolaan obat berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan
lembar check list.
Penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian diskriptif dimana data
disajikan dalam bentuk tabel dari hasil pengolahan data dengan
instrument penelitian berupa check list yang kemudian diambil kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengelolaan obat di Gudang
Logistik Farmasi RS.Panti Waluya Malang baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini pengelolaan obat di Gudang Farmasi
RS.Panti Waluya Malang perlu di tingkatkan lagi terutama pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian supaya pengelolaan obat lebih baik lagi.


UJI EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL DAN EKSTRAK n-
HEKSAN DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera (L.) DC.)
PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus Norvegicus)

Rini
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci: Efek Antipiretik, Ekstrak etanol dengan ekstrak n-heksan daun
sembung.
Demam merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi suhu normal
yaitu 370C. Demam biasanya diobati dengan obat antipiretik. Antipiretik
merupakan kemampuan suatu zat dalam menurunkan demam atau menormalkan
suhu tubuh yaitu 370C. Penggunaan obat antipiretik yang sintetik dapat
menimbulkan beberapa efek samping. Oleh karena itu masyarakat mencari
alternatif pengobatan dengan menggunakan obat tradisional. Banyak sekali
tanaman yang dapat digunakan sebagai obat antipiretik, salah satunya adalah
sembung.
Sembung merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang memiliki
banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, misalnya
antibakteri, karminatif, angina pektoris, diabetes mellitus, menoragia dan lainlain.
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai antipiretik adalah daun.
Untuk mengetahui pelarut mana yang lebih efektif dalam menyari zat aktif yang
terdapat dalam daun sembung maka dilakukan uji antipiretik dengan melihat
perbedaan efek antipiretik ekstrak etanol dan ekstrak n-heksan daun sembung
pada tikus putih jantan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi yang
bertujuan untuk membuktikan bahwa ekstrak n-heksan daun sembung lebih
efektif dalam menurunkan demam pada tikus putih jantan yang didemamkan.
Pada penelitian ini menggunakan metode maserasi yang digunakan untuk
mengekstraksi zat aktif yang terkandung dalam daun sembung yang berkhasiat
sebagai antipiretik. Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi adalah pelarut
etanol 70% dan pelarut n-heksan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efek antipiretik
ekstrak etanol dan ekstrak n-heksan daun sembung pada tikus putih jantan. Hal ini
membuktikan bahwa n-heksan lebih efektif dalam mengekstrak zat aktif yang
terkandung dalam daun sembung yang berkhasiat sebagai antipiretik.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar masyarakat membudidayakan
tanaman sembung sebagai tanaman obat dan perlu kiranya dilakukan penelitian
untuk mengetahui jumlah kadar zat aktif yang tersari yang diduga berkhasiat
sebagai antipiretik.


MUTU FISIK SEDIAAN KRIM PENYUBUR RAMBUT
MINYAK KEMIRI (Aleurites moluccana (L.) Willd)
DENGAN BASIS COLD CREAM

Angelita Nona Mery
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
 Kata Kunci : cold cream, minyak kemiri, mutu fisik krim, penyubur rambut.
Biji kemiri mempunyai kandungan minyak yang bermanfaat sebagai
penyubur rambut. Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan minyak kemiri
sebagai penyubur rambut maka dibuat formulasi sediaan krim. Krim adalah
sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Faktor-faktor yang mempengaruhi
mutu fisik sediaan krim bergantung pada zat pembawa, cara pembuatan, suhu
penyimpanan, kontaminasi mikroorganisme, dan lain-lain
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu fisik sediaan krim
penyubur rambut minyak kemiri dengan basis cold cream. Pelaksanaan penelitian
ini meliputi tiga tahap. Tahap pertama menentukan formulasi, menyusun prosedur
kerja, dan menyiapkan alat serta bahan. Tahap kedua adalah proses pembuatan
sediaan krim penyubur rambut minyak kemiri dengan basis cold cream, pengujian
sediaan krim, tahap ketiga membuat kesimpulan dan saran.
Pengambilan minyak kemiri dilakukan dengan menggunakan metode
destilasi uap air. Sedangkan proses pembuatan krim menggunakan metode
pelelehan. Dalam metode pelelehan zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan
bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang homogen.
Hasil penelitian sediaan krim penyubur rambut minyak kemiri dengan basis
cold cream menunjukan bahwa pada uji pH kurang memenuhi syarat.
Berdasarkan penelitian uji mutu fisik sediaan krim minyak kemiri dari biji
kemiri dengan basis cold cream disimpulkan bahwa : keseragaman viskositas,
homogenitas, organoleptik, uji sentrifugasi, uji inverse , uji Cycling test pada
sediaan krim penyubur rambut minyak kemiri dengan basis cold cream dalam
penelitian ini memenuhi syarat sedangakan pada uji pH kurang memenuhi syarat
karena tidak ditambahkan pendapar. Oleh karena itu disarankan perlu adanya
penambahan pendapar sehingga sediaan ini menjadi lebih baik lagi mutu fisiknya.
UJI MUTU FISIK DAN PENERIMAAN VOLUNTER
SEDIAAN PERMEN JELI EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.)
SEBAGAI ANTHELMINTIK

Kiki Krisnawati
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci : uji mutu fisik, uji penerimaan volunter, permen jeli, Carica papaya L
Pada masa anak-anak merupakan masa pertumbuhan, tetapi karena
kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap diri sendiri ataupun terhadap
lingkungannya, kebanyakan dari mereka rentan untuk dihinggapi berbagai
penyakit terutama yang berkaitan dengan cacing. Tetapi karena obat anthelmintik
yang beredar di pasaran kurang menarik bagi anak-anak, sehingga membuat anakanak
cenderung enggan untuk mengonsumsinya walaupun sedang terinfeksi
cacing. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti ingin membuat sediaan
berbahan dasar ekstrak biji pepaya dalam bentuk permen jeli sebagai obat
anthelmintik, sehingga dapat memberikan inovasi bentuk sediaan herbal. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui mutu fisik permen jeli ekstrak biji pepaya yang
meliputi uji organoleptis, uji kadar air dan kadar abu, serta uji penerimaan
volunter.
Permen jeli ekstrak biji pepaya adalah suatu jenis permen lunak berbahan
dasar gelatin yang mengandung ekstrak biji pepaya, diolah dengan campuran gula
dan sirup glukosa hingga tercapai suatu sediaan dengan tekstur dan kekenyalan
tertentu. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang pada bulan April – Juli 2011. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan.
Permen jeli yang sudah jadi selanjutnya dievaluasi mutu fisiknya yang meliputi
uji penetapan organoleptis, selanjutnya dilakukan uji kadar air dan kadar abu,
kemudian dilanjutkan dengan uji penerimaan volunter terhadap permen jeli
ekstrak biji pepaya dengan sub variabel bentuk, rasa, warna, aroma, serta
kekenyalan.
Hasil penelitian menunjukkan pada uji organoleptis permen jeli ekstrak
biji pepaya memiliki bentuk beraneka macam, berwarna coklat, beraroma coklat,
dan berasa coklat manis agak asam. Pada hasil uji kadar air dengan dua kali
percobaan diperoleh prosentase rata-rata 9,25%, sehingga dapat diketahui bahwa
hasil tersebut memenuhi persyaratan SNI.3547.2:2008 dengan batas maksimal
20,0%. Pada hasil uji kadar abu dengan dua kali percobaan diperoleh prosentase
rata-rata 0,0498%, sehingga dapat diketahui bahwa hasil tersebut memenuhi
persyaratan SNI.3547.2:2008 dengan batas maksimal 3,0%. Dari rangkuman hasil
penerimaan volunter diperoleh prosentase rata-rata yang didapat yaitu sebesar
94,93%, yang termasuk dalam kriteria “sangat puas”. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, diharapkan supaya dilakukan uji efektifitas untuk mengetahui khasiat
permen jeli ekstrak biji pepaya sebagai anthelmintik, selain itu dilakukan uji
persyaratan mutu yang lain sehingga permen jeli ekstrak biji pepaya tidak hanya
dapat diterima masyarakat namun juga dapat memenuhi standar mutu yang ada.


AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK DAUN COCOR BEBEK
(Kalanchois Folium) TERHADAP MENCIT PUTIH (Mus musculus)

Dwi Rahayu Pratama
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci : Aktivitas Antipiretik, Ekstrak Daun Cocor Bebek, Mencit Putih.
Cocor bebek merupakan salah satu tumbuhan liar dan biasanya digunakan
untuk tanaman hias. Secara empiris daun cocor bebek berfungsi sebagai
antipiretik merebus daun cocor bebek yang segar sebanyak lima lembar, atau
menyeduhnya dengan air panas sebanyak 2 sampai 3 gelas selama 30 menit
sampai tertinggal 1 gelas. Untuk mengetahui seberapa besar khasiatnya dalam
menurunkan demam, dilakukan uji antipiretik pada hewan coba mencit putih.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya khasiat antipiretik daun cocor
bebek pada mencit putih dengan pembanding paracetamol.
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan
menggunakan hewan uji mencit putih jantan galur Balb C sebanyak 21 ekor yang
dipilih secara randominasi. untuk masing-masing perlakuan yang terdiri dari 7
kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit dengan
pengulangan sebanyak 3 kali. Untuk kelompok A adalah kontrol negatif dengan
pemberian larutan aquadestilata, kelompok B adalah kontrol positif dengan
pemberian larutan parasetamol dengan dosis 1,3mg, sedangkan untuk kelompok
C, D, E, F, dan G adalah kelompok sampel ekstrak daun cocor bebek. Data yang
diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan Analisis Varian Satu Arah
(ANAVA) Satu Arah dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) kemudian
dilanjutkan ke uji SNK (Student Newmans Keuls). Penelitian dilakukan di
laboratorium Farmakologi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang pada bulan
Mei sampai Agustus 2011.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Terjadi penurunan suhu
pada mencit yang diberi ekstrak daun cocor bebek dosis 0,13g, 0,156g, 0,182g,
0,208g, dan 0,234g per berat badan mencit.Terjadi penurunan suhu pada mencit
yang di beri obat pembanding paracetamol. Dan terdapat perbedaan secara
bermakna penurunan suhu antara dosis 0,13g, 0,156g, 0,182g, 0,208g, dan 0,234g
menunjukkan efek penurunan suhu terbesar, tetapi masih lebih kecil dibandingkan
parasetamol.
Disarankan penelitian lebih lanjut dengan isolat murni daun cocor bebek
dan dilakukan penelitian tentang senyawa aktif antipiretik yang terkandung dalam
daun cocor bebek yang kemudian diuji efek antipiretiknya.


PENGARUH PERBEDAAN WAKTU DESTILASI UAP TERHADAP
KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DAUN BELUNTAS DAN
AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA Staphylococcus aureus

Nevi Kusvariska
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci : minyak atsiri, beluntas, destilasi uap, antibakteri
Beluntas merupakan tanaman yang umumnya tumbuh di daerah pedesaan
dan dimanfaatkan sebagai tanaman pagar. Namun masyarakat terkadang
menggunakan tanaman ini untuk pengobatan, misalnya penghilang bau badan, bau
mulut dan penurun panas. Beluntas memiliki kandungan kimia alkaloid,
flavonoida, tannin, minyak atsiri, asam khlorogenik, natrium, kalium, aluminium,
kalsium, magnesium, dan fosfor (Setiawan, 1999;23). Berdasarkan penelitian Atik
Ernawati (1992) membuktikan bahwa kadar minyak atsiri daun beluntas 5% v/v
dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan kadar 20% v/v dapat
menghambat pertumbuhan Escherechia coli. Namun belum ada penelitian
mengenai waktu destilasi dan komponen kimia minyak atsiri daun beluntas serta
pengaruhnya terhadap daya antibakteri.
Pengambilan minyak atsiri beluntas ini dilakukan dengan metode destilasi
uap. Waktu yang digunakan untuk destilasi uap divariasi selama 2 jam, 4 jam, 6
jam dan 8 jam. Minyak atsiri yang dihasilkan dari destilasi uap ditentukan
rendemennya, dianalisis komponen kimia menggunakan KG-SM, dan diuji daya
antibakteri. Hal ini bertujuan untuk mengetahui waktu destilasi yang optimal
sebagai antibakteri.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni yang bertempat di
Laboratorium Farmakognosi Putra Indonesia Malang untuk destilasi uap,
Laboratorium Mikrobiologi Putra Indonesia Malang untuk pengujian antibakteri,
dan analisis KG-SM dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Brawijaya
Malang. Sampel beluntas yang digunakan diperoleh dari desa Mentaraman,
Donomulyo, Malang.
Hasil analisis komponen kimia minyak atsiri daun beluntas menggunakan
KG-SM menunjukkan bahwa minyak atsiri tersebut memiliki dua komponen
utama yang dapat diidentifikasi, yaitu valencene dan caryophyllen, baik dalam
bentuk -caryophyllen, a-caryophyllen, isocaryophyllen, -caryophyllen oxide.
Daya antibakteri yang terbesar dengan luas zona bening 23,55 mm2 terdapat pada
waktu destilasi 8 jam, dimana dalam waktu tersebut -caryophyllen memiliki area
terbesar yaitu 67,34%.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa perlu diadakan penelitian
lebih lanjut mengenai isolasi senyawa -caryophyllen pada minyak atsiri daun
beluntas dan dilanjutkan dengan pengujian aktivitas antibakteri yang ditimbulkan
oleh isolat murni -caryophyllen tersebut



KARAKTERISTIK SKIN LOTION DENGAN KITOSAN
DARI KULIT UDANG WINDU (Penaeus monodon)
SEBAGAI BAHAN PELEMBAB KULIT

Pipit Siti Rochmawati
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : karakteristik, kitosan, kulit udang windu, pelembab, skin lotion.
Kitosan merupakan salah satu polimer hidrofilik yang diindikasikan
memiliki kemampuan sebagai pelembab kulit. Kitosan dapat diperoleh dari
berbagai macam bahan alam, salah satunya dari kulit udang. Kulit udang tersedia
dalam jumlah yang melimpah karena sebagian besar dari kulit udang yang ada
merupakan limbah dari pabrik pengolahan udang beku. Fungsi kitosan tersebut
dapat didukung dengan menambahkan kitosan dalam formula skin lotion sebagai
bahan pelembab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
skin lotion yang menggunakan kitosan dari kulit udang windu (Penaeus monodon)
sebagai bahan pelembab.
Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap
dengan dengan satu faktor, yaitu kitosan dengan tiga kali ulangan. Kitosan
diaplikasikan dalam formula skin lotion dengan konsentrasi 0,5%, 3%, dan 6%.
Analisis yang dilakukan meliputi karakteristik kimia fisik (viskositas, pH,
stabilitas dan kelembaban produk) dan karakteristik sensori (kekentalan,
homogenitas, penampakan, kesan lembab dan rasa lengket).
Analisis data yang digunakan yaitu uji analisis ragam untuk karakteristik
kimia fisik dan uji Kruskal Wallis untuk karakteristik sensori skin lotion
menunjukkan bahwa karakteristik skin lotion mempunyai perbedaan. Uji lanjut
Duncan menunjukkan bahwa beberapa parameter karakteristik formula skin lotion
berbeda nyata. Formula skin lotion terbaik ditentukan dengan menggunakan
metode Bayes dan formula terbaik adalah formula skin lotion dengan konsentrasi
kitosan 3%. Formula tersebut memiliki karakteristik kimia fisik yaitu viskositas
sebesar 4700 cP, pH sebesar 5,99, stabilitas sebesar 97,8% dan kelembaban
produk sebesar 88,5%. Sedangkan karakteristik sensori berada pada tingkat agak
suka sampai sangat suka.
Berdasarkan penelitian ini dapat diberikan saran agar dilakukan
pengembangan isolasi kitosan sampai tahap kitosan larut air serta pengujian
terhadap viskositas dan berat molekul kitosan. Selain itu, perlu dilakukan
pengujian kelembaban secara klinis dengan alat scalar moisture checker.


EFEK KEFIR TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS DAN
KADAR MALONDIALDEHIDE HEPAR MENCIT PUTIH (Mus musculus)
JANTAN GALUR Balb C. DENGAN PAPARAN FORMALIN

Ni Made Dwi Aryantini
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : Kefir, Paparan Formalin, Gambaran Histopatologis Hepar, Kadar
Malondialdehide.
Penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan masih banyak
terjadi. Bila jumlah paparannya melebihi ambang batas, maka formalin akan
terakumulasi di dalam tubuh akibat metabolisme yang berjalan lambat, sehingga
menimbulkan stress oksidatif pada jaringan, terutama pada hepar. Kefir berperan
sebagai antioksidan yang mampu melawan stress oksidatif. Maka, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui efek kefir dalam melawan stress oksidatif pada hepar
akibat paparan formalin.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan hewan
uji mencit putih (Mus musculus) jantan galur Balb C. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kefir. Sedangkan variabel terikatnya adalah gambaran
histopatologis dan kadar malondialdehide dari hepar mencit putih.
Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu menguji
mutu kefir melalui penghitungan jumlah bakteri, dilanjutkan dengan pemaparan
formalin sebesar 25 ppm per oral selama satu minggu, kemudian diberikan terapi
kefir dengan dosis 107 CFU/ml per oral selama satu minggu. Tahap berikutnya
ialah pembedahan hewan uji untuk pengambilan hepar. Kemudian dilihat
gambaran histopatologis hepar melalui pewarnaan HE dan diukur kadar
malondialdehidenya dengan metode TBARS.
Hasil penelitian menunjukkan gambaran histopatologis hepar mencit putih
kelompok terapi kefir mengalami perbaikan dan hampir sama dengan gambaran
histologis hepar kontrol (normal). Analisis statistik menggunakan ANAVA
menunjukkan bahwa Ha diterima, dilanjutkan dengan uji Tukey untuk
menentukan kelompok mana yang memberi perbedaan nyata. Terdapat perbedaan
rata- rata jumlah kerusakan sel yang signifikan antara kelompok perlakuan terapi
kefir dengan induksi formalin (p = 0.030, p < 0.05). Selain itu, hasil pengukuran
kadar MDA hepar kelompok terapi kefir menunjukkan adanya penurunan hingga
kurang dari kadar MDA hepar kontrol (normal). Uji Tukey memperlihatkan
adanya perbedaan kadar MDA yang signifikan antara kelompok perlakuan terapi
kefir dengan induksi formalin (p = 0.023, p < 0.05).
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kefir dapat berperan
sebagai agen terapi pada hepar yang terpapar formalin. Diperlukan penelitian
lebih lanjut yang dapat memperkuat hasil penelitian ini seperti pengukuran kadar
antioksidan endogen, baik Superoksid Dismutase (SOD) maupun Gluthation
Peroksidase (GSH.Px) dari hasil terapi kefir terhadap hepar yang dipapar
formalin.


PENGARUH PERBEDAAN PELARUT n-HEKSAN
DAN ETANOL 96% TERHADAP JUMLAH RENDEMEN
DAN KUALITAS MINYAK DARI BIJI PEPAYA

Defrina Julianti
Akademi Farmasi Putra Indonesia
ABSTRAK
Kata kunci : Biji Pepaya; rendemen; kualitas; pelarut.
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal
dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Kandungan minyak dalam biji pepaya cukup banyak
yaitu sekitar 9,5% dari berat biji. Minyak biji pepaya dalam aplikasinya dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun mandi untuk menghaluskan dan melembabkan kulit,
bahan baku pembuatan lipstik, sebagai fiksatif dalam pembuatan kosmetik dari bahan herbal,
campuran suspensi untuk obat pembasmi cacing kremi, dan sebagai shampo herbal
karena minyak biji pepaya mengandung glucoside cacirindan karpain yang dapat bermanfaat
untuk menghitamkan rambut. (Murni, 2008). Minyak biji pepaya ini dapat di ambil dengan
cara ekstraksi pelarut. Pelarut yang digunakan sangat berpengaruh terhadap hasil yang
didapatkan. Pelarut yang baik harus dapat melarutkan komponen dari minyak, memiliki titik
didih yang lebiih rendah daripada titik didih minyak, dan tidak berbahaya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan pelarut n-heksan
dan etanol 96% terhadap hasil rendemen dan kualitas minyak dari biji pepaya. Ekstraksi
merupakan metode untuk memisahkan suatu komponen dari campuran dengan menggunakan
pelarut. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan alat soxhlet selama ± 5 jam dengan
perbandingan bahan dengan pelarut yaitu 10g serbuk biji pepaya : 350 ml pelarut. Setelah
proses ekstraksi dilakukan dilanjutkan dengan proses evaporasi untuk memisahkan pelarut
dengan minyak. Hasil ekstrak kemudian dilakukan perhitungan rendemen dan pengujian
kualitas minyak dari biji pepaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas minyak biji pepaya jenis Carica papaya
L yang diperoleh dari perbedaan pelarut n-heksan dan etanol 96% saat ekstraksi terdapat
perbedaan, baik terhadap jumlah rendemen dan kualitas dari minyak tersebut. Hasil rendemen
yang didapat saat diekstraksi dengan etanol 96% didapat 7,33% (11 ml dari 150 g biji
pepaya) dan saat diekstraksi dengan n-heksan didapat 9,83% v/b (14,75 ml dari 150 g biji
pepaya). Sedangkan untuk kualitas yang dilakukan pengujian berdasarkan bilangan asam,
bilangan penyabunan, bilangan peroksida, indeks bias dan berat jenis hasil yang didapat saat
ekstraksi dengan etanol 96% berturut-turut 17,0685, 159,5716, 4,731, 1,4505, 0,9012 dan
untuk hasil yang diekstraksi dengan n-heksan berturut-turut didapatkan hasil 17,7972,
162,0924, 5,8883, 1,4685, 0,9114. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat disimpulkan
bahwa kualitas minyak biji pepaya jenis Carica papaya L yang diperoleh dari perbedaan
pelarut n-heksan dan etanol 96% saat ekstraksi terdapat perbedaan, baik terhadap jumlah
rendemen dan kualitas dari minyak tersebut. Jumlah rendemen minyak biji pepaya yang
diperoleh saat proses ekstraksi minyak secara kuantitatif lebih banyak menggunakan nheksan
sebagai pelarut karena rendemen yang diperoleh lebih banyak. Namun jika ditinjau
dari selektivitas proses ekstraksi minyak secara kualitatif lebih bagus menggunakan etanol
96% dan dapat diperoleh minyak yang lebih murni daripada dengan pelarut n-heksan.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan
perlu dilakukan optimasi untuk menghasilkan minyak biji pepaya dengan kualitas dan
rendemen yang lebih baik lagi.


UJI MUTU FISIK DAN UJI PENERIMAAN VOLUNTER
SEDIAAN SHAMPO EKSTRAK BUAH NANAS (ANANAS COMOSUS)
SEBAGAI ANTIKETOMBE

Baiq Suji Lidya Tri Wardani
Akademi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci: mutu fisik shampo, pembuatan shampo ekstrak nanas, penerimaan
volunter shampo
Ananas comosus ( nanas ) adalah tanaman obat tradisional yang mempunyai
efek antiinflamasi, antioksidan, skin debridement. Nanas dipercaya oleh masyarakat
dapat membersihkan jaringan kulit kepala yang mati.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak buah nanas (Ananas
comosus) dapat membersihkan jaringan kulit yang mati (skin debridement).
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental yang didalamnya
terdiri atas Uji Mutu Fisik dan Uji Penerimaan Volunter. Membuat sediaan shampo
dengan bahan dasar shampo ditambahkan ekstrak nanas sebagai zat aktif. Uji Mutu
Fisik terdiri atas pengujian organoleptik dilakukan secara visual. pH shampo diamati
menggunakan pHmeter dengan persyaratan berkisar antara pH 5,0 – 9,0 dan
kekentalan sampo diamati menggunakan viskosimeter Brookfield dengan persyaratan
4.000 – 15.000 cps. Uji Penerimaan Volunter terdiri atas uji sampel 20 orang berumur
17 tahun hingga 25 tahun dengan penggunaan shampo dilakukan selama 3 hari.
Hasil dalam penelitian yaitu shampo yang sesuai dengan persyaratan shampo
berdasarkan Badan Standarisasi Nasional. Uji Mutu Fisik dengan
Nilai pH 5,70, viskositas didapatkan hasil 15.000cps dan Uji Penerimaan Volunter
dengan daya terima shampo pada masyarakat dinilai dapat diterima dengan hasil
persentase sebesar 61,72%. Mutu fisik dari shampo secara keseluruhan memenuhi
dalam syarat Standarisasi Nasional shampo dan penerimaan shampo ini pada volunter
didapatkan hasil yang cukup baik


STUDI KOMPARASI PATI KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium L. Schott)
ALAMI DAN TERMODIFIKASI TERHADAP MUTU FISIK TABLET
PARASETAMOL

Sang Ayu Kompiang Artiningsih
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : Pati kimpul alami, Pati kimpul termodifikasi, Mutu Fisik tablet.
Kimpul merupakan tanaman dari famili araceae yang berbentuk seperti
botol, daging umbi berwarna putih dan licin. Di Kabupaten Bangli tanaman ini
banyak tumbuh subur, tetapi masyarakat menggunakannya sebagai pakan ternak
dan terkadang dikonsumsi sebagai makanan ringan. Padahal umbi ini mempunyai
kandungan pati yang cukup tinggi yaitu 85,68%. Dalam industri farmasi, pasta
pati sebagai bahan pengikat sangat umum digunakan baik yang dibuat dari pati
alami atau termodifikasi. Pati alami adalah pati asli yang belum mengalami
perlakuan apapun, pada dasarnya memiliki keterbatasan pada sifat-sifat fisik. Pati
termodifikasi adalah pati yang diberi perlakuan tertentu, bertujuan untuk
menghasilkan sifat-sifat fisik yang lebih baik.
Tujuan dari penelitian ini untuk membandingkan mutu fisik tablet
parasetamol yang menggunakan pati kimpul alami dan modifikasi sebagai bahan
pengikat pada tablet. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan 3
tahap yaitu tahap pertama merancang formula dan determinasi tanaman, tahap ke
dua isolasi pati dari umbi kimpul, kemudian pati dimodifikasi dengan metode
hidrolisis asam selanjutnya pati modifikasi dan alami dibuat tablet parasetamol
dengan konsentrasi 10%. Pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah
kemudian tablet diuji mutu fisiknya meliputi (1) uji keseragaman bobot, (2)
kekerasan,(3) kerapuhan, dan(4) waktu hancur.
Analisis statistik dengan menggunakan uji t melalui program SPSS untuk
mengetahui perbedaan dari uji mutu fisik tablet alami dan modifikasi. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa t hitung dari uji keseragaman bobot, kekerasan dan
kerapuhan tablet lebih kecil dari t tabel, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan secara bermakna antara mutu fisik tablet pengikat pati kimpul alami
dan termodifikasi. Sementara, pada uji waktu hancur terdapat perbedaan
bermakna antara tablet dengan pengikat pati alami dan pati termodifikasi dengan
nilai t hitung = 11,023 lebih besar dari nilai t tabel = 2,776.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
antara keseragaman bobot, kekerasan, dan kerapuhan tablet parasetamol, hanya
waktu hancur tablet yang berbeda dari penggunaan pengikat pati kimpul alami
dan termodifikasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai uji dissolusi tablet dengan pengikat pati kimpul alami dan
termodifikasi, penggunaan pati kimpul alami dan modifikasi sebagai bahan
penghancur pada tablet serta dilakukan modifikasi pati dengan metode lain seperti
metode enzimatais,ikatan silang dan pragelatinasi.


PEMILIHAN DOSIS KEFIR YANG MEMBERIKAN PENGARUH
MAKSIMAL DALAM PERBAIKAN GAMBARAN HISTOLOGIS USUS
HALUS MENCIT PUTIH (Mus Musculus) JANTAN GALUR BALB. C
YANG TERPAPAR FORMALIN

Marta Chrisnawati
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci : Dosis Kefir, Paparan Formalin, Gambaran Histologis Usus Halus,
Mus musculus galur balb c
Umumnya formalin digunakan sebagai bahan pengawet spesimen hayati
(mayat), tetapi akhir-akhir ini sering disalahgunakan sebagai pengawet makanan.
Penyalahgunaan ini tentunya membahayakan bagi tubuh terutama organ usus
halus sebagai tempat penyerapan sari-sari makanan. Bila formalin terakumulasi
dalam usus halus hingga paparannya melebihi ambang batas, maka memicu
terjadinya peningkatan radikal bebas dalam tubuh yang dapat merusak sel-sel
hingga berakibat pada kematian sel usus halus.
Paparan formalin dapat diperbaiki dengan adanya minuman probiotik.
Kefir salah satu minuman probiotik yang kaya akan bakteri asam laktat dan
khamir non pathogen yang mampu melawan efek negatif dari adanya radikal
bebas dalam usus halus serta antioksidan seperti vitamin A, C, dan E. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh kefir dalam
menangkal radikal bebas dari formalin.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan
hewan uji yang dibagi dalam kelompok kontrol dan tiga kelompok variasi dosis.
Tahap pelaksanaan penelitian dengan terlebih dahulu menguji jumlah bakteri
dalam kefir. Kemudian, pemberian formalin sebesar 25 ppm dan dilanjutkan
dengan terapi kefir variasi dosis pada masing-masing kelompok perlakuan. Tahap
berikutnya yaitu pembedahan hewan uji untuk diambil organ usus halus dan
dilihat kerusakan sel melalui gambaran histologis dengan metode pewarnaan
Hematocylen-Eosin (HE).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang mendapat terapi
kefir dengan variasi dosis memberikan perbaikan gambaran histologis usus halus
yang hampir sama dengan usus halus mencit putih normal. Analisis statistik
menggunakan ANAVA menunjukkan terdapat perbedaan gambaran histologis
antar kelompok perlakuan. Uji selanjutnya dengan uji Tukey untuk menentukan
kelompok mana yang memiliki perbedaan nyata. Hasil pengujian menunjukkan
terdapat perbedaan kerusakan sel usus halus yang nyata antara kelompok kontrol
dengan formalin dengan nilai pemaknaan (p = 0.00 < 0.05), antara kelompok
kontrol dengan kefir 106 CFU/ml dengan nilai pemaknaan (p = 0.004 < 0.05),
antara kelompok kontrol dengan kefir 107 CFU/ml dengan nilai pemaknaan (p =
0.17 < 0.05), serta kelompok formalin dengan kefir 108 CFU/ml dengan nilai
pemaknaan (p = 0.19 < 0.05).


STABILITAS FISIK SEDIAAN KRIM PAPAIN DENGAN VANISHING
CREAM DAN COLD CREAM

Yudit Muyun Delita
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci: stabilitas fisik, papain, vanishing cream, cold cream.
Getah (lateks) buah pepaya muda mempunyai kandungan papain yang
berkhasiat sebagai obat eksim, karena dapat melepas sel-sel kulit mati. Papain
yang terkandung dalam getah buah pepaya diperoleh dengan cara maserasi,
kemudian dikeringkan, dihancurkan dan diayak. Untuk meningkatkan
efektivitas penggunaan papain sebagai pengobatan maka dibuat formulasi
sediaan krim. Krim merupakan sediaan setengah padat baik bertipe air dalam
minyak atau minyak dalam air dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Mutu
fisik sediaan krim dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan, cara
pembuatan dan suhu penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan mutu fisik sediaan krim papain dari vanishing cream dan cold
cream.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang pada bulan April – Juni 2011. Pengujian sediaan krim
meliputi, uji organoleptis, uji viskositas, uji pH, uji homogenitas, uji tipe
emulsi, uji cycling dan uji sentrifugasi. Tahap akhir menganalisa data hasil
penelitian. Formula yang digunakan dalam penelitian ini yaitu satu dengan
menggunakan cold cream dan yang lain menggunakan vanishing cream, krim
dibuat dengan metode pelelehan. Data viskositas hasil penelitian kemudian
dianalisis menggunakan statistik uji t (SPSS).
Hasil penelitian pada vanishing cream menunjukkan, organoleptis
sediaan yaitu bentuk kental padat, warna kuning muda dan berbau parafin.
Viskositas sebesar 416,66 dan pH sebesar 5,85. Homogenitas menunjukkan
tidak terdapat partikel-partikel kasar pada krim, dan uji tipe emulsi
menunjukkan krim merupakan tipe emulsi M/A karena dapat diencerkan
dengan air dan penyebaran sampel tidak menimbulkan noda transparan pada
kertas saring. Cycling test menunjukkan emulsi tidak mengalami creaming
dan breaking hingga siklus ke 6 dan pada uji sentrifugasi, krim mengalami
creaming dan breaking pada jam ke 5. Hasil penelitian pada cold cream
menunjukkan, organoleptis yakni bentuk kental, warna putih dan bau mawar.
Viskositas sebesar 291,66 dan pH sebesar 6,38. Homogenitas menunjukkan
tidak terdapat partikel-partikel kasar pada krim, dan uji tipe emulsi
menunjukkan krim merupakan tipe emulsi A/M karena tidak dapat diencerkan
dengan air dan penyebaran sampel menimbulkan noda transparan pada kertas
saring. Cycling test menunjukkan emulsi mengalami creaming pada siklus ke
6 dan pada uji sentrifugasi, krim mengalami creaming dan breaking pada jam
ke 5.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu, sediaan vanishing cream dan cold
cream belum memiliki mutu fisik yang baik karena sediaan-sediaan tersebut
mengalami creaming dan breaking pada uji sentrifugasi, mengalami perubahan
pH dan mengalami creaming pada cycling test (cold cream). Walaupun begitu
sediaan-sediaan tersebut sudah memiliki mutu fisik yang baik dalam hal
organoleptis, homogenitas, cycling test (vanishing cream) dan tidak
mengalami inversi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk melakukan
pembuatan formulasi yang lebih baik agar sediaan tidak mengalami creaming,
breaking dan perubahan pH, serta memenuhi mutu fisik yang baik pada setiap
parameter uji lainnya


UJI AKTIVITAS ANTIDIARE SEDIAAN SIRUP DAUN SALAM
(SYZYGIUM POLYANTHUM [WIGHT.]WALP.)
PADA MENCIT (Mus musculus)

Rindawati
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci: Sirup daun salam, Antidiare, Mencit
Daun salam merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki banyak
khasiat dalam mengobati berbagai penyakit, salah satunya sebagai obat diare.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Masruhen dan Sundari
tahun 2009 yang mengatakan infus daun salam dosis 25% mempunyai aktivitas
antidiare yang setara dengan Loperamid HCl. Tetapi dalam penelitian ini dosis
yang digunakan adalah ekstrak daun salam dosis 20% yang dibuat dalam sediaan
sirup. Alasan peneliti menggunakan dosis 20% karena dianggap dosis tersebut
memiliki aktivitas antidiare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
antidiare sirup daun salam dengan pengamatan frekuensi feses dan konsistensi
feses.
Daun salam diperoleh dari Lembaga Ilmu Pengtahuan Indonesia UPT
Balai Konversi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi Pasuruan. Hewan uji dibagi 3
kelompok terdiri dari kelompok negatif, kontrol positif, dan sediaan sirup daun
salam secara oral dan masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit. Waktu
pengamatan dilakukan setiap 1 jam selama 4 jam, evaluasi hasil dilakukan dengan
menghitung jumlah feses serta konsistensi feses diare pada mencit.
Analisis hasil penlitian yang digunakan adalah uji Analisis Varian
Rangking Dua Arah Friedman tersebut dengan Program SPSS Statistics versi
17. Hasil analisis penelitian diperoleh data bahwa sirup daun salam memiliki
aktivitas antidiare terhadap mencit jantan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sediaan sirup daun
salam mempunyai aktivitas antidiare dengan dosis ekstrak daun salam dosis 20%.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk melakukan uji mutu fisik sediaan
sirup daun salam serta pengujian untuk masing-masing bahan tambahan yang
terkandung dalam sediaan sirup daun salam.


GAMBARAN POLA HIDUP DAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS KEDUNG
KANDANG MALANG

Richa Ilyasha Putri
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : gambaran pola hidup, kepatuhan minum obat pada penderita
diabetes mellitus
Banyak orang masih menganggap bahwa penyakit diabetes mellitus
merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan.
Diabetes tidak memandang usia maupun jenis kelamin sehingga dapat menyerang
siapa saja. Banyak penderita diabetes yang tidak dapat mengontrol kadar gula
darahnya walaupun sudah menjalankan pengobatan secara rutin. Hal tersebut
dikarenakan pola hidup yang sibuk dengan pekerjaan mulai pagi hingga malam
hari membuat pola makan dan olahraga tidak teratur. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui ketepatan pola hidup dan kepatuhan minum obat pada
penderita diabetes mellitus di Puskesmas Kedung Kandang Malang.
Diabetes mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit dimana kadar
gula dalam darah meningkat lebih dari normal. Diabetes tidak dapat disembuhkan
tetapi hanya bisa dikontrol agar dapat mempertahankan kualitas hidup dengan
cara mengatur pola makan, aktifitas fisik atau olahraga teratur dan kepatuhan
minum obat diabet.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kedung Kandang Malang pada
bulan April 2010. Metode yang digunakan adalah metode kuesioner. Adapun
populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus yang
berkunjung di Puskesmas Kedung Kandang Malang selama bulan April 2010.
Adapun penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, tahap persiapan dimulai
dengan menentukan lokasi penelitian, waktu penelitian dan menyusun kuesioner.
Kedua, tahap pelaksanaan adalah menyebarkan kuesionet kepada responden dan
mengumpulkan data. Ketiga, tahap akhir yaitu menganalisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran pola hidup dan kepatuhan
minum obat pada penderita diabetes mellitus di Puskesmas Kedung Kandang
Malang mempunyai nilai 76.51%. Dengan demikian, dapat dikategorikan tepat.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada instansi puskesmas dapat
memberikan penyuluhan kepada penderita diabetes dan keluarga penderita
mengenai pola hidup yang baik mulai dari pengaturan makan dan minum, aktifitas
fisik atau olahraga dan kepatuhan minum obat. Disamping itu, penderita diabetes
juga dapat menjaga agar gula darah tetap normal dengan mengatur pola hidup dan
patuh minum obat sesuai dengan anjuran dokter.


PENYARIAN MINYAK SERAI (OLEUM CITRATUS (DC) STAPF)
DENGAN MENGGUNAKAN METODE DESTILASI DAN UJI
VOLUNTEER UNTUK PERANAN ANALGESIKNYA



Badrus Sulhan
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
 Kata kunci : serai, Destilasi, Uji volunteer
Serai merupakan suatu tanaman yang dapat digunakan sebagai
pengobatan. Tanaman serai juga terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat
luas karena tanaman serai ini sangat mudah didapatkan dan harganya relatif
murah.
Serai memiliki kandungan minyak atsiri dengan komponen citronellal,
citral, geraniol, methylheptenone, eugenol-methyleter, dipenten, eugenol, kadinen,
kadinol dan limonen yang berkhasiat sebagai analgesik.
Penelitian ini betujuan untuk penyarian minyak serai mengunakan metode
destilasi uap dan uji volunteer sebagai peranan analgesiknya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa destilasi uap dapat digunakan untuk
penyarian minyak atsiri dari serai dengan mutu warna kuning, berat jenis 0,874,
dan indeks bias 1,458, yang mana berat jenis dan indeks bias pada mutu minyak
ini tidak sesuai dengan standr SNI dan pada uji volunteer tanggapan dari para
responden bahwa minyak serai dapat menghilangkan rasa nyeri dengan baik yaitu
70 %.


MUTU FISIK SEDIAAN GEL PEMBERSIH TANGAN BERBAHAN
AKTIF EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibisci sabdariffae Flos)
DENGAN KADAR 0,20 g/ml

Andi Windari
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci : mutu fisik, gel pembersih tangan, ekstrak kelopak bunga rosela.
Tanaman rosela merupakan salah satu tanaman obat yang populer
belakangan ini. Kelopak bunga rosela yang berwarna merah membuat orang
tertarik. Senyawa kimia dalam kelopak bunga rosela ini khususnya flavonoid
memiliki manfaat salah satunya sebagai antiseptik.
Zat aktif dalam kelopak bunga rosela diekstraksi dengan cara maserasi
dengan etanol 70% selama tujuh hari. Kemudian ekstrak tersebut dipisahkan
antara filtrat dan residu. Filtrat dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak kental.
Ekstrak kental yang diperoleh ditambahkan dalam formula sediaan gel pembersih
tangan sebagai bahan aktif. Gel adalah sediaan semipadat yang mudah dioleskan
terdiri dari bahan makromolekuler yang tersuspensi dalam cairan yang bercorak
transparan atau transluen hingga buram opak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu fisik sediaan gel
pembersih tangan berbahan aktif ekstrak kelopak bunga rosela dengan kadar
0,20g/ml. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang pada bulan April – Juli 2011. Pelaksanaan penelitian
meliputi tiga tahap. Tahap persiapan meliputi penentuan formula, pemilihan
metode pembuatan gel pembersih tangan, persiapan bahan dan instrumen, serta
penyusunan prosedur kerja. Tahap pelaksanaan meliputi pemilihan kelopak bunga
rosela yang akan diekstraksi, pembuatan serbuk kelopak bunga rosela, pembuatan
ekstrak kelopak bunga rosela dengan metode maserasi, pembuatan sediaan gel
pembersih tangan sesuai dengan prosedur, pengujian sediaan yang meliputi uji
organoleptis (bentuk, warna dan bau), homogenitas, viskositas,pH dan volunter,
dilanjutkan dengan pengamatan dan pengumpulan data. Tahap akhir meliputi
analisis data penelitian untuk mengetahui mutu fisik sediaan gel pembersih tangan
ekstrak kelopak bunga rosela.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sediaan gel pembersih tangan
berbahan aktif ekstrak kelopak bunga rosela berbentuk kental, berwarna merah
keunguan, berbau harum, homogen, viskositasnya 59,8 Poise, pH-nya 5,358 dan
pada uji volunter didapat bahwa warna disukai, aroma sangat disukai, gel kental,
lengket waktu digunakan dan meninggalkan rasa lembab setelah digunakan.
Sediaan gel pembersih tangan tersebut belum memenuhi syarat mutu fisik yang
baik. Hal ini ditinjau dari viskositasnya melebihi viskositas gel standart dan belum
bisa diterima masyarakat karena kelengketan dan kelembabannya.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai formula gel pembersih tangan yang memenuhi syarat mutu
dan disukai oleh mayarakat.



PENGARUH LAMA FERMENTASI
TERHADAP MUTU FISIK SEDIAAN NATA DE PINA



Aprillia Ramadhani
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Sebagai tanaman komoditi, buah nanas telah banyak diolah menjadi
berbagai macam produk seperti sirup, selai, keripik maupun dikonsumsi langsung.
Berbagai jenis pengolahan tersebut akan menghasilkan limbah kulit nenas dalam
jumlah yang besar sehingga berdampak pada keseimbangan lingkungan. Oleh
karena itu, dibutuhkan penanganan limbah kulit nanas tersebut. Salah satu cara
penanggulangannya adalah mengolahnya menjadi produk fermentasi diantaranya
nata. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses fermentasi antara lain substrat
dari nanas, pH, starter, suhu, nutrisi dan lama fermentasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi 3 hari, 6 hari, 9 hari, 12 hari, 15 hari,
18 hari dan 21 hari terhadap mutu fisik (kadar serat, berat, tebal, rasa, bau, warna
dan tekstur) nata de pina. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi tentang lama fermentasi yang baik dalam pembuatan nata de pina
sehubungan dengan mutu fisiknya.
Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis nata de pina dengan variasi
lama fermentasi, didapatkan nata de pina berwarna putih cenderung transparan,
tidak berbau, rasa hambar dengan tekstur yang kenyal. Pada hari ke-21 didapatkan
berat maksimal yaitu 94,0768 gram dan tebal maksimal 3,67 cm. Pada lama
fermentasi ke-15, diperoleh kadar serat tertinggi yaitu 9,987 %.
Lama fermentasi berpengaruh signifikan terhadap mutu fisik sediaan nata
de pina dilihat dari tebal, berat dan kadar serat nata. Namun lama fermentasi tidak
mempengaruhi organoleptik dari sediaan nata de pina. Hasil uji organoleptik
volunter menunjukkan bahwa volunter menyukai warna nata yang putih
cenderung transparan, tidak berbau dan bertekstur kenyal. Namun tidak menyukai
rasa nata yang hambar.
Kata kunci : nata de pina, lama fermentasi, mutu fisik


PENGARUH EKSTRAK ETANOL 70% HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.)
TERHADAP EFEK SEDASI PADA MENCIT BALB/C

Ni Nyoman Diah
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : Efek Sedasi. Ekstrak Etanol 70% Herba Seledri (Apium graveolens L.). Pada
Mencit Putih.
Seledri merupakan salah satu obat tradisional dengan kandungan senyawa
phtalid. Kandungan ekstrak seledri tersebut membantu memperlancar seluruh
metanolisme di dalam tubuh sehingga menimbulka efek sedasi atau penenang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol seledri terhadap
efek sedasi pada mencit Balb/C.
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan
menggunakan animal model, hewan uji yang digunakan adalah mencit putih sebanyak
15 ekor yang dipilih secara randominasi. untuk masing-masing perlakuan yang terdiri
dari 5 kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit dengan
pengulangan sebanyak 3 kali. Untuk kelompok A adalah kontrol negatif dengan
pemberian larutan aquades, kelompok B adalah kontrol positif dengan pemberian
diazepam, sedangkan untuk kelompok C, D dan E adalah kelompok sampel dengan
pemberian ekstrak seledri.
Lokasi penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi Akademi Farmasi
“Putra Indonesia” Malang pada bulan Mei sampai Juli 2011. Rancangan penelitian ini
yaitu pembuatan ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) dengan dosis 3g, 6g, dan 12g,
kemudian pengujian terhadap mencit Balb/c.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat khasiat sedatif pada mencit putih
yang diberi variasi dosis. Dari ekstrak Seledri (Apium graveolens L.) pada dosis 3g,
6g, dan 12g, dosis tertinggi 12g mempunyai efek sedatif yang mendekati diazepam.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar dapat dilakukan
pengujian mengenai senyawa yang terdapat dalam tanaman seledri yang berkhasiat
sebagai zat pencetus efek sedasi serta pengujian secara klinis.


UJI MUTU FISIK DAN UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN LOTION
ANTINYAMUK MINYAK AKAR WANGI (Vetiveria Zizaniodes)

Henny Indah Wulandari
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : Mutu fisik, Efektivitas, Sediaan Lotion Antinyamuk, Minyak Akar wangi
(Vetiveria Zizanioides).
Akar wangi adalah salah satu tanaman yang termasuk kelompok tanaman obat.
Tanaman ini dapat digunakan untuk menghalau serangga yang dapat menyebabkan
penyakit salah satunya nyamuk. Bagian dari tanaman Akar wangi yang digunakan
sebagai obat antinyamuk adalah akarnya, karena didalamnya mengandung senyawa
minyak atsiri vetiverin, vetiveron,veton, dan vetivazulen dengan karakteristik bau
menyengat sehingga dapat menghalau nyamuk. Sehubungan dengan hal tersebut
adanya kandungan dari Akar wangi maka,peneliti mencoba memanfaatkan minyak akar
wangi dibuat dalam sedian lotion antinyamuk alami.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas minyak akar wangi dalam
bentuk sedian lotion, dengan 3 dosis orientasi 7,5%, 15%, dan 22,5%, percobaan ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan, dengan
menggunakan kontrol sediaan tanpa minyak dan kontrol positive dengan autan.
Penelitian dilakukan di kampus Akademi Putra Indonesia Malang selama 1 bulan
yaitu bulan Mei 2011. Penelitiaan ini adalah penelitian eksperimental. ANAVA yang
dilanjutkan dengan uji SNK yang digunakan untuk analisis hasil penelitian menunjukkan
adanya pengaruh efektivitas sediaan lotion antinyamuk minyak Akar wangi (Vetiveria
Zizanioides L) terhadap nyamuk culex fatiqans.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa
terdapat perbedaan efektivitas yang tidak nyata antara formula 2 dan formula 3 dengan
kontrol (+). Perbedaan efektivitas yang nyata ditunjukkan oleh formula 1 dengan
formula 3, formula 1 dengan formula 2, kontrol (-) dengan formula 1, kontrol (-) dengan
formula 2, kontrol (-) dan formula 3, kontrol (-) dengan kontrol (+), formula 1 dengan
kontrol (+), formula 1 dengan kontrol (+), jadi dari sediaan lotion minyak Akar wangi
dengan persentase 7,5%, 15%, dan 22,5% mempunyai efektivitas untuk mengahalau
gigitan nyamuk, dan pada prosentase 22,5% minyak Akar wangi mempunyai efektivitas
setara dengan autan.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
dengan menggunakan jenis nyamuk yang mengakibatkan penyakit, seperti demam
berdarah (DBD) atau malaria. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan
minyak atsiri yang didestilasi secara langsung.


GAMBARAN KOMBINASI DAN INTERAKSI OBAT ISDN
DI UNIT PELAYANAN FARMASI INSTALASI RAWAT JALAN 2
RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Alin Diliyanti
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci: Gambaran, kombinasi obat, obat ISDN.
Penyakit iskemik jantung merupakan penyebab kasus global pada tahun
2001, 80% diantaranya terjadi di negara berkembang (Xavier, Denis dan Prem
Pais dan P J Deveraux dan Changchun Xie, et al., 2008: 2). Penyakit iskemik
jantung memiliki empat sindrom yang saling terkait antar kecepatan onset serta
intensitasnya yaitu infark miokardium, angina pektoris, penyakit jantung iskemik
kronik dan kematian jantung mendadak. Serangan angina pektoris merupakan
gejala utama penyakit iskemik jantung. Terapi yang diberikan untuk mengatasi
gejala utama penyakit iskemik jantung adalah isosorbid dinitrat (ISDN).
Kompleksitas penyakit iskemik jantung seringkali disertai kompleksitas terapi
yang diberikan kepada pasien. Peresepan ISDN kemungkinan besar
dikombinasikan dengan obat lain. Banyaknya kombinasi dalam suatu pengobatan
pasien akan semakin meningkatkan kejadian interaksi. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran kombinasi dan interaksi obat ISDN di Unit Pelayanan
Farmasi Instalasi Rawat Jalan 2 Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.
Penelitian ini bersifat analisis deskriptif dengan metode pengambilan
sampel retrospektif menggunakan resep yang mengandung obat ISDN di Unit
Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Jalan 2 Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar
Malang yang masuk pada bulan Januari-Mei 2011. Data dikumpulkan dengan
memasukkan nama obat, jumlah, dosis dan aturan pakai yang terdapat pada resep
ke dalam lembar data, lalu dilakukan identifikasi data dan rekapitulasi data. Data
dianalisis secara deskriptif dengan menghitung persentase jumlah kombinasi, jenis
kombinasi, interaksi obat dan jenis interaksi obat.
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah kombinasi obat pada resep yang
mengandung obat ISDN terbesar sebanyak tiga hingga empat kombinasi.
Kombinasi golongan obat yang paling banyak ditemukan yaitu kombinasi antara
ISDN dan golongan ACE inhibitor (17,28%), golongan diuretik (15,30%) dan
platelet inhibitor (14,73%). Kombinasi golongan obat yang berinteraksi terbesar
dengan obat ISDN yaitu ACE inhibitor (41,50%), diuretik (36,73%) dan β-
Blocker (10,88%). Interaksi tersebut seluruhnya termasuk kedalam jenis interaksi
meningkatkan efek ISDN (31,14%). Interaksi yang potensial terjadi pada resep
ISDN yaitu sebesar 73,94%. Dalam tiap lembar resep yang berpotensi, jumlah
interaksi yang banyak muncul adalah satu interaksi (51,68%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah kombinasi
obat pada resep yang mengandung ISDN terbesar adalah kombinasi tiga hingga
empat kombinasi obat. Golongan obat yang banyak dikombinasikan yaitu
golongan ACE inhibitor, diuretik dan platelet inhibitor. Diantara kombinasi ini
ada yang berpotensi menimbulkan interaksi obat. Umumnya (51,14 %) terjadi satu
interaksi di setiap resep. Interaksi yang potensial terjadi sebagian besar berakibat
meningkatkan efek obat ISDN.


PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL
DAUN SALAM (Syzygium Polyanthum [Wight.] Walp. )
TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH
PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG MENDERITA
DIABETES MELLITUS


Ghendies Astria Wilim Handriyani
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : daun salam, kadar kolesterol dan tikus diabetes mellitus.
Daun salam merupakan salah satu bagian dari tanaman salam, daun salam
memiliki banyak khasiat salah satunya yaitu sebagai obat diabetes mellitus dan
hiperkolesterol , khasiat daun salam hanya sebatas pembuktian secara empiris.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ilmiah yang bertujuan untuk
membuktikan khasiat daun salam dalam pengobatan hiperkolesterol pada
penderita diabetes mellitus.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental, yaitu dengan
menggunakan hewan uji. Objek dari penelitian ini yaitu hewan uji yang
menggunakan tikus putih jantan galur wistar. Sampel dari penelitian ini yaitu
ekstrak etanol daun salam, dalam beberapa dosis yang telah dikonversikan dari
manusia ke tikus yaitu dosis 0,025g, dosis 0,0208g dan dosis 0,0947g. Daun
salam diekstrak dengan mengunakan maserasi, metode ini digunakan, karena zat
aktif larut dalam etanol 70%.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi
Putra Indonesia Malang, dan dilakukan pada bulan april sampai dengan juli 2011.
Rancangan dari penelitian ini yaitu meningkatkan kadar glukosa darah tikus putih
jantan dengan induksi streptozotosin dan akan diberi perlakuan dengan ekstrak
etanol daun salam. Sebelum memeberikan perlakuan diabetes mellitus ,tikus
dikelompokkan terlebih dahulu secara random, menjadi enam kelompok setiap
kelompok terdiri dari tiga tikus. Setelah diberi perlakuan, kemudian dilakukan
pengumpulan data yang akan dilanjutkan dengan menganalisa data menggunakan
program analisa komputerasi yaitu SPSS for windows. Ver. 14 dengan analisa
anava. Dari hasil analisa anava didapat korelasi antara peningkatan kadar glukosa
yang diikuti oleh peningkatan kadar kolesterol.
Hasil penelitian yang telah dianalisa, ekstrak daun salam memiliki
pengaruh terhadap kadar kolesterol darah tikus putih jantan , hal ini dikarenakan
ekstrak daun salam mengandung senyawa aktif yaitu flavonoid, fungsi dari
senyawa ini adalah sebagai penuruan kadar kolesterol darah, tetapi perlu adanya
penelitian lanjutan terhadap tanaman ekstrak daun salam, agar hasil dari penelitian
ini bisa bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan dunia kesehatan untuk digunakan
sebagai obat penyakit diabetes mellitus yang kadar kolesterol darahnya tinggi.


PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM
(Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) TERHADAP KADAR ASAM URAT
PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG MENDERITA DIABETES
MELLITUS

Dewi Sri Utami
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : Ekstrak etanol Daun salam, kadar Asam urat dan Tikus diabetes mellitus.
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa yang
tinggi dalam tubuh. Peningkatan kadar glukosa tersebut berakibat pada terjadinya
metabolisme lemak yang menghasilkan senyawa keton, sehingga kadar asam urat dapat
ikut meningkat. Secara empiris, penggunaan daun salam dapat menurunkan kadar glukosa
yang berakibat pula pada penurunan kadar asam urat. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun salam terhadap kadar asam
urat pada tikus yang menderita diabetess mellitus.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental, dengan menggunakan hewan
uji tikus putih jantan galur wistar. Sampel dari penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun
salam, dengan variasi dosis tikus 0,025 g, dosis 0,0208 g dan dosis 0,0964 g. Daun
salam diekstraksi dengan metode maserasi, karena zat aktif larut dalam etanol 70%.
Tahap pelaksanaan di lakukan dengan terlebih dahulu menginduksi
streptozotosin pada 18 ekor tikus selama 6 hari secara intra peritonial, lalu di bagi
menjadi 6 kelompok. Selanjutnya, pemberiaan dosis ekstrak etanol daun salam sesuai
dengan kelompok masing-masing. Kelompok I kontrol negatif (aquadest ad libitum).
Kelompok dosis II, III dan IV diberi sediaan ekstrak etanol daun salam dosis berturutturut
0,025 g, 0,0208 g dan 0,0946 g . Sedangkan pada kelompok V atau kontrol positif 1
yang dikombinasi antara glibenclmid dan probenesid dan kelompok VI atau kontrol
positif 2 yang hanya menggunakan glibenclamid, yang masing masing perlakuan di
berikan secara per oral.
Analisa statistik menggunakan ANOVA satu arah pada penelitian tahap pertama
menunjukkan hasil F hitung > F tabel, sehingga Ha diterima dimana Ha merupakan
kelima dosis penyuntikan memberi pengaruh yang berbeda. . Selanjutnya hasil dari uji
Tukey menunjukkan adanya perbedaan kadar asam urat yang berbeda nyata antara dosis
0,025 g dengan kontrol positif 1 (p = 0,031, p < 0,05) ; antara dosis 0,025 g dengan
kontrol positif 2 (p = 0,015, p < 0,05) ; antara dosis 14,32 dengan kontrol positif 2 (p =
0,001, p < 0,05) serta antara dosis 0,0946 g dengan kontrol positif 2 (p = 0,000, p < 0,05).
Berdasarkan hasil tersebut, maka ketiga dosis sediaan uji berpengaruh pada
kadar asam urat tikus putih jantan galur wistar yang menderita diabetes mellitus. Pada
dosis 0,0964 g merupakan dosis ekstrak etanol daun salam yang memberi pengaruh
terhadap kadar asam urat yang paling baik pada tikus yang menderita diabetes mellitus.


MUTU FISIK SEDIAN LOTION ANTINYAMUK MINYAK
ASIRI DAUN JERUK PURUT(Citrus Hystrix), dan
AKTIVITAS SEBAGAI PENOLAK (REPELLANT)
TERHADAP NYAMUK

Efa Putri Widya Anjani
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata Kunci : Aktivitas, Antinyamuk,lotion,Minyak Daun Jeruk Purut
Daun jeruk purut salah satu tanaman yang sudah lama dikenal
sebagai salah satu komponen pengobatan tradisional. Kandungan utama
daun jeruk purut adalah sitronela (81,49%), sitronelol 8,22%, linalol 3,69%,
dan geraniol 0,31% dengan karakteristik bau menyengat sehingga dapat
menghalau nyamuk. Sehubungan dengan adanya kandungan dari daun jeruk
purut, maka peneliti mencoba memanfaatkan minyak daun jeruk purut
dibuat dalam sedian lotion antinyamuk alami.
Pada penelitian ini dilakukan tiga tahap pelaksanaan yaitu pertama,
tahap persiapan yang meliputi persiapan sampel daun jeruk purut yang telah
dideterminasi dan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
penelitian. Selanjutnya daun jeruk purut disuling dengan menggunakan
proses Destilasi uap selama 8 jam. Ketiga, tahap akhir yang meliputi hasil
minyak daun jeruk purut diuji secara organoleptis dan berat jenis. Minyak
Asiri yang telah diuji kemurniannya digunakan sebagai bahan aktif
pembuatan sediaan lotion antinyamuk dengan konsentrasi 7,5%, 15%, dan
22,5%. Untuk mengetahui mutu dan manfaat lotion minyak asiri daun jeruk
purut, maka dilakukan pengujian mutu fisik dan aktivitas terhadap nyamuk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fisik dari lotion minyak
daun jeruk purut mempunyai bau yang aromatik, berwarna putih susu,
homogenitas, viskositas yang baik, serta sentrifugasi yang memenuhi syarat
sediaan lotion. Hasil pengujian ANOVA menunjukkan nilai Fhitung>Ftabel
(34.961>3.48) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berati terdapat
perbedaan aktivitas masing – masing dosis.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sediaan lotion
daun jeruk purut dengan konsentrasi 7,5%, 15%, dan 22,5% mempunyai
aktivitas untuk mengahalau gigitan nyamuk dan dosis 22,5% mempunyai
aktivitas antinyamuk tertinggi dan setara dengan kontrol positif.
Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
meningkatkan dosis yang lebih tinggi sampai nyamuk tidak ada yang
hinggap sama sekali, serta menggunakan jenis nyamuk yang mengakibatkan
penyakit, seperti demam berdarah (DBD) atau malaria.


UJI MUTU FISIK DAN UJI VOLUNTEER KRIM ANTI JERAWAT
YANG MENGANDUNG EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH
(Averrhoa bilimbi L)

Dian Luthfia Kurniawati
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
ABSTRAK
Kata kunci : Krim Ekstrak Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), mutu fisik,
Volunteer krim.
Salah satu bahan alami yang digunakan turun temurun dari nenek moyang
sebagai anti jerawat adalah belimbing wuluh. Kandungan luteolin dan apigenin
yang ada pada blimbing wuluh ini memiliki khasiat sebagai anti jerawat
Belimbing wuluh ini dapat diolah menjadi sediaan kosmetik, salah satunya adalah
sediaan krim. Krim dipilih karena lebih praktis, mudah dicuci dan tidak berlemak
karena basis krim yang dibuat bertipe minyak dalam air (m/a), serta memberikan
rasa nyaman (tidak iritasi), terutama bila dibandingkan dengan penggunaaan
dalam bentuk buahnya langsung.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, dengan tujuan untuk
mengetahui mutu fisik dan pendapat volunteer tentang krim ekstrak buah
belimbing wuluh. Pembuatan sediaan krim dengan bahan dasar emulgide cream
ditambahkan dengan ekstrak buah belimbing wuluh sebagai zat aktif anti jerawat.
Pengujian organoleptik dilakukan secara visual. pH krim diamati dengan
menggunakan pHmeter, kekentalan krim menggunakan Viskosimeter Brokfield.
Batas lama waktu simpan di amati dengan menggunakan sentrifugator. Untuk
mengetahui apakah krim layak digunakan dilakukan uji volunteer pada
masyarakat sebanyak 20 Volunteer.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa krim ekstrak buah belimbing wuluh
dengan basis emulgide cream memiliki mutu fisik yang baik. Dengan pH 4,806,
viskositas (kekentalan) 10266,667 cps, dan memiliki lama waktu simpan 2 bulan.
Serta daya terima krim pada masyarakat dinilai baik dengan hasil prosentase
sebesar 69 %.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai uji khasiat sediaan krim ekstrak buah belimbing wuluh.
Dan perlu dilakukan penelitian formulasi ekstrak buah belimbing wuluh dengan
menggunakan berbagai tipe emulgator.









 
- See more at: http://zonablogging.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-nomor-halaman-keren-di.html#sthash.gpmQeUPv.dpuf
Selamat datang di blog PERPUSTAKAAN PUTRA INDONESIA MALANG , Terima kasih telah berkunjung di blog kami.. Semoga bermanfaat bagi anda !! Welcome to LIBRARY PUTRA INDONESIA MALANG, Thanks for visiting our blog .. Hopefully useful for you !! :)